Rica Khoirany, S.Pd.

Kelahiran Palembang Tinggal di Mentok Bangka Barat, Babel Guru kelas n guru Bahasa Inggris di SD Muhammadiyah Muntok Penulis buku Hitam Putih Kehidupan...

Selengkapnya
Navigasi Web
AKU MAH APA?

AKU MAH APA?

Siang tadi, di ruang kepala sekolah, tanpa sengaja seorang rekan kerjaku mendapatiku, berpapasan muka dan memberi tahu jika ada paket di ruangannya bertuliskan nama lengkapku, yang ia pun tak tahu apa isi dan darimana asalnya. Seakan tak menghiraukan kesibukan saat beberapa rekan kerjaku lainnya yang nampak serius berdiskusi untuk persiapan acara “Sarasehan” yang akan digelar Kamis lusa di sekolahku itu, aku segera berlalu dari hadapan kepala sekolahku yang tadinya memanggilku karena ada hal yang ingin disampaikan padaku. Dengan langkah cepat, aku dan temanku itu segera menuju sebuah ruang tempat para siswaku belajar TIK. Ya, ternyata di sanalah barang yang membuatku penasaran berada.

Sungguh di luar dugaanku, begitu aku masuk ke ruangan komputer itu, ia menyodorkan sebuah amplop coklat, kubaca seksama kulit luarnya dan kutemukan bahwa pengirimnya adalah seorang guru penulis yang sudah ku anggap seperti guru yang tanpa pamrih mengajariku banyak hal. Meski baru kukenal beberapa waktu lalu, tapi sudah cukup bagiku untuk selalu melontarkan berbagai pujian padanya, sosok yang supel, tanpa sikap “jaim”, tak segan membimbing, membantu, bahkan mempercayaiku yang bukan siapa-siapa di matanya. Hal ini kulontarkan bukan tanpa sebab, banyak hal yang membuatku merasa terkesan mengenalnya. Ditambah lagi, beberapa hari yang lalu, saat aku mengiriminya pesan melalui aplikasi WhatsApp handphone pribadiku, pesan singkat yang mengatakan jika aku ingin memesan buku perdananya yang booming di medsos. Berbanding terbalik dengan yang aku bayangkan sebelumnya, ternyata dengan cepat ia memroses permintaanku. Ya, buku itu sah tadi siang kumiliki, meski belum sepeser pun ku bayar lantaran ia saja tak mengabarkan berapa rupiah yang harus aku transfer untuk buku itu.

Jujur saja, dari awal sudah merasa terkesima dan bangga bukan main saat kutemukan sebuah tulisan yang menyerukan bahwa buku perdana milik beliau dicetak 1000 eksemplar oleh sebuah penerbit yang hingga kini aku saja tak tahu namanya. Hanya kata “Wow” yang ada di benakku saat itu, kagum berbaur rasa penasaran yang bernaung di pikiranku. Tak sabar ingin membaca karyanya itu membuatku memesan bukunya yang berjudul “Merana Karena Siswa”. Seakan merasakan kebahagiaan seandainya menjadi beliau, sederhana terlintas, kurasakan begitu saja. Ingin belajar sekaligus bermimpi bisa sepertinya. Meski tertawa geli yang justru menyelimuti hati. Maklum saja, aku sadar aku ini siapa.

Pertanyaan demi pertanyaan terpaksa kusimpan dulu dibenakku tadinya, aku pun kala itu tak tahu jika begitu aku mengirimkan pesan, ia akan dengan sigap mengirimkan karyanya. Karena aku tahu, aktivitas dan kesibukannya yang segudang setiap harinya selalu ia jabani. Yang ada di pikiranku waktu itu hanyalah bahwa aku harus menunggu kedatangan lembaran-lembaran yang telah membuatku penasaran habis-habisan. Meski sebetulnya, beliau bukanlah orang pertama yang membuatku terkagum-kagum akan sebuah karya, namun entah apa yang berkecamuk membuatku ingin segera menikmati isi yang ia goreskan dalam karyanya itu.

Dari judulnya yang begitu memikat hati, yang tentunya bukan saja bagiku, hal yang membuatku ingin segera sampai ke rumah, karena jika sudah berada di rumah, itu artinya tugasku membimbing para siswaku di sekolah sudah berakhir untuk hari ini. Pukul 3 sore hari ini, tugasku selesai sesaat, dan bisa sejenak bersantai ria. Aku berniat segera menuju rumah, namun teringat jika aku harus mentransfer sejumlah uang ke rekening bank milik beliau yang sebetulnya tak sebanding dengan pembelajaran yang akan aku dapati setelah membaca buku inspirasi miliknya.

Tak berlama-lama di ruang mesin ATM, aku pun kembali melaju bersama roda dua merah milikku, rada ngebut memang, tapi itu kulakukan demi bisa segera tiba di rumah sebelum suara adzan berkumandang. Hanya saja, di setengah perjalanan ternyata suara panggilan salat pun sudah terdengar meski sayup, menandakan bahwa sudah saatnya aku menunaikan kewajibanku sebagai muslimah.

Dipikiranku hanyalah berusaha cepat salat agar waktu bersantai dapat kugeluti sesegera mungkin, yang pastinya akan kumanfaatkan dengan nyambil membaca buku yang sedari tadi begitu mendesakku untuk segera membolak-balik halaman demi halamannya.

Akhirnya, sebelum waktunya Maghrib, aku berhasil menyelesaikan misi membaca untuk hari ini. Jujur saja, dulu aku bukanlah orang yang hobi membaca, apalagi menulis. Pemahaman tentang dunia literasiku juga begitu minim. Barulah setelah mengikuti pelatihan literasi dari Kemdikbud itulah yang entah mengapa membuat rasa malas yang seringkali menderaku sedikit hilang ditelan rasa optimisku bahwa sebetulnya aku bisa melawan rasa yang menjadi penyakit hingga puluhan tahun bersemayam di diriku. “Men kawah pacak” itu bahasa daerah tempatku merantau yang selalu jadi motivasiku tiap kali malaslah yang mendominasi. Versi Indonesianya “Kalau mau bisa”.

Saat kusentuh buku bersampul warna kuning itu, yang kulihat pertama kali adalah jumlah halamannya. Entahlah, sepertinya penyakit malasku masih saja ada. Begitu kubaca daftar isi buku tersebut, dengan antusias aku ingin sampai ke halaman 66, halaman terakhir yang menandakan bahwa misiku hari ini berhasil. Rasa puas campur senang kurasakan sore tadi. Kalimat demi kalimat mampu kubaca hingga tuntas, sederhana namun bermakna dan juga menginspirasi. Tulisan yang berisi berbagai pembelajaran yang dapat kutarik hikmahnya. Semakin membuatku berpikir, “Aku mah apa?”

Malam ini, hampir jam 10 malam, saat menonton televisi, justru terlintas begitu saja ingin menuliskan apa yang aku rasakan sore tadi. Meski aku tak yakin signal bisa bersahabat denganku malam ini, tak membuat rencanaku pupus begitu saja. Kucoba dan selalu kucoba.

Pepatah yang tertulis di dalam buku beliau sepertinya akan melekat di otakku hingga waktu yang takkan ditentukan. “Those who fail to plan, plan to fail”, untuk teman-temanku yang membaca tulisanku ini, yang tidak mengerti artinya, silahkan buka kamus ya! Hihihi.

Hmmm... setidaknya hari ini aku tidak gagal berencana, hahaha.

Terima kasih Bu Nining Suryaningsih inspirasi dan semua kebaikannya. Tetaplah menginspirasi tanpa pamrih ya!. Terima kasih juga buat pak Syafiq yang menyampaikan kabar gembira hari ini. Paketnya datang dengan selamat, hahaha.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post