Krucuk..krucuk...bunyi perut bergelora tak henti,

"Aduh sakit"

"Lailahaillallah...Lailahaillallah..."

"La Haula wala quwata Illa Billah"

Yah senandung itulah yang mengiringi setiap kali terdengar rintihan,

Ani tak kuasa bergerak, tangannya mengusap lembut badan ringkih nan kurus.

Dddrrrttt bunyi gawai diatas nakas, segera diraihnya benda pipih berwarna hitam,

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Sudah mendarat aku"

"Ya, tunggu di pintu keluar saja ya"

"Okey"

Bergegas Ani meraih kunci, tak lama Brio putih melaju perlahan di bandara Adi Sucipto.

Tiga puluh menit sampailah ia di Bandara, siap menjemput Ridho, kakak kandung yang menjadi ASN di seberang pulau.

"Sehat mas?"

"Iya, bagaimana kamu?"

"Seperti inilah. Yuk udach ditunggu ibu"

"Ayo"

Tak lama kemudian sampailah di rumah. Serasa lama tidak bertemu membuat Ridho bergegas menemui di kamar.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Bu...Ridho, anakmu"

"Ya Allah nak, akhirnya sampai juga"

Dibelainya wajah Ridho dengan mata terpejam, seolah bagaikan mimpi dapat bertemu.

"Bukankah ibu ingin semua datang?" Jawab Ani,

"Sekarang semua anak sudah berkumpul bu"

"Alhamdulillah..." senyum tipis tercipta di bibirnya,

Ani memang memiliki saudara di luar pulau dan hari ini rasa syukur terlihat dari wajahnya.