Riful Hamidah

Sangat mencintai profesi sebagai guru dan termotivasi menjadi Guru Penulis. Saya yakin, guru penulis akan memiliki kesempatan yang lebih banyak menjadi m...

Selengkapnya
Navigasi Web

GURU INSPIRATOR

“Kehidupan ini adalah guru yang luar biasa

Gurunya guru adalah kehidupan itu sendiri”

Setiap memasuki tahun ajaran baru, memoriku berpuluh tahun yang lalu kembali hadir. Saat itu aku masih menjadi mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas PPL (Program Pengalaman Lapangan) di sebuah sekolah kejuruan ternama di kota Jombang. Sama dengan teman-teman yang lain, perasaanku pada waktu itu sungguh campur aduk. Ini sudah tidak tentang sedih atau senang, tapi tentang grogi, was-was, takut dan lain sebagainya. Bisa nggak ya aku menjadi guru yang bener? Bagaimana nanti siswa yang akan kuajar? Mereka menerimaku dengan baik atau tidak ya? Pelajaranku mudah dimengerti atau sulit ya? Bukannya lebai, tapi aku mendengar ada teman yang dibuat nangis di depan kelas karena tidak tahan menghadapi tingkah siswanya. Maklumlah, anak-anak seusia SMA/SMK, jika berhadapan dengan guru baru apalagi masih muda, pasti ingin menguji nyali mereka. Yaah...mungkin ini cara mereka untuk mengakrabkan diri, tapi bagi yang bersangkutan, sungguh sebagai tantangan tersendiri.

Permasalahan lain, yang tak kalah seremnya bagi mahasiswa PPL termasuk aku, adalah guru pembimbing. Doaku, semoga beliau adalah sosok yang sabar dan penuh pengertian. Banyak maklumnya, toleran, dan kebaikan-kebaikan yang lain. Hehe... Alhamdulillah...bisa dikatakan doaku terkabul, meski tidak semua. Seorang bapak setengah baya, berpostur tinggi, berkaca mata, dan berpakaian rapi, memandang dengan tajam ketika aku memperkenalkan diri sebagai mahasiswa bimbingannya. Aku sudah bisa menangkap kesan, bahwa beliau sabar dan berwibawa, tapi juga disiplin dan tegas. Sedikit serius dan kelihatannya tidak ada toleransi. Ekspektasinya terhadap mahasiswa bimbingannya juga tinggi. Heeeemm... Kutepis rasa takutku, dan kuambil nilai positifnya. Semoga akan banyak ilmu yang kuperoleh untuk menjadi guru yang bener dari beliau. Semangaaat...!!

Keesokan harinya aku agak tergopoh-gopoh mendatangi Pak Jito, begitu aku memanggil guru pembimbingku, karena jadwal observasi di kelas akan dimulai. Padahal lonceng masuk baru berbunyi. Ternyata kebiasaan beliau, ketika lonceng berbunyi, beliau sudah berdiri di dekat pintu masuk kelas. Oh, my God!! Kali ini saja beliau agak terlambat karena menungguku. Maaf Pak.., beliau hanya mengangguk dan tidak tersenyum. Agak rikuh juga dan serba salah, aku pun segera menyamakan langkahku dengan beliau berjalan menuju kelas.

Ketika kami memasuki ruangan kelas, semua siswa telah tertib duduk di kursi masing masing.Tidak ada yang berkeliaran ataupun suara gaduh. Mereka tampak sudah siap menerima pelajaran. Dalam hati aku kagum, berarti mereka sangat menghormati Pak Jito. Heeem...dalam hati aku semakin penasaran dan ingin tahu, ada apa dengan Pak Jito? Meski rasa grogi tak bisa kusembunyikan, tapi aku berusaha untuk berdiri tegak seraya tersenyum di samping beliau yang telah mengucapkan salam. Dengan serempak seluruh siswa menjawab salam tersebut.

Setelah memberi kesempatan untukku berkenalan dengan siswa, beliau memintaku duduk di deret kursi paling belakang. Kemudian, beliau memulai mengajar. Tentu saja aku memperhatikan setiap ucapan, tingkah laku dan gaya beliau ketika mengajar. Ternyata model komunikasi beliau ketika berinteraksi dengan siswa cukup santai dan sering diselingi dengan humor. Semua siswa diperhatikan oleh beliau, jika ada yang kurang berkonsentrasi beliau segera menegur dan mengingatkan dengan kata-kata candaan sehingga tidak sampai menyinggung. Begitu pun ketika siswa melakukan hal positif beliau meresponnya dengan bangga. Beliau mengajar dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Meski kesannya serius dan agak menakutkan, tapi ketika berkomunikasi siswa tetap merasa nyaman. Beliau juga sangat menguasai materi pelajaran. Serius tapi santai, mungkin begitu pasnya jika aku menggambarkan suasana mengajar yang beliau terapkan.

Pada hari yang telah ditentukan, aku sudah harus praktik mengajar. Semalam aku hampir tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan itu. Meskipun rencana pembelajaran dan perlengkapannya sudah siap, materi sudah kukuasai, berkali-kali latihan, tapi kekhawatiran tidak bisa tampil dengan baik tetap tak bisa kuhilangkan. Aku tidak ingin malu, baik di hadapan Pak Jito, terlebih siswa. Aku pun bersemangat melangkah menuju kelas.

Tentu saja kali ini aku tidak terlambat. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Ketika lonceng berbunyi aku sudah berdiri dekat pintu masuk, begitu pun Pak Jito. Kata beliau, "kelas ini milik Ibu, silakan." Dan di lubuk hati yang paling dalam, doaku... semoga nanti tidak terserang deman panggung. Aamiin. Mulailah aku beraksi. Setiap tahapan kulalui sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah kususun. Terasa tidak natural, tapi lama-lama suasana mencair. Para siswa sangat membantu dan sangat kompromis. Sekitar tiga puluh menit Pak Jito memperhatikan caraku mengajar. Alhamdulillah setelah itu beliau berpamit meninggalkan ruangan kelas. Betapa leganya. Pertemuan berikutnya, beliau mengobservasiku hanya sekitar lima belas menit. Kemudian di hari berikutnya lagi hanya lima menit dan keesokannya, beliau menyerahkan kelas sepenuhnya untuk kuajar tanpa pendampingan beliau.

Pak Jito sang guru inspirator, tidak pernah memberikan pujian dengan kata-kata, tapi bagaimana cara beliau berbicara dengan sangat menghargai, bagiku itu sudah cukup bahwa beliau mengapresiasi upayaku untuk menjadi guru yang bener. Setiap aku berkonsultasi dan menyampaikan ide, beliau selalu mengiyakan dan mendukung. Beliau tidak pernah mengintervensi tapi aku dibebaskan untuk berkreasi. Seakan beliau sudah sangat paham bahwa semua kulewati dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh. Mengajar menjadi sangat menyenangkan. Menjadi guru tidak lagi menjadi beban...tapi suatu cita-cita yang suatu saat harus kuwujudkan. Begitu tekatku waktu itu. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post