Semarang kaline banjir...

Ja sumelang ra dipikir...

Itulah penggalan syair lagu Jangkrik Genggong dari Waljinah.

Bila sudah mulai masa hujan, warga kota Semarang tentu bersiap bila sewaktu-waktu ada air bertamu secara tiba-tiba.

Banyak ruas jalan yang terkena limpahan air yang berlebihan.

Untuk mereka yang melewati kota tercinta ini perlu mewaspadai agar tak terjebak di zona tak aman.

Cerita ini berdasarkan curhatan hati rekan sekantorku saat ia mengalami kejadian yang tak terlupakan.

Three Susanti atau sering dipanggil Bu Santi, gadis manis berasal dari Pati yang merantau ke Ambarawa.

Setiap dua minggu sekali ia pastilah pulang ke tanah kelahiran guna menengok orang tuanya.

Selepas tahun baru, hari minggu saatnya harus kembali ke Ambarawa, namun sejak pagi hujan tak kunjung reda juga.

Rasa tanggung jawab dengan pekerjaannya mengalahkan segala resiko yang harus dihadapi ketika diperjalanan.

Dengan keyakinan yang kuat serta do'a dari orang tua membuat ia memantapkan diri untuk kembali ke Ambarawa, tempat mencari nafkah.

Guyuran air hujan yang belum berhenti membuat was-was begitu juga dengan sang sopir bis yang dinaikinya, hingga sebelum sampai tujuan sang sopir tak berani melanjutkan perjalanan.Tak ayal Bu Santi bersama penumpang lain terpaksa harus turun.

Kebingungan melanda dirinya namun optimis tetap ada mengingat tak hanya sendirian yang terputus di perjalanan.

Akhirnya lewatlah truk besar pengangkut mobil menuju ke Solo. Dalam benak Bu Santi bila tak ikut truk tersebut pastilah ia tak kunjung sampai di tempat tujuan. Akhirnya berbekal modal keberanian iapun ikut bersama penumpang lainnya.

Baju basah karena hujan tidak membuat ia putus asa, yang penting hanyalah bagaimana caranya agar sampai ketujuan.

Dengan sedikit candaan kutimpali dengan kalimat,

"Biar Bu Santi dapat pengalaman bonek alias bondo nekat"

"Iya bu...rasanya seperti anak punk"

Senyum simpul menghiasi bibir manisnya, itulah pengalaman perantau. Bagaimana dengan kalian?