Apakah anak-anakku memiliki baju?, ya tentu saja, baju tidur, baju main, baju pergi, baju undangan. Sedangkan mereka, anak-anak yang sedang di elf itu pakaiannya sangat sederhana. Sang kakak sekitar 7 tahun hanya memakai baju kaos putih dekil yg sudah tipis, kedua adiknya sekitar 6 tahun dan 1 tahun,pakaiannya lumayan tebal tapi tidak kalah kotornya.

Apakah anak-anakku mempunyai sendal dan sepatu? ya mereka punya beberapa sepatu buat sakola, sendal jepit, dan sendal untuk bepergian, sebenarnya sendal buat bepergian sudah harus diganti, gajian ini dianggarkan untuk membeli. Apakah 3 anak di elf punya sepatu dan sendal? Ternyata tidak, saya melihat mereka saat turun dari elf tanpa alas kaki, begitu sederhananya mereka mereka

Apakah anak-anakku mempunyai mainan? Ya, banyak sekali, mobil mobilan, hotwheel, robot-robotan , lego, balok, raket (cuman seminggu dipakai ), spidol , crayons, pencil warna, tentara-tentaraan, balon warna warni, yag belum ada mungkin sepeda . Mainan mereka yang saya liat , tamiya murah yg harganya di bawah 15 ribu,, itupun dah rusak dan diikat karet.

Tapi, dalam kesederhanaan mereka, anak anak tetap anak anak , mereka bermain dengan ceria. Mereka bernyanyi, mereka bercanda, si bungsu yang masih sekitar 1-2 tahun dengan berani naik jok elf sampai di atasnya dan terus 'bertengger' di atas jok itu dengan asyiknya. Wajah-wajah mereka pun tampak bahagia,sama cerianya dengan anak-anakku jika sedang bermain.

Saya yakin hidup mereka sangat tidak mudah. Sang Ibu saya lihat tidak mampu membayar omgkos elf. Ya, jangankan untuk baju dan mainan, untuk makanpun mungkin mereka kesusahan. Balada satu elf dengan seorang ibu berambut gimbal dengan bawaan tas banyak, 3 anak kecil kecil.

Catatan:

Tulisan ini berdasarkan status akun facebook saya tanggal 23 Januari 2013. Saat itu saya pulang sekolah dan naik Elf Majalaya-Kebon Kelapa. Dari peristiwa ini hikmah yang saya dapat adalah bahwa kebahagiaan seorang anak tidak mesti dengan baju dan pakaian mewah. Sebagai ibu bekerja, saya sering “mengganti” waktu kebersamaan saya dengan membelikan mainan dengan harapan anak-anak menjadi bahagia. Ya, saya melihat mereka bahagia. Tapi sekarang kok ada kekhawatiran pada diri saya bahwa anak saya menganggap bahagia itu adalah materi. Jadi saat tua nanti, mereka membelikan saya barang-barang bagus, tanpa menengok, tanpa mengajak jalan-jalan. Karena anak-anakku menganggap saya akan berbahagia dengan barang-barang bagus tersebut.

Maafkan Ibu anak-anakku, bahagia bukan dari banyaknya mainan. Bahagia adalah saat kita bersama, bermain, bercanda, bercerita, sesekali ayo kita jalan-jalan, akan Ibu pegang tangan kecilmu ya nak. Dan kelak jika Ibu tua nanti, seringlah menengok Ibu, marilah kita bercerita, bercanda, dan sesekali ajak Ibu jalan-jalan jangan lupa pegang tangan Ibumu ini.