Siapa Yang Mau Dijadikan Korban
Sungguh susah hatiku memilih ,mana diantara mereka yang akan menjadi hidangan menyambut hari raya Idul Adha beberapa hari lagi. Tubuh mereka semua sehat-sehat , tinggi dan berisi. Warna bulunya mengkilap dan coraknya bagus-bagus. Setiap pagi berinteraksi membuat rasa sayang itu kian mengental. Dari kecil hingga seperti sekarang kekar dan tangguh.
Masih terbayang di kepalaku , ketika tiga ekor ayam betina itu sama-sama bertelur. Masing masing 10 butir. Ketika menetaspun hanya beda beberapa hari. Akhirnya kusulap sebagian dapur besarku menjadi tempat inseminasi mereka. Sebuah akuarium besar menjadi tempat menyemai anak-anak ayam itu hingga berumur 3 bulan. Disebabkan bahaya yang banyak mengancam apakah itu kucing, biawak, ataupun kecebur di kolam sering kami alami sebelumnya sehingga ayam -ayam kami tak berkembang kuantitasnya. Akhirnya setelah pertimbangan panjang jadilah sepertiga dapur 3 x 8 ku tempat persemaian mereka. Dari percobaanku sebelumnya dengan disemai di sini ayam bisa bertahan cukup besar hingga siap dilepas di halaman.
Begitu berbinar mata suamiku setiap melihat anak-anak ayam itu. Bahagia bercampur syukur atas segala karunianya. Hingga akhirnya 20 ekor ayam berumur 3 bulan mulailah dilepas di halaman belakang. Setiap pintu terbuka mereka akan berlarian menyongsong siapapun mengira akan diberi makanan. Bahkan ada yang melompati pundak kami saking tak sabarnya di beri makanan. Aktivitas itu memberi efek menyenangkan selepas pulang kerja.
Berhubung hari itu jadwalku siang maka paginya kusempatkan membersihkan dapurku. Kusikat semua lantainya, kucuci dan kusimpan semua yang tidak perlu sampai akhirnya sampai ke tempat ayam-ayam itu. Namun aku lupa mengambil sapu lidi yang terletak di halaman belakang. Karena itu pintu belakang harus di buka. Meneroboslah ayam-ayam ukuran tanggung itu masuk. Dengan segera kutangkap karena mereka jinak-jinak. Dengan gemas kumasukkan semua ke dalam akuarium. Kututup dengan dua buah papan dan mulai mencuci lantainya. Saking asyiknya tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Kuingat jadwaku jam 10.30.wib. Bergegas kutinggalkan semua aktivitasku dan mempersiapkan diri berangkat ke sekolah. Hening ku dengar tak ada keributan. Karena jadwalku mendesak tak terpikirkan lagi semua pekerjaan yang baru ditinggal. Kutak ingin terlambat. Sampai di sekolah pas jam 10.30 wib. Langsung masuk kelas dan melaksanakan tugas. Ketika jam berakhir ku sempatkan berjalan ke ruang guru dan berbincang dengan beberapa dari mereka, sebelumnya tersadar azan Zhuhur sudah berkumandang. Aku minta permisi dan melajukan motorku pulang dan sholat di rumah. Begitu tiba masih suasana hening yang kudengar tak seperti biasanya. Barulah ku sadar kalau tadi menutup ayam di akuarium kulihat ternyata semua pada roboh lemas. Deg…deg… apakah mereka mati? Kuperiksa benar 12 ekor baru mati 5 lagi kliyengan. Astaghfirullah , aku telah membantai mereka tanpa sengaja. Apa reaksi suamiku nanti begitu tahu 12 ekor ayam kesayangannya mati serentak tanpa sakit. Padahal pagi masih sehat walafiat dan bugar? Seketika aku panik. Seandainya bisa kuputar waktu sebelum pergi sekolah tadi akan kulepas mereka meskipun terlambat 5 menit. Ya Allah kuingin terbang dan memohon kembalikann nyawa 12 ekor ayam-ayam remaja itu. Dadaku sesak . Kuletakkan berjejer di halaman belakang , kugoyang-goyang tubuh mereka. Tak ada reaksi.Mereka benar-benar mati. Sebelum suamiku murka dan melihat hal ini ku gali lubang untuk menguburkan ayam-ayam itu. Setelah selesai kukerjakan sisa pekerjaan yang lain.
Sepulang dari kantor suamiku seperti biasa akan ke halaman belakang untuk mengecek ayam-ayam kesayangannya. Aduh gimana ni? Kataku cemas. Benar saja “Braak ia membuka pintu belakang dan memanggilku, mana ayam-ayam yang lain?” tanyanya.
“Mati, kataku sambil menjelaskan kronologisnya.”
Langsung badannya lemas terduduk di halaman belakang. Sedih tapi harus gimana nyawa yang hilang takkan mungkin kembali. …
Sejak saat itu perhatianku ke pada ayam-ayam itu kutingkatkan. Sebagai wujud rasa bersalahku kepadanya. Rasa sayang kepada mereka pun bertambah. Efeknya lambat laun kehilangan yang cukup besar waktu itu berganti dengan pertambahan ayam-ayam lain. Semakin besar dan berkembang jumlahnya sudah 18 ekor.
Nah, sekarang ketika butuh dihalangi oleh rasa sayang itu. Semua cantik dan gagah sayang untuk mengorbankan. Yang mana akan ku bantai ini?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap
terima kasih bun...
Mantap nih postingannya. Tepat di 00.00. Sukses selalu
lewat Bun, 2 menit