KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK- RIHUL JANNAH - LOTIM 1
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
RIHUL JANNAH - LOTIM 1
Ki Hadjar Dewantara dengan Patrap Triloka nya”Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” mengingatkan dan menyadarkan kita sebagai pendidik,bahwa benarkah apa yang sudah kita lakukan kepada peserta didik betul betul untuk menjadikan mereka manusia yang merdeka batinnya, merdeka fikirannya dan merdeka tenaganya ? Apakah kita sudah menjadi seorang penuntun yang membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai dengan bakat dan minatnya? Berlainan dengan faham Tabula Rasa yang menganggap jiwa sang anak sebagai Kertas Putih yang bisa di isi sesuai dengan keinginan gurunya. Tuntutan kodrati anak adalah merdeka dalam mengembangkan potensi, talenta,minat nya sehingga ia menjadi lebih aktif mencari tau dan selalu ingin maju menyesuaikan dirinya dengan kemajuan alam dan jaman seiring dengan berkembangnya budaya manusia. Hablumminalloh dan Hablumminannas itulah yang menjadi batasnya. Disinilah peran pendidik untuk menuntunnya sesuai ajaran agama dan berlaku sesuai dengan akhlaq yang mulia dengan selalu mengingat Alloh Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan kodratnya.
Dengan menerapkan pemikiran pemikiran KHD tersebut akan dapat mengembangkan kerangka Merdeka Belajar sehingga tercipta “Profil Pelajar Pancasila” yang; 1. Beriman dan Berahklaq Mulia 2. Kreatif 3. Bergotong Royong 4. Berkebhinekaan Global 5. Bernalar Kritis 6. Mandiri
Pendidikan itu adalah untuk memanusiakan manusia,bukan untuk memaksakan kehendak kita kepada siswa. Yang kita lakukan sebagai guru adalah menuntun anak agar menjadi anak yang berbudi pekerti luhur dan menjadi senang dan bahagia dalam belajar,bukan menjadikan anak pintar dalam segala hal,anak harus merdeka dalam belajar sesuai dengan minat,bakat,gaya belajar,potensi dan karakteristik yang ada pada dirinya.
Anak memang diciptakan sesuai dengan kudratullohnya,namun ada ikhtiar yang harus kita lakukan untuk menggali potensi ’DISIPLIN’ yang masih samar samar terlihat karena tertutup oleh kebiasaan kebiasaan yang sering dilakukan,sehingga anak ataupun kita sebagai guru tidak menyadari potensi tersebut.
Menjadi tugas kitalah untuk melejitkan potensi potensi anak dengan cara atau strategi strategi yang betul betul berpihak kepada anak seperti: menerapkan inkuiri partisipatif yang berbasis kekuatan dan kolaborasi,menerapkan budaya budaya positif di lingkungan sekolah, melaksanakan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mengikhtiarkan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir kebutuhan peserta didik. Begitu pula dalam hal menuntun murid untuk menjadi pribadi yang lebih baik,guru harus menguasai keterampilan keterampilan coaching dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Sudah seharusnya guru menyadari bahwa dia adalah teladan bagi
murid baik dari perkataan ataupun perbuatannya oleh karena itu dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran benar benar melalui langkah langkah pengujian pengambilan keputusan yang sistematis. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan.
Dalam mengambil keputusan yang berbasis etika, dibutuhkan persamaan visi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan juga akan lebih jelas. Keterampilan coaching membekali seorang guru menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi untuk solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Di dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri , pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berhubungan sosial. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh, sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Rencana penulis ke depannya apabila dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika,maka masalah yang penulis hadapi akan penulis sikapi dengan sikap lapang dada atau menerimanya terlebih dahulu, penulis akan mengelola emosi diri dengan tehnik STOP dan menghubungkan hati penulis dengan Sang Pencipta bahwa penulis penuh keyakinan dengan kekuatan Allah swt yang akan melindungi dan memberikan yang terbaik untuk semua sehingga membuat diri saya merasa ikhlas, nyaman dan berkesadaran penuh untuk mengambil keputusan. Keputusan yang akan penulis ambil selanjutnya dimulai dengan menerapkan 4 paradigma,menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah pengujian,apakah itu termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Penulis akan mengukur efektivitas pengambilan keputusan tersebut dengan menentukan paradigma yang benar benar tepat karena itu akan menggambarkan,mewarnai dan menentukan keputusan yang akan saya ambil,dan yang pasti setiap keputusan yang diambil mengandung konsekwensi oleh karena itu saya akan memperkirakan dampak atau konsekuensi apa yang akan terjadi bila keputusan itu di ambil. Dengan mempelajari semua hal tersebut melatih dan membiasakan kita untuk mengambil keputusan dengan langkah yang sistematis dan terencana sehingga dapat meminimalisir masalah yang akan bisa timbul setelah pengambilan keputusan. Konsekwensi dari pengambilan keputusan itu pun dapat kita pertanggung jawabkan secara moral terhadap sesama dan Allah swt.
Adapun 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan sesuai yang penulis terima pada Pelatihan Guru Penggerak adalah sebagai berikut:
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama serta akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu perlu selanjutnya untuk mengetahui dilema siapakah ini.
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Dalam pengambilan keputusan yang baik tentunya membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.
4. Menguji benar atau salah
- Uji Legal
Pertanyaan dasar yang harus diajukan adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah.
- Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik.
- Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.
- Uji Halaman Depan Koran
Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dimana sesuatu yang kita anggap merupakan ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat.
- Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ayah kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ayah kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang sangat bijaksana dalam mengambil setiap keputusan dan memberikan teladan yang baik dari perkataan maupun perbuatannya, dan tentunya sangat mencintai keluarganya.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang kita alami:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
6. Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang kira-kira yang akan dipakai
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking
7. Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
8. Buat Keputusan
Titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Biasanya penulis adalah tipe orang yang jarang mau ambil resiko dan mengambil keputusan cenderung berdasarkan rasa kasian atau peduli saja karena penulis orangnya gak tegaan, namun pada modul ini penulis banyak belajar bagaimana langkah langkah yang sistematis untuk mengambil keputusan, dan yang terpenting adalah ketegasan,karena kalau kita ragu ragu orang akan memanfaatkan kelemahan kita saat mengambil keputusan.Dengan berpedoman pada langkah langkah pengujian pengambilan keputusan inshaallah keputusan bisa dipertanggung jawabkan.
Penulis merasa sedikit demi sedikit telah memahami isi dari modul ini walaupun belum semuanya bisa di terapkan 100 % tetapi ada langkah awal yang tercipta untuk langkah langkah selanjutnya mulai dari memahami isi modul tersebut. langkah langkah pengambilan keputusan ini harus benar benar kita dalami dan kuasai agar tidak salah melangkah.
Penulis akan segera menerapkannya terlebih dahulu pada lingkungan keluarga kemudian kepada murid murid ,baru kemudian setelah penulis merasa mampu , akan lanjut diterapkan pada rekan rekan sejawat.
Semoga penulis bisa menjadi penuntun bagi murid murid dalam menemukan dan mencapai kodratnya, dalam mengembangkan dan melejitkan potensinya melalui pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dari gurunya .
Yang paling utama tentunya pada diri murid itu sendiri. Karena penuntun yang berhasil adalah apabila yang dituntunnya mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Sayangi murid dengan cara menuntuntunnya dalam mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri karena itulah bentuk kasih saying dan rasa cinta yang dapat kita tunjukkan sebagai bekalnya meniti masa depan. Keterampilan pengambilan keputusan yang apabila dilatih dan dibiasakan dari sejak dini pada murid murid akan menjadi budaya positif yang dapat mengantarkannya menjadi murid yang merdeka, bertanggung jawab dan inshaallah bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar