Untung Saat Ini VS Untung Saat Nanti
Sebagian orang seringkali menjadikan hidup ini adalah sebuah perniagaan. Bagi mereka setiap hari adalah bagaimana memperoleh keuntungan demi keuntungan. Tak peduli apapun profesinya. Mereka selalu mau beruntung, Allah sangat paham dengan sifat manusia yang satu ini. Karena itu mencari untung ini ada dua untung dunia dan untung akhirat. Manusia yang mencari untung dunia, seringkali fokus pada dirinya namun tidak peduli dengan kerugian pada orang lain. Dirinya harus selalu di atas. Apakah dalam hal kekuasaan, jabatan, atau uang. Sedikitpun tak mau dirugikan atau di kalahkan. Harus tercapai ambisinya di hadapan manusia lain.
Orang yang berwatak selalu ingin beruntung menganggap profesi mendidik harus mewakili keinginan mereka.Untuk keuntungan dunia, apa fasilitas yang bisa di dapat setelah mendidik. Adakah Uang, jabatan, kekuasaan setelah proses mendidik ia lakukan. Kalau tidak ada maka mereka enggan untuk mendidik orang lain agar berubah dari tidak tahu menjadi lebih maju. Sedangkan untuk pencari keuntungan akhirat berusaha memenuhi pahala untuk hari akhir. Tak sedikit mereka yang mau bersusah payah mengorbankan waktu, privasi, tenaga, bahkan harta untuk bisa mendidik agar memperoleh banyak pahala seperti nabi, rasul, da’i , ulama. Nah. Di sinilah bedanya proyeksi keuntungan di dunia dan di akhirat. Pencari keuntungan dunia ingin langsung nampak hasilnya, sedangkan pencari keuntungan akhirat yakin bahwa janji Allah tentang hari Akhir adalah suatu kepastian. Meskipun tak nampak uang, jabatan, pangkat, kekayaan mereka akan terus mendidik agar orang lain bisa lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Meskipun tantangannya di caci, dimaki, dinista, dipenjara, bahkan tantangan nyawa sekalipun tak menciutkan niatnya untuk terus mendidik. Berharap peningkatan yang signifikan bagi kehidupan orang lain. MasyaAllah betapa indahnya, jika kita punya guru bermental seperti itu. Alangkah wanginya jiwa mereka, alangkah putihnya hati mereka, tak salah jika Allah menjadikan jiwa mereka sebagai jiwa Syuhada…Orang yang tulus ikhlas seperti ini biasanya mati dalam keadaan Khusnul Khotimah. Mati dalam keadaan redho dan ikhlas atas ketentuan yang diberikan Allah untuknya. Dalam senyum keihklasan.
Sekarang bagaimana dengan kita, mau pilih yang mana? Sebagai guru jelas profesi ini tidak lagi dipandang remeh. Kita ada gaji dan jika memenuhi syarat mendapatkan sertifikasi. Itu untung dunia. Bagaimana dengan untung akhirat? Kira-kira kita sudah tulus ikhlas dalam mendidik? Jawabnya ada di hati kita masing-masing. Hanya kita pribadi dan Allah yang tahu apa dan bagaimana kita sebagai pendidik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mudah mudahan menjadi guru yang ikhlas dalam berbagi ilmu, aamiin
Terimakasin Bun
Tulisan yang mengingatkan. Semoga untung pula di akhirat. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Aamiin sama-sama mendoakan ya bun
Trimakasih ibu sukses selalu barakaAllah
Iya bun sama-sama menuju kebaikan
Trimakasih ibu sukses selalu barakaAllah
aamiin bun
Terimakasih pencerahan yang luar biasa. Salam literasi
Sama-sama Bun. Salam Kembali