MERDEKA DI ERA CORONA

Merdeka…merdeka… merdeka….

75 tahun yang lalu kata-kata itu adalah sebuah spirit yang luar biasa bagi pemuda di zamannya. Kata yang mampu meluluhkan kekuatan pemaksaan kehendak penjajah. Kata yang mampu melambungkan harapan para leluhur agar terangkat dari kehinaan dan penistaan di zaman penjajah. Kata yang mempu meleburkan ide-ide para pejuang diplomasi di meja perundingan. Kata yang mempertegas tekad generasi muda di zamannya untuk bersungguh-sungguh mengisi waktu agar sampai di jembatan emas cita-cita proklamasi.

Tak peduli hambatan ekonomi, mereka gigih memperjuangkan sebuah hakikat tinggi dari proklamasi. Pelajara sungguh dalam usahanya. Pedagang berusaha keras untuk dagangannya, pendidik mati-matian berjuang mencerdaskan muridnya , meskipun dengan berjalan kaki atau bersepeda ontel dengan honor yang cukup untuk setengah bulan saja. Tak menyurut tekad untuk memajukan bangsanya. Dari tangan merekalah lahir dokter-dokter, pengusaha, Insinyur, pengacara , aparat yang sudah berapa angakatn ke berapa saat ini. Kita lah yang mersakan manisnya perjuangan mereka dulu. Hanya untuk mengibarkan bendera entah berapa ribu nyawa meregang karenanya. Demi sebuah kata mutiara “Merdeka.

Namun sekarang merdeka masih berkumandang bebas? Apakah kita masih bisa dikatakan memilikinya?…Ketika kita tidak lagi bebas berkumpul untuk menimba ilmu, belajar yang tekun sebaik mungkin untuk mencapai harapan dan cita-cita. Bahkan untuk menghormati bendera di lapangan dengan seragam kebesaran melihatnya meliuk-liuk bebas pun sekarang sudah tak bisa, kita hanya disuruh diam selama 3 menit pada pukul 10 apapun , dimanapun bagaimanapun aktivitas kita. Akankah semua kita memperdulikannya? Yakin…? Inikah merdeka di era Corona.