Rifni Hayati

Seorang guru Biologi yang diberi tugas sebagai Kepala Sekolah SMAN 29 Jakarta sejak Agustus 2021. Aktif di Komunitas Kepala Sekolah SMA sebagai Ketua Wilayah MK...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENCETAK GENERASI YANG MENYELAMATKAN LINGKUNGAN
Penanaman Sansivieria di SMAN 97 jakarta ( Januari 2019)

MENCETAK GENERASI YANG MENYELAMATKAN LINGKUNGAN

Oleh: Rifni Hayati

 

            Bulan Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLHS). Tema peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun 2021 ini adalah “Restorasi Ekosistem.” Ekosistem yang ada di bumi kita harus tetap dipertahankan agar selalu berada dalam kesetimbangan. Restorasi Ekosistem merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan menghentikan krisis lingkungan saat ini, diperlukan upaya untuk membalikkan degradasi lingkungan tersebut agar kembali seimbang.

            Berbicara tentang krisis lingkungan yang terjadi pada ekosistem dunia, hampir semua penurunan ekosistem disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan yang terjadi pada ekosistem darat dan air lebih disebabkan oleh keinginan manusia mengeksploitasi alam sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia. Perlu edukasi pada masyarakat dan pembuat keputusan, agar memperlakukan alam dengan baik.

            Pendidikan Lingkungan Hidup secara implisit bisa disisipkan pada pembelajaran di sekolah. Sejak dini seharusnya anak-anak kita sudah dikenalkan dengan alam dan cara-cara menjaga alam serta menyelamatkan lingkungan. Mulai tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi, Pendidikan lingkungan hidup dapat dikenalkan dan diimplementasikan oleh setiap individu, keluarga dan Lembaga  di habitat masing-masing.

            Sebagai pendidik dan pengampu mata pelajaran Biologi jenjang SMA, saya berupaya ambil bagian dalam penyelamatan ekosistem yang di mulai dari lingkungan rumah dan sekolah. Banyak pilihan kegiatan yang dapat dilakukan bersama peserta didik.  Dari kegiatan individu sampai kegiatan kelompok kecil atau kegiatan klasikal dalam kelompok besar. Program Penghijauan dan Pengolahan Sampah Oerganik dan anorganik merupakan  kegiatan yang sering dilakukan di setiap satuan Pendidikan.

            Materi tentang Ekosistem dan perubahan lingkungan dalam maple Biologi, disajikan di kelas X semester genap. Tetapi implementasi dari upaya penyelamatan ekosistem dan lingkungan dapat dilakukan di setiap jenjang kelas. Untuk Kelas X lebih banyak pengenalan flora dan fauna melalui materi kingdom Plantae dan Animalia. Peserta didik lebih banyak mengeksplor jenis-jenis tanaman dan hewan sesuai dengan klasifikasi dan peranannya dalam kehidupan. Di kelas XI dan XII, peserta didik  diajak untuk melakukan Penghijauan Sekolah sambil mempraktekkan Reproduksi Tumbuhan yang telah dipelajari. Reproduksi tanaman secara vegetatif berupa mencangkok, stek dan okulasi dilakukan di Green House, atau kebun dan halaman sekolah.

Untuk menambah pengalaman peserta didik, saya mengajak mereka untuk belajar pembibitan tanaman buah kepada ahlinya. Kegiatan ini melibatkan anggota ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan Pramuka. Kegiatan Penghijauan Sekolah yang diinisiasi oleh pengurus OSIS juga dapat menimbulkan gaung yang lebih besar. Apalagi jika program Penyelamatan Lingkungan dikoordinasi oleh Dinas Pendidikan maka gemanya akan lebih luas dan diikuti semua sekolah di wilayah tersebut.

            Pada awal tahun pelajaran 2019/2020 sebelum pandemi Covid-19, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan imbauan agar sekolah-sekolah di DKI menanam tanaman Sansievieria (Lidah Mertua) dan Sirih Gading. Imbauan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 86/SE/2019 tentang Imbauan Penanaman Tanaman yang ditujukan kepada Kepala Sekolah Negeri dan Swasta di Jakarta. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa penanaman dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas udara Jakarta dan mengoptimalkan fungsi penghijauan sekolah. Dan gerakan menanam ini disambut baik di setiap sekolah sebagai gerakan penghijauan di sekolah.

Tanaman Sansievieria atau lidah mertua ini mampu menyerap racun atau polusi udara. Selain itu tumbuhan ini dapat mengeluarkan Oksigen 24 jam. Jika tanaman lain mengeluarkan Oksigen hanya siang hari saja, berbeda dengan Sansievieria yang sepanjang hari mengeluarkan O2 sehingga bisa dijadikan tanaman hias di dalam rumah. Zat polutan udara yang diserap bisa berasal dari asap rokok herbal, asap rokok elektrik/vape, cat tembok, furniture, asap kendaraan, asap di dapur, AC dan lain – lain. Selain mampu menyerap zat polutan di udara, ternyata tanaman lidah mertua dapat juga menyerap radiasi barang elektronik seperti televisi, handphone, laptop, dll.

Selama masa pandemi ini, saya lebih banyak menugaskan kepada peserta didik, agar mereka melakukan kegiatan penghijauan secara mandiri di rumah. Mereka dapat memilih tanaman sesuai keinginan dan kebutuhan. Bahkan kegiatan mereka diikuti oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam rangka mengisi waktu dan work from home.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren un

15 Jun
Balas

Trims Bu Arfina... Salam sehat slalu

15 Jun

Trims Bu Arfina... Salam sehat slalu

15 Jun

MaasyaAllah. Ulasan yang informatif. Sukses selalu

14 Jun
Balas

Mksh udh mampir Bu Mihrawati... Slm sukses jg Bu

16 Jun



search

New Post