Rifqi Maulana

GURU DI MI MA'ARIF NU KEBANDUNGAN, MENEMPUH PENDIDIKAN SARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI UIN MALIKI MALANG ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jati, Diriku
Source: google.com

Jati, Diriku

Hangatnya suasana kian terasa ditengah dinginnya kota malang bulan agustus yang identik dengan suhu dingin, akibat sinar matahari pagi yang menyeruak dari balik dedaunan pohon tepian, penghias jalanan ramai bertuan sibuk.

“ hidup penuh dengan layar”

Hidup sekarang ini tak pernah terlewat dari wujud layar datar. Mulai dari awal terbukanya mata sampaimata ini terpejam lagi, kita sudah menghadap layar dan layar. Seolah-olah layar-layar itu menempel tepat di depan mata kita dan mengikuti kemanapun kita pergi.

Hari ini masuk abad 21 dimana segala sesuatu akan ditampilkan melalui layar-layar. Membaca berita, ngobrol tatap muka, membayar tagihan, menonton iklan, check kesehatan, sampai ibadah pun diwakili oleh layar-layar. Yang terakhir disebutkan merupakan fenomena baru yang ada didunia digital. Dari seberang jalan terlihat sosok jati, laki-lai kurus dengan penampilan seadanya, cenderung usang terlindas oleh kekejaman hedonisme kota ini, jati merasa gundah pula dengan realita ini dengan mengait-aitkan dengan studinya. Betapa hebatnya layar-layar ini bekerja, sampai gelar kesarjanaan ditentukan melaluinya, jati bersendawa, aroma kopi tercium dari balik ruangan mulutnya. Disusul tertawa terbahak” hahahahahahahahah”. Sejenak ku berfikir” kenapa ia tertawa?” mengagetkan.

Beberapa saat kemudian saya baru menyadarinya, ternyata jati menyindir tentang skripsi, betul juga, makanya ia cenderung acuh denan hal-hal yang berkaitan dengan wisuda atau gelar kesarjanaannya. Apalagi kalau diakumulasikan dari awal menjadi mahasiswa bahwa dalam rangka kita mencari pengalaman maupun pemahaman mesti tak bisa terlepas dari layar. Ketakutannya memuncak ketika secara masif layar-layar itu telah merenggut kemanusiaan manusia, betapa tidak, layar sekarang mewakili tatap muka, layar mewakili suatu pembicaraan, layar mewakili sebuah ikatan, dan lain-lain.mari kita sadari bersama dalam 24 jam sehari kita menatap layar. Seolah tak ada lagi yang cocok untuk ditatap kecuali layar, aku menyadari itu, bukan tak mungkin akan menjadi trend, bahkan sudah menjadi trend ditengah masyarakat. Bahayanya adalah ketika layar telah menggantikan sosok kemanusiaan. Orang tak lagi percaya manusia justru lebih percaya layar datar. Layar sudah lebih baik dari manusia, begitukan terlogikanya?. Kepekaan sosial memudar, aksi simpatik menguap bak bensin ditengah udara terbuka. “ tapi saya akan tetap optimis” celetuk jati. “dengan apa kamu optimis?” tanya saya. “ denganmu, karena kamu teman bicara saya”. setelah itu jati beranjak dan pergi tanpa memberitahukan kemana ia pergi. Obrolan terhenti, saya sekarang hanya ditemani cangkir imut dengan separo kopi susu khas, dan selamat membaca kembali....

King cofee, 8 agustus 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post