Penculikan Dewi Shinta dibalik Polemik Peraturan Baru
Alkisah dari sebuah kerajaan Ternama di negeri Khayangan. Di sebuah istana yang dipenuhi orang-orang bijak serta luhur perbuatannya, nampak disudut Taman yang indah duduk termenung Dewi Shinta, sang Dewi yang cantik dan penuh pesona, namun terkenal tegas dan bijaksana. Parasnya yang cantik tidak seperti biasanya, raut wajahnya dipenuhi kegelisahan dan kekhawatiran.
Berkali-kali Dewi Shinta membuka media sosialnya (maklum Negeri khayangan Zaman Now), teriakan rakyat dan hujatan-hujatan atas keputusan pemerintah Kerajaan tentang Peraturan baru yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada (rupanya di Negeri kayangan juga ada peraturan Baru yang jadi polemik). Prajurit yang seharusnya sudah purna melaksanakan tugas belum juga turun untuk digantikan oleh Prajurit baru. (Setiap 4 tahun kerajaan selalu mengganti prajurit lama dengan prajurit baru yang sudah lulus uji) Sementara Dewi Shinta mendengar ada keputusan untuk tahun ini tidak akan ada pergantian prajurit lama oleh yang baru, padahal 512 calon prajurit sudah lulus uji dengan baik.
Sang Dewi merasa bingung dengan apa yang dihadapinya, antara menerima dan tidak dengan keputusan ini. Perasaan sang Dewi semakin tak menentu ketika hujatan dan cacian begitu hebat dilontarkan untuk Rama. Dewi Shinta merasa kehilangan Rama yang ia kenal, seolah jadi orang yang asing bagi Dewi Shinta, apalagi melihat ancaman-ancaman Rahwana yang begitu kasar.
Berhari-hari Dewi Shinta lebih banyak menyendiri di Taman, hingga di suatu sore, sang Dewi sangat terkejut, karena dihadapannya tiba-tiba berdiri lelaki gagah perkasa, dengan kumis yang tebal dan wajah yang garang. Dewi Shinta pun ketakutan, hingga berusaha untuk menjauh, namun lelaki itu telah menangkapnya dan tiba-tiba Dewi Shinta sudah berada disebuah hutan.
"Dewiku yang cantik, aku telah menculikmu, tapi dengarkan aku, aku hanya ingin bicara dengan mu. Aku Rahwana yang mengagumi dan mencintaimu” Rahwana memperkenalkan diri.
"Apa mau mu hai Rahwana, kenapa kau berani menculikku?” tanya Dewi Sinta memberanikan diri.
"Aku hanya ingin menyampaikan rasa cintaku ini” Rahwana kembali mengungkapkan perasaan hatinya.
"Tidak... aku tidak butuh itu.” Tolak Dewi Sinta.
"Dewi, rakyat sedang berteriak merasa tertindas, tapi Rama sama sekali tidak peduli dengan itu, cobalah mengerti dengan perasaan mereka, wahai Dewiku, hanya engkau yang bisa menyampaikan ini kepada Rama, andai saja Rama tidak mampu menyelesaikan ini, dia akan celaka, dan aku akan membawamu pergi.” Rahwana kembali mengancam.
"Apa yang harus aku lakukan, aku tidak ingin melawan Rama.” Dewi Sinta mulai mengerti apa yang disampaikan Rahwana.
"Sampaikan penderitaan rakyatnya ini, bujuk dia agar berbalik arah membela yang tertindas, tak ada artinya Rama membela sekelompok manusia yang memaksakan kehendak, mereka dengan sengaja megancam Rama agar Rama tidak mengangkat prajurit yang baru, banyak cara yang mereka lakukan untuk meloloskan akal bulusnya, dan ini sangat mengancam keselamatan Rama. Kalau Rama binasa pasti kau akan sangat bersedih, aku sangat mencintai mu, aku hanya ingin melihat mu bahagia." Rahwana membujuk Dewi Shinta
"Baiklah aku akan mencobanya.” Dewi Shinta berjanji akan bicara dengan Rama.
"Aku percaya Dewiku, kau mampu untuk itu, aku akan mengembalikan dirimu dan aku akan menunggu janjimu.” Rahwana pun tiba-tiba mengembalikan Dewi Shinta ketempat semula dan Rahwana pun menghilang dari hadapan Dewi Shinta. Dewi Shinta termenung penuh tanya, siapakah Rahwana ini sebenarnya? Apa yang tersembunyi dibalik wajah garangnya?
Sekian hari Dewi Sinta berpikir, bagaimana caranya agar dirinya bisa bicara dengan Rama tanpa menyinggung perasaan Rama. Dewi Shinta merasa tidak yakin Rama tega membuat rakyatnya menderita. Tapi juga sangat takut kalau-kalau itu benar terjadi. Hingga suatu pagi, Sang Dewi memberanikan diri menemui Rama di kursi tahta kerajaannya.
“Terimalah salam Nyai, Kakang!” Dewi Sinta datang penuh hormat.
"Duduklah nyai, ada apa gerangan hingga nyai terlihat penuh kerisauan” Rama memahami betul raut wajah Dewi Sinta yang layu dan penuh kegelisahan.
“Maafkan Nyai, Kakang.” Ucap Dewi Shinta Seraya memandang Rama penuh rasa takut “Apa yang terjadi di Negeri ini kakang? Keputusan apa yang Kakang buat? Mengapa rakyat menjadi begitu murka sama Kakang? Bagaimana sebenarnya sikap kakang dengan semua ini? Tidakkah Kakang mengerti dengan perasasaan Nyai” Dewi Sinta tak mampu menahan diri, pertanyaan yang ia pendam selama ini tiba-tiba meluncur begitu deras, terdorong rasa takut Rama benar-benar bersalah.
"Dengarkan Nyai, Kakang mengerti sekali dengan perasaan nyai, sampai perasaan yang paling dalam, tapi bersabarlah Nyai, Kakang hanya ingin melakukan yang terbaik, Kakang lakukan ini untuk membela rakyat, Percayalah Kakang akan adil dan bijaksana.” Rama pun menjelaskan dengan penuh Kasih.
"Kakang.. Yakinkan hati Nyai, bahwa kakang tidak berada dipihak yang salah, Nyai merasa kecewa dengan hujatan dan cacian terhadap Kakang.”
"Biarkan saja nyai itu resiko kakang, asal Nyai tidak ikut menghujat Kakang, sampaikan kepada rakyat ku, Kakang tidak akan membela yang salah, bahkan Kakang sudah mendengar kecurangan-kecurangan mereka, kakang siap mengadilinya Nyai.” Lagi-lagi Rama meyakinkan Dewi Shinta. “Percayalah ini yang terbaik, tunggu sebulan ke depan Kakang akan memanggil rakyatku untuk diangkat menjadi prajurit-prajurit Kakang yang handal setelah melakukan penilain kinerja kepada prajurit lama.”
"Kenapa harus dinilai kakang?"
"Prajurit baru tidak bisa memenuhi kuota, dari Prajurit lama lah yang akan memenuhinya, tanpa mengganggu jumlah prajurit baru."
"Benarkah itu Kakang..?” Mata Dewi Shinta mulai berbinar “Nyai sangat khawatir dengan isu penundaan pengangkatan Prajurit hingga tahun depan, dan ada ujian ulang bagi calon Prajurit baru?” kembali Dewi Shinta tidak bisa menguasai diri karena kegembiraan hatinya.
"Tidak Nyai...! Itu tidak benar. Tidak mungkin Kakang mengingkari Rakyat, mungkin ada yang memanfaatkan situasi untuk mengadu domba rakyatku Nyai.”
"Baiklah, kakang.. Nyai akan sampaikan kabar baik ini, semoga Kakang dapat melakukan yang terbaik. Terimakasih kakang...., Nyai pamit undur diri."
Dewi Shinta pun berlalu dengan penuh haru. Perasaan hatinya begitu lega, ternyata Rama yang ia kenal tetap Rama yang bijak, kegembiraan ini juga milik rakyatnya, Dewi Shinta tak sabar ingin segera menyampaikannya kepada mereka yang menunggu kabar dengan resah. Kalau benar seperti itu.. ini artinya pemberlakuan PP baru tetapi tetap sesuai Peraturan yang belum dicabut.
(Bersambung)
Rida Ratna Purwanti
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya bu.. salam juga
Mantap. Salam kenal bu