Perjalanan panjang memang melelahkan, namun semua menjadi menyenangkan karena diliputi hati yang mengkhawatirkan.

Menyanyi bersama, berbincang dengan rekan yang setiap hari belum tentu bersua maupun bercanda, semua melebur menjadi satu.

Hingga tak terasa Jet Bus 3 Jong Batak mulai memasuki area Museum Ullen Sentalu. Museum yang terletak di Jalan Kaliurang, Sleman Jogjakarta.

Langkah kaki ringan menuju pintu masuk, tak lupa berfoto ria menjadi agenda wajib. Lingkungan adem dan teduh dengan pohon tinggi menyiratkan suasana kedamaian.

Tak berselang lama kami menuju ruang tunggu museum. Bukan karena terlalu pagi sampainya, namun penerapan prokes tetap berlaku.

Dua puluh lima pengunjung untuk satu tour guide. Sehingga kelompok SMPN 5 Ambarawa terbagi menjadi dua.

Aku yang termasuk kelompok kedua memanfaatkan waktu untuk mencoba mempraktikkan ilmu yang diberikan Om Roy. Setelah beberapa kali gagal di Majalah Literasi, hanya satu foto yang terpampang manis di MLI V.

Pose dan gaya rekan sebagai incaranku, bahkan menjadi penata gaya bagi mereka. Hasil jepretanku memang banyak bahkan gawai salah satu rekan yang memiliki hobi healing menjadi korban eksperimenku.

Beberapa foto menjadi favoritku. Salah satunya adalah pesona rekan sejawatku yang menjadi korban. Hasil gaya yang luwes dengan sedikit tatanan.

Aku berharap semoga om Roy melihatnya serta mau memberikan kritik dan saran agar lebih terampil menggunakan gawai.

Tiga puluh menit berlalu, tak terasa dari petugas museum sudah memberikan sinyalnya. Bagai seorang siswa yang sedang menunggu penjelasan gurunya, kamipun berdiri berjajar mendengarkan kata yang keluar dari bibir manis sang guide.

Museum Ullen Sentalu, nama yang unik akronim dari Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku.

Blencong adalah sebuah lampu yang digunakan ketika diadakannya pertunjukan wayang kulit.

Pemahaman Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku dapat dimaknai sebagai petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.

https://alacasa.id/article/read/1/2019/868/10-hal-tentang-museum-ullen-sentalu-yang-menawan