Rifki Ferdiansyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Discovery Learning di Mapel. Bahasa Inggris
gambar dari https://tinyurl.com/y3r4s4rk

Discovery Learning di Mapel. Bahasa Inggris

Pendekatan, model, strategi, atau teknik pembelajaran bersifat relatif. Tak ada yang lebih bagus, pun tak juga yang lebih buruk. Mestinya, opsi yang lebih tepat adalah mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan guru. Bila itu menjadi dasar berpikir, maka permintaan untuk memakai model atau strategi tertentu mesti ditolak.

Hal itu yang menjadi pikiran saya sepanjang beberapa waktu di depan komputer saat menyelesaikan tugas OJL Lokakarya Sekolah pagi menjelang siang tadi. Ketika saya mesti merancang sebuah RPP dengan model pembelajaran discovery learning. Tugasnya jelas dan spesifik; gunakan model discovery learning! Salah? secara konteks tidak, karena saat workshop fasilitator memberi materi model pembelajaran tersebut. Dan tentunya, tugas mesti sesuai dengan materi ajar.

Entah pengetahuan saya yang masih cetek atau saya kurang lihai menggunakan google buat cari referensi; saya tak punya gambaran bagaimana bentuk pelajaran bahasa Inggris berbasis discovery lerning. Dan bukan sekarang saja hal tersebut menjadi masalah. Saat mengikuti beberapa diklat, masalah ini cendrung selalu menjadi diskusi tanpa penyelesaian yang jelas. Bahkan, secara ekstrem, saya pernah bersepakat dengan salah seorang fasilitator yang juga seorang dosen bahwa model pembelajaran macam discovery learning kurang cocok untuk pembelajaran bahasa.

Alasannya bisa ditelaah dari pemahaman dasar discovery learning itu sendiri. Kata dasar discovery adalah to discover; yang bermakna tindakan untuk menemukan. Jika diklasifikasikan, model pembelajaran ini termasuk model pembelajaran ilmiah. Jadi dapat disimpulkan discovery learning merupakan kegiatan pembelajaran melalui proses-proses penyelidikan untuk menemukan suatu masalah. Hal tersbeut bukan berarti pula pembelajaran bahasa tidak ilmiah. Akan tetapi, pendekatannya mesti sesuai pula dengan landasan ilmu bahasa.

Dalam langkahnya, discovery learning setidaknya memiliki 5 tahap; merumuskan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengaplikasikan atau tindak lanjut. Di sumber berbeda, sintak discovery learning terdiri dari enam buah, yakni; pemberian rangsangan, merumuskan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan. Dari dua model sintak tersebut, ada kesamaan dalam merumuskan masalah dan pengumpulan data.

Dalam sebuah langkah ilmiah, perumusan masalah dilakukan dengan membandingkan antara keadaan ril dan keadaan ideal. Apabila keadaan ril tidak sama dengan keadaan ideal; disitulah rumusan masalah bisa dibuat. Sementara, untuk mengumpulkan data, discovery learning cendrung menekankan pada kegiatan ekperimen atau ekplorasi. Hal ini berpatok pada discovery sebagai langkah kegiatan penyelidikan ilmiah. Bila mata pelajaran IPA, masalah dapat dicari lewat fenomena alam sekitar, lalu ditelaah dan dipelajari sesuai dengan materi pembelajaran. Bagaimana dengan bahasa?

Fenomena bahasa dapat pula ditangkap dalam aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, pemecahan masalahnya cendrung bukan isi dari materi pembelajaran. Dia akan dijadikan penyelidikan ilmiah ilmu bahasa murni yang biasanya berakhir menjadi rekomendasi teknik pembelajaran. Dan tentunya bukan itu tujuan materi pembelajaran bahasa Inggris untuk anak sekolah.

Kembali pada saya yang berjuang menyelesaikan orderan RPP dengan permintaan khusus. Setelah berkali-kali mengutak-atik sub-bagian langkah pembelajaran, akhirnya saya merancang sebuah kegiatan pembelajaran dengan model discovery learning. Walau setelah membacanya, ada rasa tidak sreg; tercipta ruang kosong dalam aktivitas pembelajaran yang saya buat. Tetapi ya sudahlah, setidaknya itu hasil pemikiran terbaik yang bisa saya pikirkan.

Ruang kosong yang bisa mengganggu aktivitas pembelajaran: Materi fokus pada demontratives word (this, that, these, those). Bagaimana ketika siswa membuat kalimat-kalimat pernyataan (langkah 1 dan 2); tak ada yang buat menggunakan demontratives word? Atau bagaimana jika mereka benar semua? Kalau salah satunya terjadi, perumusan masalah akan sulit tercipta. Tak ada rumusan masalah, tak ada penyelidikan atau tindakan discovery.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post