Ridyawati

Lewat Seni Bersama Meraih Impian Berinovasi Untuk Terus Berkarya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jangan Malu Untuk Belajar
Dok Pri

Jangan Malu Untuk Belajar

Tak hanya siswa yang belajar, gurupun juga harus melakukan hal yang sama agar siswa dapat memahaminya. Oleh karena itu tak perlu malu bila kita tak tahu agar tak salah jalan.

Hari ini kami berenam mendatangi mas Wachid, beliau seorang budayawan yang senantiasa menularkan berbagai aktivitas maupun ilmu yang dimilikinya melalui instagram maupun media sosial lain. Keberadaan beliau sebagai putra daerah membuatnya untuk terus menguri-uri atau melestarikan budaya setempat agar tidak lupa dengan asal usulnya.

Mas Wachid memahami kisah perjalanan tentang serabi, baik sejarah maupun makna yang terkandung didalamnya. Bahkan salah satu siswa SMPN 5 Ambarawa, Calysta Aurellya Inges Jatmiko mengikuti lomba menulis di mediaGuru dengan mengangkat cerita berjudul Lezatnya Serabi Ngampin, kuliner khas Ambarawa pada buku Aku Suka Kuliner Nusantara.

Sayang sekali ketika sampai dirumahnya, beliau tidak berada ditempat. Kami diterima oleh orang tuanya, Ibu Faizah namanya. Rumah sekaligus tempat produksi dan penjualan. Kebetulan juga ruang produksi berada di pinggir jalan raya.

Sosok ibu yang ramah dan masih enerjik walaupun sudah berusia lebih dari setengah abad. Beliau menerangkan tentang cara pembuatan serabi. Aku yang jarang masuk ke dapur hanya menganggukkan kepala berkali-kali. Candaan mulai terdengar ketika bu Faizah memberikan contoh mengambil serabi yang sudah matang dari wajan.

“Ayo siapa yang mau mencoba?” tanya bu Faizah,

kula bu” acung jari bu Nia

Dengan percaya diri iapun menuangkan santan berwarna putih satu sendok sayur kemudian memberikan warna hijau diatasnya. Diulanginya dengan keren dan wajan yang berbeda. Kali ini bukan warna hijau tetapi warna coklat.

“Eits...nggak boleh beranjak dulu sampai matang dan diambil dari wajannya lho” cegah bu Iroh,

“Panas bu, lagi pula asapnya” keluh bu Nia,

“Kayunya jangan terlalu masuk, dikeluarkan sedikit bu”

Bu Faizah memberikan petunjuk agar bara api tidak terlalu berlebihan. Semakin bara besar maka serabi cepat matang tetapi cenderung gosong.

“Ayo diserok “kata bu Yuni,

“Hus...seperti ambil ikan lele di empang mak” candaku sambil terkikik,

“Waduh ambyar bu” kata bu Nia,

“Coba gantian, siapa tahu bisa nyerok” pintaku,

“Tak beri jempol dech, kalau sukses” canda bu Yuni,

Ternyata tak semudah yang dilihat. Ketika kami mencoba banyak kegagalan, namun pantang menyerah. Apalagi Bu Faizah memberikan petunjuk teknik memegang suthil alat untuk mengambil serabi secara benar.

“Hore...berhasil” teriak bu Ning gembira,

“Senangnya tuh” jawab Pak Diki, satu-satunya laki-laki diantara kami,

“Aku angkat tangan dech, udah lima kali hancur semua”

“Pokoke harus semangat”

Belajar tidak harus di belakang meja ataupun dengan buku. Namun belajar dapat dilakukan setiap saat dengan melihat keadaan sekeliling. Begitu juga aku dan teman guru lainnya, sebelum memberikan pengajaran kepada siswa kamipun juga harus mengetahui paling tidak memahami agar tak keliru dalam memberikan arahan pada siswa. Walaupun mas Wachid dan Bu Faizah pasti membantu melalui pendampingan siswa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya Bu, belajar sepanjang hayat

26 Mar
Balas

yes. matur nuwun

27 Mar

tulisannya keren dan inspiratif. Long life education

03 Apr
Balas



search

New Post