PUDARNYA BOSO KROMO DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu di pulau Jawa. Bahasa Jawa sendiri terpecah menjadi berbagai bahasa. Misalnya saja bahasa Melayu, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa itu sendiri. Sementara di rumpun bahasa Jawa terdapat banyak sekali dialek yang disesuaikan dengan daerahnya masing-masing. Orang Banyuwangi menggunakan bahasa Jawa dengan dialek osing. Orang Surabaya juga berbahasa Jawa dengan dialek Surabaya. Bahasa Jawa memiliki tingkatan bahasa berdasarkan penggunaannya, yaitu ngoko dan kromo. Boso Kromo digunakan untuk komunikasi anak muda dengan orang yang lebih tua. Sementara boso ngoko adalah bahasa Jawa yang dipakai oleh anak-anak dengan teman sebayanya.
Seiring perkembangan zaman, boso kromo semakin memudar. Anak-anak yang seharusnya berbicara dengan boso kromo kepada orang tuanya, malah terbiasa berbicara ngoko. Padahal dalam tingkatan bahasa, ini keliru. Orang tua pun tidak segera mengingatkan. Mereka bersikap biasa saja dengan bahasa anaknya. Bahkan, sebagian mama muda zaman sekarang cenderung mengajari anaknya untuk berbahasa Indonesia ketika berbicara dalam keseharian. Bahasa Indonesia memang merupakan bahasa Nasional, namun bahasa Ibu harus dipertahankan. Jangan sampai anak-anak kita menjadi orang yang seperti dikatakan oleh pepatah Wong Jowo ra Njawani yang artinya orang Jawa tapi tidak bisa berperilaku layaknya orang Jawa. (Berbahasa dan berbudaya Jawa)
Hasil penelitian Elina Intan Apriliani dan Nufitriani Kartika Dewi dalam Indonesian Journal of Early Childhood mengidentifikasikan bahwa penerapan tata krama dengan menggunakan budaya Jawa dapat membentuk sikap santun anak terhadap orang lain. Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa budaya Jawa sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter yang diusung oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Lalu, bagaimana status pelajaran bahasa Jawa dalam kurikulum baru tahun 2022? Bahasa daerah dalam kurikulum baru (protopype) tetap menjadi ikon daerah masing-masing. Hanya saja, ia tidak menjadi mata pelajaran wajib. Melainkan masuk ke dalam unsur kedaerahan. Meskipun pelajaran bahasa Jawa diajarkan di sekolah setiap hari, jika tidak ada penerapan dalam kehidupan sehari-hari, maka budaya ini akan tetap pudar.
Selain sekolah atau madrasah, orang tua memiliki peran penting terhadap pelestarian budaya Jawa, terutama bagian bahasa. Lingkungan rumah merupakan akses terdekat siswa dengan orang tua. Sebuah syair Arab mengungkapkan sebagai berikut, “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.” yang berarti ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. Sudah sepatutnya orang tua yang lebih memahami budaya Jawa mengomunikasikan kepada anak-anaknya. Peranan orang tua di sini sangat penting dalam melestarikan budaya Jawa, terutama untuk bahasa sehari-harinya.
Dampak penggunaan bahasa Jawa menurut orang tua yang telah mengontrol anaknya berbahasa Jawa di rumah dalam Indonesian Journal of Early Childhood yaitu anaknya menjadi lebih sopan, menghormati orang lain, khususnya yang lebih tua. Pengakuan orang tua menunjukkan bahwa dengan menerapkan bahasa Jawa kepada anak dalam keluarga ternyata mampu membuat anak memiliki tata krama yang baik, khususnya sikap hormat. Jadi, pudarnya boso kromo di kalangan masyarakat Jawa bisa diatasi dengan memberikan kontrol berbahasa Jawa (ngoko, kromo) dalam kehidupan sehari-hari oleh orang tua.
Jember, 10 Februari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul sekali Bu guru bahasa halus mulai memudar termasuk bahasa halus bahasa Madura sudah mulai memudar karena pendidikan di keluarga dan pembiasaan di lingkungan.
Njeh pak, harus kita jaga. Kalau bukan kita, siapa lagi?