Nilai pendidikan dalam QS. Al-Maidah Ayat 88
Nilai pendidikan dalam QS. Al-Ma’idah Ayat: 88
#Tantangan hari ke 52
QS. al-Ma’idah Ayat: 88
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ(88)
Artinya:”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
Ayat 88 merupakan lanjutan ayat sebelumnya yaitu ayat 87 tentang hidup yang baik menurut Islam adalah hidup yang balans (seimbang) antara kebutuhan hidup yaitu makan-minum, berpakaian, bermasyarakat, dan kebutuhan hidup beragama. Bila itu dilakukan dengan seimbang antara ibadah dan muamalah, keluarga dan diri-sendiri, maka itulah ajaran Islam yang benar. Tidak boleh timpang.
a. Penjelasan Ayat :
Ayat 88 : Ini merupakan perintah Allah SWT kepada kita manusia agar makan makanan yang halal dan baik. Halal dari aspek hukumnya dan baik dilihat dari substansinya. Ada juga yang menterjemahkan bahwa “Halal” artinya boleh dan ‘thoyyib” (baik) adalah yang bergizi. Makanlah olehmu makanan yang dibolehkan oleh agama dan mengandung gizi yang baik. “Dan bertaqwalah kepada Allah”, maksudnya : Jaga dan peliharalah dirimu dari perbuatan yang Allah tidak suka.
Jadi ayat 88 ini mengandung dua pesan dari Allah SWT. Pertama, perintah dalam bentuk anjuran memakan dan meminum apa yang direzkikan Allah kepada manusia, yang halal dan bergizi. Kedua, perintah dan anjuran bertaqwa kepada Allah SWT.
Ayat 88 ini sekaligus membantah apa yang pernah dilakukan oleh enam orang sahabat Nabi Muhammad saw yaitu ‘Utsman bin Mad’un, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Miqdad bin Aswad, Salim dan Qudamah yang datang menemui ‘Aisyah r.a. (isteri Rasulullah SAW) bertanya tentang seperti apa ibadahnya Rasulullah SAW.
Maka diceritakanlah bagaimana ibadah Rasulullah SAW ketika di rumahnya. Setelah mendengar cerita ‘Aisyah tentang bagaimana ibadah Rasulullah SAW, maka berkatalah tiga orang sahabat tersebut. Yang seorang berkata : “Demi Allah, mulai sekarang aku akan shaum (puasa) sepanjang hari”. Yang seorang lagi berkata : “Demi Allah, aku bersumpah, aku tidak akan menikah sampai mati”. Yang seorang lagi berkata : “Demi Allah, aku bersumpah bahwa aku akan melaksanakan sholat malam (Tahajud) setiap malam”.
Apa yang disampaikan oleh para sahabat tersebut adalah ekstrim (terlalu), walaupun niatnya baik. Karena dengan cara demikian itu mereka mengabaikan rezki Allah SWT. Dia telah menyediakan rezki yang halal dan thoyyib. Dengan sumpah seperti tersebut diatas, mereka telah mengabaikan kewajiban kepada isteri dan anak-anaknya. Dengan sumpah seperti itu mereka telah menjadikan agama menjadi sesuatu yang berat (memberatkan). Padahal agama yang benar adalah agama yang seimbang. Yaitu Ibadah kepada Allah swt – Mu’amalah kepada sesama manusia dan Syahsiyah adalah memperhatikan kelestarian hidup pribadi.
Wahbah Az Zuhaili menjelaskan ayat 88, bahwa Allah SWT telah memberikan rezki kepada manusia untuk dinikmati, yaitu berupa makanan, minuman, pakaian, kendaraan, dst, nikmatilah itu, jangan kamu mengharamkan apa yang sudah Allah berikan kepadamu. Dengan tidak makan (puasa) terus menerus, tidak tidur setiap malam karena memilih ibadah terus menerus, itu tidak baik. Karena Nabi Muhammad saw juga mengatakan : “Aku ada waktunya tidur, tetapi juga ada waktu untuk sholat Tahajud. Aku juga menikah seperti halnya laki-laki lain”. Artinya, Nabi Muhammad SAW memposisikan diri beliau sebagaimana manusia yang mempunyai kelebihan. Sebagai manusia beliau juga sama dengan kita. Tetapi beliau diberikan kelebihan berupa Ar Risalah An Nubuwah (Kerasulan dan Kenabian). Sedangkan kita manusia biasa tidak dalam posisi seperti Nabi/Rasul. Allah SWT memberikan kepada Nabi Muhammad SAW kelebihan kemampuan dibandingkan rata-rata orang biasa. Walaupun beliau makannya biasa, tetapi beliau dicukupkan oleh Allah SWT. Walaupun tidur beliau di waktu malam hanya sebentar, tetapi beliau diberi kemampuan lebih kepada beliau untuk sholat malam. Kita, paling sedikit bisa meniru beliau. Kalau beliau sholat malam, kitapun sholat malam, hanya mungkin jumlahnya tidak sama dengan Nabi Muhammad SAW. Kalau Nabi Muhammad SAW dari jam 02.00 malam, kita cukup dari 03.30 (setengah empat) pagi. Lalu diteruskan dengan sholat Subuh berjamaah di masjid/mushola.
Sahabat-sahabat Nabi SAW seperti ‘Utsman bin Mad’un dkk, ingin meningkatkan prestasinya seperti Nabi Muhammad saw, yang secara fisik tidak mungkin bisa. Maka yang wajar saja, seperti dalam ayat tersebut dikatakan : Makanlah apa yang direzki-kan oleh Allah kepada kamu yang halal dan thoyyib.
Sungayang 8 Zulkaidah 1441 H/ 30 Juni 2020 M
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar