RidwanDjaudjali

Terlahir tanggal 16 Februari 1980 di Sigenti, Kec. Tinombo Selatan, Kab. Parigi Moutong, Sulteng. Dikaruniai seorang isteri dan 3 orang anak, 2 laki...

Selengkapnya
Navigasi Web
MASA PANDEMI PENUH MAKNA DI BULAN OKTOBER 2020  SAMPAI AGUSTUS 2021
Masa Pandemi Penuh Makna di Bulan Oktober 2020 sampai Agustus 2021

MASA PANDEMI PENUH MAKNA DI BULAN OKTOBER 2020 SAMPAI AGUSTUS 2021

MASA PANDEMI PENUH MAKNA DI BULAN OKTOBER 2020 SAMPAI AGUSTUS 2021

PGP _ ANGKATAN 1 _ KABUPATEN PARIGI MOUTONG

RIDWAN, S.Pd. _ SMAN 1 TINOMBO SELATAN

Masa pandemi Covid-19 tak menyurutkan langkah untuk mengembangkan kompetensi melalui pembelajran daring sebagai transformasi pendidikan di sekolah saya. Beberapa pelatihan saya ikuti secara daring melalui portal SIM PKB demi mengasah kemampuan mengajarku. Diantaranya Bimtek seri guru belajar masa pandemi covid-19 dan BIMTEK Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), serta Bimtek-Bimtek lainnya. Selain itu, kegiatan yang lebih membuatku penasaran di akun SIM PKB adalah Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). Saya mengetahui program pendidkan guru penggerak ini melalui informasi dari media sosial, televisi, dan rekan sejawat saya. Melihat minat teman-teman untuk mengikuti seleksi PPGP di sekolah saya masih sangat kurang, khususnya guru berstatus ASN. Maka, saya memberanikan diri atau percaya diri membuka akun SIM PKB dan langsung mendaftar melalui akun saya untuk mengikuti seleksi Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Parigi Moutong. Saya merasa tergerak untuk mengikuti kegiatan guru penggerak, karena melihat 3 orang rekan sejawat saya sebagai guru honorer merasa percaya diri mengikuti seleksi guru penggerak. Saya berpikir guru honorer saja ingin mengikuti seleksi guru penggerak, mengapa saya sebagai ASN tidak mau mengikutinya.

Hari pertama mengikuti seleksi saya dan 3 orang temanku sibuk untuk menyiapkan berkas pendaftaran dan menguploadnya ke portal SIM PKB untuk melakukan registrasi pendaftaran. Kepala sekolah pun ikut mendukung kami berempat dengan memberikan surat rekomendasi untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kami pun melanjutkan seleksi ke tahapan berikutnya dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang membutuhkan penalaran dengan argumen yang luar biasa untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dengan jumlah kata lumayan banyak.

Selanjutnya, hari yang sangat menegangkan kami rasakan ketika mendapat jadwal seleksi simulasi mengajar lewat daring dalam waktu yang cukup singkat 8 menit dengan pilihan KD pembelajaran yang telah diberikan dari tim seleksi guru penggerak. Saya pun memilih salah satu dari pilihan materi tersebut yakni teks editorial pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang saya ampuh. Pada proses simulasi saya memanfaatkan media pembelajaran yang sederhana saja. Padahal, sebelumnya saya sudah menyiapkan PPT untuk simulasi, tapi tak dapat digunakan karena peralatan teknis yang kami miliki belum memadai. Waktu 8 menit mengajar cukup membuat saya dan teman merasa grogi atau gugup saat mengajar melalui virtual dengan 2 orang tim penilai. Tapi, dengan semangat dan percaya diri saya melaluinya dengan senang hati, walaupun masih terdapat tahapan pembelajaran yang belum saya lalui yaitu refleksi. Waktu tak terasa, tim penilai langsung mengatakan waktunya sudah selesai. Pastinya saya merasa bersalah dan takut karena tidak dapat menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang disediakan. Alhamdulillah, tim penilai dengan bijak dan baik memberikan motivasi kepada saya untuk tetap semangat. Setelah mengajar, tim menilai melakukan wawancara kepada saya terkait dengan cara mengajar. Mereka mengatakan sudah baik, namun waktunya yang perlu dimaksimalkan atau diefisienkan agar sesuai dengan waktu yang disediakan.

Tahapan seleksi akhir adalah wawancara. Sebelumnya saya sudah dikirimkan jadwal wawancara secara virtual yang bertepatan dengan hari Jum’at. Tentunya, saya merasa hari Jum’at merupakan waktu yang cukup singkat bagi saya di sekolah. Jadwalnya dapat mengganggu sholat Jum’atku. Sebab, waktu pelaksanaan wawancara bertepatan dengan sholat Jum’at di daerahku. Perbedaan waktu Indonesia Barat dan Indonesia Timur membuatku takut tak melaksanakan kewajiban untuk sholat Jum’at. Tapi, saya merasa senang, tenang, dan juga cemas ketika wawancara dimulai dari dengan penilai 1 dan penilai 2. Wawancara pun dimulai dengan pertanyaan yang menggali informasi dari calon guru penggerak terkait pengalaman diri dalam mengajar. Satu per satu saya menjawab pertanyaan dari kedua tim penilai sesuai dengan fakta atau pengalaman saya sebagai guru dalam mengajar dan memecahkan masalah yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, saya harus menjawab pertanyaan terkait dengan cara mengatasi masalah dengan rekan sejawat dan diberikan waktu untuk menceritakan pengalaman dalam membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Pada proses wawancara inilah yang membuat saya berkeringat dingin. Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan tim penilai seleksi wawancara membutuhkan pemikiran yang kritis dalam memberikan argumen kepada mereka. Ketika jawaban saya sedikit melenceng, mereka selalu mengejar dan menginginkan jawaban-jawaban yang lebih faktual dan logis. Tapi, semua itu saya lalui dengan tulus dan ikhlas dalam meladeni pertanyaan-pertanyaan mereka sesuai dengan apa yang saya rasakan sebagai seorang guru. Waktu yang tak terasa aku lalui. Azan jum’at telah terdengar diruang kecil tempatku menjalankan tugas sebagai Wakakur dan guru. Kebetulan masjid berdekatan dengan sekolahku. Segera aku mengingatkan pada Ibu yang mewawancaraiku, bahwa waktu sholat jum’at di daerahku sudah mulai. Ia pun segera meminta maaf dan memberikan satu pertanyaan lagi sebagai akhir pertemuan seleksi wawancara.

Tahapan demi tahapan seleksi semua saya dan 3 teman guru honorer lalui secara daring. Pelaksanaan seleksi kami lalui dengan adanya kendala jaringan internet dan padamnya lampu PLN di daerah kami Kabupaten Parigi Moutong. Kekhawatiran itupun terjadi beberapa kali saat kami mengikuti seleksi simulasi dan wawancara. Saya dan salah seorang teman di sekolahku mengalami perubahan jadwal seleksi disebabkan padamnya lampu dan jaringan pun hilang. Namun, kendala itu dapat dipahami pihak panitia seleksi dengan memberikan konfirmasi pergantian jadwal seleksi.

Rasa was-was atau ragu-ragu mewarnai suasana hati dan pikiran saya dan 3 orang teman guru honorer dalam menanti pengumuman hasil seleksi guru penggerak angkatan 1 Kabupaten Parigi Moutong. Perasaan itu dapat kami hadapi melalui kerja keras dan upaya yang sangat luar biasa dari kami berempat dalam melewati tantangan seleksi yang begitu ketat dari pihak penyelenggara program guru penggerak. Hasil pun tak mengkhianati usaha dan kerja keras kami. Tibalah, waktu pengumuman yang sangat dinanti oleh kami. Pengumuman itu kami dapatkan langsung dari melalui surat secara daring yang memuat nama-nama calon guru penggerak yang lulus seleksi dan akan mengikuti pendidikan selama 9 bulan. Ucapan syukur Alhamdulillah terucap secara spontan dari mulut kami dan rasa senang pun menyelimuti suasana hati kami ketika melihat bahwa ada 3 nama yang lulus sebagai calon guru penggerak di sekolahku. Salah satunya adalah namaku Ridwan, S.Pd., dan 2 orang temanku guru honorer yang bernama Nuraqidah, S.Pd., dan Yuyun Andriani, S.Pd.. Dibalik rasa senang, adapula perasaan sedih dan ibah kami rasakan waktu itu. Dimana salah seorang teman kami tidak lulus dalam tahapan seleksi tersebut. Kami pun tetap memberikan motivasi kepadanya agar jangan putus asah dan mencoba lagi pada seleksi di gelombang 2 program guru penggerak di Kabupaten Parigi Moutong. Itulah ceritalu saat mengikuti seleksi program guru penggerak.

Tantanganku belum selesai., 9 bulan bukan waktu yang singkat untuk kulalui mengikuti pendidikan program guru penggerak. Setelah dinyatakan lulus, seluruh peserta yang berjumlah 43 orang dari semua jenjang pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong mendapat undangan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Parigi Moutong melalui via WA group untuk mengikuti lokakarya 0 terkait dengan pemaparan kegiatan pendidikan program guru penggerak. Selanjutnya, dalam pendidikan guru penggerak saya ditempah untuk mengatur waktu seefisien mungkin dalam mengerjakan tugas dari modul 1, 2, dan 3 yang terdapat pada LMS dari PPPPTK BK dan Penjas. Selain mengerjakan tugas di LMS, saya dan peserta lainnya juga mengikuti 9 kali Lokakarya dan mengikuti pembelajaran secara secara daring melalui zoom meeting bersama fasilitator dan instruktur yang luar biasa dan hebat.

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) diantaranya:

1. Melalui pembelajaran pada modul 1 sebagai guru kita harus memaknai pendidikan itu sesuai dengan filosofi/pemikiran bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Berikut kutipan pernyataan beliau “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-setingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masayarakat”. Berdasarkan pemikiran itu, saya merasa apa yang saya lakukan selama ini dalam pengajaran dan pendidikan belum sepenuhnya baik sesuai pernyataan di atas. Oleh karena itu, setelah mempelajari modul ini saya lebih memahami arti dari sebuah pendidikan buat murid. Saya terus melakukan perubahan cara mengajar dengan melakukan aksi nyata yang berpihak pada murid sesuai dengan pemikiran KHD di komunitas kelas dan komunitas sekolah. Melalui PPGP dapat mengetahui nilai dan peran guru penggerak (refleksi, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid) di komunitas kelas dan komunitas sekolah. Pada modul 1 ini, saya juga lebih memahami apa yang menjadi visi dari seorang guru penggerak dan mengetahui budaya positif sekolah yang terus dikembangkan dan dilestarikan sehingga menjadi sebuah kekuatan sekolah.

2. Materi pada modul 2 tak kalah pentingnya bagi saya untuk diterapkan di komunitas kelas dan komunitas sekolah untuk mengubah paradigma mengajar lama menjadi sebuah paradigma baru dalam pembelajaran yang saya lakukan. Adapun paradigma baru tersebut diantaranya ; pembelajaran yang berpihak pada murid, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, dan pembelajaran coaching. Keempat metode tersebut saya terapkan dalam pembelajaran melalui aksi nyata-aksi nyata sesuai taguhan tugas di LMS. Pembelajaran yang berpihak pada murid saya lakukan dengan menerapkan pembelajaran berkesadaran penuh ( mindfulness) dengan teknik STOP dan teknik-teknik lainnya. Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan dengan memetakan kesiapan belajar, minat, dan profil atau kebiasaan belajar murid. Saya juga menerapkan sistem coaching pada rekan sejawat dan murid untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

3. Pembelajaran di modul 3 menuntut guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sekolah dengan mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, dan pengelolaan program yang berdampak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus memperhatikan empat paradigma dilemma etika, tiga prinsip dilemma etika, dan sembilan pengambilan dan pengujian keputusan. Pengelolaan sumber daya/aset sekolah sebagai guru harus memetakan 7 aset sekolah sebagai sebuah kekuatan sekolah untuk dikembangkan dan dikelola dengan memilih antara pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis aset/kekuatan. Berikutnya, sebagai pemimpin pembelajaran kita sebagai guru lebih mengedepankan program-program sekolah yang selalu berdampak pada murid-murid kita.

Mengikuti program pendidikan guru penggerak bukanlah hal yang mudah bagi saya. Suka duka, senang, bahagia, dan rasa bosan itupun muncul ketika mengikuti kegiatan lokakarya, pendampingan, menjawab pertanyaan di LMS, membuat koneksi antar materi, melakukan demonstrasi kontekstual, mengikuti zoom meeting bersama fasilitator dan instruktur, aksi nyata, serta mengalami kendala dalam mengerjakan tugas di LMS. Perasaan tersebut saya hadapi dengan penuh kesabaran dan ikhtiar bahwa apa yang lakukan di program guru penggerak ini merupakan bentuk dedikasi saya sebagai guru untuk selalu mengembangkan pembelajaran dan pendidikan di komunitas sekolah.

Selama mengikuti pendidikan guru penggerak ini banyak kendala yang saya hadapi. Diantaranya; jaringan internet kurang bagus, kuota data terbatas, padamnya lampu PLN, gangguan si buah hati saat mengerjakan tugas LMS di rumah, dan waktu pengerjaan tugas dan zoom meeting yang bertepatan dengan tugas melayani murid dalam pembelajaran dan administrasi sekolah lainnya. Selain itu, kendala besar juga bagi saya saat melakukan aksi nyata pada setiap modul di masa pandemi saat ini. Saya sangat kesulitan mengumpulkan murid untuk melakukan aksi nyata karena larangan untuk berkumpul. Tetapi, saya mencoba menyelesaikan tugas aksi nyata dengan mengundang beberapa murid datang ke sekolah dengan mengenakan pakaian biasa tapi rapi dan sopan, serta mematuhi protokol kesehatan untuk mempraktikkan kepada mereka terkait materi yang saya dapatkan di program pendidikan guru penggerak. Hal itu saya lakukan agar aksi nyata saya dapat berjalan, walaupun belum maksimal karena kehadiran murid sangat terbatas untuk tatap muka.

Saya pun punya pengalaman lucu bersama 2 rekan sejawat saya yang kebetulan satu sekolah di SMAN 1 Tinombo Selatan, kami bertiga mengikuti zoom meeting bersama instruktur dengan menggunakan 1 layar HP dalam mengikuti materi. Hal tersebut dikarenakan lampu PLN padam, otomatis jaringan telkomsel kami putus. Tetapi, salah satu teman saya menggunakan kartu Axis dan kebetulan jaringannya bagus.

Pengalaman lucu lainnya saat kami mengikuti post test di sekolah, lampu PLN pun padam dan jaringan hilang lagi. Kami berempat dengan salah satu teman calon guru penggerak SMPN 3 Tinombo Selatan mencari tempat atau daerah yang tak jauh dari tempat kami dan jaringannya bagus. Di tempat tersebut kami melaksanakan post test berempat. Tetapi, lucunya lagi, laptop sudah lowbat, soal belum selesai. Akhirnya, tanpa melakukan literasi lebih cermat lagi, saya langsung menjawab soal dengan buru-buru sebelum baterai laptop mati total.

Rasa senang juga hadir saat pelaksanaan setiap lokakarya. Mulai dari lokakarya 0 sampai 9 saya bertemu teman-teman guru hebat dari semua jenjang pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong, dalam pelaksanaan lokakarya kami selalu melakukan kolaborasi dan berbagi praktik-praktik baik di sekolah masing-masing. Kami bercerita, bersenda gurau tentang pengalaman masing-masing dalam mengikuti pendidikan guru penggerak. Walaupun masih berstatus Calon Guru Penggerak (CGP), kami selalu percaya diri dan penuh semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini dengan waktu yang lumayan panjang dan melelahkan raga dan otak.

Salah satu tahapan kami mengikuti pendidikan guru penggerak adalah pelaksanaan lokakarya. Pada pelaksanaannya kami seluruh CGP harus mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan hand sanitizier pembagian dari panitia penyelenggara PPPPTK BK dan Penjas.

Pengajar praktik atau pendamping dengan kreatif, inovatif, dan sebagai motivasi saat menyajikan materi pada calon guru penggerak. Tak lupa pula, fasilitator dan instruktur juga demikian saat pembelajaran zoom meeting dilaksanakan. Dalam pelaksanaan lokakarya kami dibagi ke dalam beberapa kelas untuk menghindari kerumunan dan penyebaran Covid-19.

Lokakarya yang sangat kami nantikan adalah lokakarya 7, yaitu lokakarya panen hasil belajar dengan melakukan pameran hasil belajar selama 7 bulan pada modul 1, 2, dan 3 yang dihadiri Kepala DInas Pendidikan dan Kebudayaan, pengawas, kepala sekolah, dan komunitas praktisi. Waktu lokakarya pun berbeda dengan lokakarya lainnya yaitu 2 hari. Hari pertama penerimaan materi dan persiapan pameran dan hari kedua adalah puncak pelaksanaan pameran panen hasil belajar. Hal yang paling menarik saat pelaksanaan pameran adalah semua calon guru penggerak mengenakan pakaian adat nusantara.

Sebelum pameran seluruh CGP telah diberikan tugas masing-masing dari pendamping. Saya mendapat tugas pada modul 3 di kelas berbagi. Tentunya, saya merasa bangga dan sedikit nervous dalam melakukan presentase di depan pejabat, pengawas, kepala sekolah, dan komunitas praktisi. Alhamdulilah, berkat usaha dan kerja keras yang saya lakukan dalam menyiapkan standing banner untuk kelas berbagi membuahkan hasil yang baik. Pengunjung di kelas C berbagi merasa senang dan antusias bertanya terkait dengan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sekolah.

Melalui Program Pendidikan Guru Penggerak ini saya lebih termotivasi untuk tergerak, bergerak, dan menggerakkan komunitas sekolah menuju murid yang berkarakter dan berjiwa pancasila sebagai sebuah agen transformasi di sekolah tempatku bertugas dan dapat berbagi dengan rekan sejawat dan murid.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post