Riksa Retna Rengganis

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sanitasi Sekolah : Toilet Sekolahku Bersih dan Kekinian.

Sanitasi Sekolah : Toilet Sekolahku Bersih dan Kekinian.

Sanitasi Sekolah : Toilet Sekolahku Bersih dan Kekinian.

Kira-kira apa yang terbersit ketika melihat, mendengar atau menuliskan kata toilet? Sebuah kata yang tidak asing bahkan dicari semua orang di semua tempat. Setidaknya ada dua situasi yang bersilangan dan sangat kontras yang menggambarkan sebuah toilet. Situasi pertama bangunan dan desain toiletnya sangat bagus, nyaman, bersih, higienis, airnya mengalir jernih dan tidak berbau, klosetnya berfungsi dengan baik, sirkulasi udaranya baik, pencahayaannya baik, dan yang terpenting sangat terawat. Situasi kedua seperti kebalikannya, bangunan dan desainnya seadanya bahkan tampak tidak menarik, airnya kadang ada kadang tidak, klosetnya sering macet, ruangannya kecil dan terasa pengap, gelap, dan tercium bau yang tidak enak, dengan kondisi seperti itu tidak terawat pula jauh sekali dari higienis apalagi merasa nyaman. Tidak jarang toilet juga sering dihubungkan dengan situasi yang kurang menyenangkan, bau yang tidak sedap, bahkan terkadang menjadi tempat yang menyeramkan. Eit, tapi itu dulu, ketika kepedulian terhadap sanitasi sangat minim dan tidak jarang sering diabaikan. Tapi sekarang sudah waktunya paradigma tersebut dirubah bahkan kalau bisa dihilangkan.

Toilet merupakan salah satu bagian dari sanitasi. Sanitasi sendiri adalah segala upaya yang kita lakukan untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. Sanitasi juga dikatakan sebagai perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Beberapa tahun terakhir ini sanitasi di sekolah-sekolah sedang mendapatkan perhatian yang cukup menjanjikan. Salah satunya, dengan menggulirkan program “Sanitasi Sekolah” yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian pihak sekolah dalam kepedulian sanitasi, serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Tidak terkecuali di sekolahku, toilet sebagai salah satu tempat yang sering dicari oleh anak-anak dan warga sekolah lainnya.

Lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan lingkungan fisik, mental dan sosial dari sekolah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar dengan baik dan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal. Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut dapat berupa kondisi atap, dinding, lantai, kantin sekolah, termasuk didalamnya keberadaan toilet sehat yang saat ini sedang menjadi topik hangat diberbagai akses sanitasi.

Mengapa dibutuhkan sanitasi yang layak? Untuk gaya hidupkah? Untuk kesehatan kah? atau hanya sekedar pelengkap saja?. Tahukah anda bahwa sanitasi yang buruk merupakan penyebab terbesar kedua timbulnya penyakit di dunia ini?. Sebagai bagian dari sanitasi, pengelolaan limbah menjadi salah satu faktor penting yang patut diperhatikan. Pembuangan limbah sembarangan tidak hanya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, namun juga kesehatan manusia.

Lalu kenapa dengan sekolah?

Anak adalah asset bangsa masa depan, pada merekalah kita menitipkan negeri ini nantinya. Baik buruknya suatu bangsa tergantung pada kualitas anak yang akan meneruskan kehidupan berbangsa kita. Kata-kata guru lebih merasuk dihati anak-anak dibanding dengan kata orang tua mereka. Oleh sebab itu sasaran perubahan perilaku anak sebaiknya diterapkan pada anak melalui sekolah karena akan lebih efektif dan berhasil.

Anak-anak adalah agen perubahan perilaku, melalui anak kita dapat menerapkan atau mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dengan harapan mereka (anak anak kita akan membawanya ke lingkungan rumah mereka masing-masing). Bayangkan jumlah anak disetiap sekolah, seandainya setiap sekolah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat berapa orang Indonesia yang akan mengadopsi perilaku tersebut dengan asumsi setiap keluarga beranggotakan 4 orang (orang tua dan kedua anaknya) maka sasaran yang kita capai akan lebih cepat dan langsung mengena sasaran. Anak akan tidak sungkan kepada kedua orang tuanya maupun kepada anggota keluarga lainya bila melihat perilaku yang tidak sehat dilingkungan rumah mereka, karena tidak sesuai dengan yang diajarkan oleh guru mereka di sekolah. Bila perilaku hidup bersih dan sehat itu sudah tertanam di setiap anggota keluarga diharapkan perilaku hidup bersih dan sehat akan berhasil di negeri kita, angka orang yang terkena penyakit akibat sanitasi yang buruk akan menurun dan buang air besar sembarangan pun akan menghilang dari negeri tercinta kita ini.

Sedikit demi sedikit paradigma toilet yang tidak nyaman, berbau tidak enak, dan tidak bersih mulai dihilangkan. Pemeritah memiliki cita-cita semua toilet di sekolah-sekolah menjadi toilet yang nyaman, bersih dan sehat, serta mendekati standar toilet yang baik, yaitu sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, sirkulasi udara yang baik, pencahayaan baik, tersedia tempat cuci tangan, sesuai dengan gender (jenis kelamin), fasilitas kebersihan toilet, aman dan higienis dimana semua warga sekolah dapat membuang hajat serta memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang mendapatkan dana bantuan dari pemerintah untuk pengadaan sanitasi. Bantuan tersebut diantaranya dialokasikan untuk pengadaan toilet, pengadaan air bersih, dan pembiasaan perilaku hibup bersih dan sehat.

Rasio ideal penyediaan toilet di sekolah adalah 1:60 untuk laki-laki, dan 1:50 untuk perempuan. Adapun rasio rata-rata nasional juga menunjukkan angka yang tidak ideal yakni 1:90. Rasio ideal untuk toilet atau jamban di sekolah diatur dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI), SMP/MTS dan SMA/MA. Selain rasio, dalam Permendikbud tersebut juga diatur bahwa luas minimum 1 unit jamban adalah 2 meter persegi, dan tersedia air bersih di setiap unitnya. Sekolah di Indonesia masih menghadapi masalah pada rendahnya akses pada air yang aman, sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Berdasarkan data fasilitas sanitasi sekolah melalui Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Tahun 2014, hanya 65% sekolah di Indonesia yang memiliki jamban terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain itu total fasilitas sanitasi di sekolah yang ada hanya 22% dilaporkan berada dalam kondisi baik, atau hanya 1 dari 4 sekolah yang memiliki sanitasi sekolah yang layak.

Sejumlah kendala yang dihadapi sehingga angka rasio sanitasi terkait toilet di sekolah sangat tinggi. Diantaranya adalah kendala lahan sehingga sarana toilet tidak bisa ditambah, sedangkan jumlah siswa memang sangat tinggi, dan seperti itulah kendala di sekolah kami. Meskipun rasio toilet di sekolah kami belum sesuai dengan jumlah siswa, setidaknya diawal tahun 2016 dan awal tahun 2017 dana bantuan sanitasi itupun menghampiri sekolah kami, dengan bantuan tersebut kami bisa mempunyai 4 toilet perempuan dan 4 toilet laki-laki. Toilet tersebut kami bangun dengan desain yang cukup menarik, klosetnya terdiri dari kloset jongkok dan kloset duduk, lantai dan dindingnya memakai keramik, tersedia air bersih, sirkulasi udara baik, pencahayaan baik, perlengkapan kebersihannya tersedia, lengkap dengan tempat cuci tangan serta tempat wudhu. Tidak lupa di dalam toilet kami berikan pengharum ruangan, sehigga kesan toilet bau sudah tidak ada lagi, Di halaman toilet kami lengkapi dengan taman yang terdiri dari kolam kecil dengan percikan air mancur dan beberapa tanaman, sehingga menambah kesejukan dan terasa nyaman. Tidak hanya itu karena saat ini sedang gencarnya digulirkan program literasi juga, maka bukan hal yang tidak mungkin sekolah kami pun memberi nuansa literasi di lingkungan toilet sekolah. Pada dinding toilet sekolah kami berikan memasang aneka macam poster edukasi, seperti poster pengenalan huruf (abjad), poster perkalian, poster pembagian, poster pegenalan bahasa inggris, dan lain-lain. Selain itu kami juga menyediakan pojok baca di area toilet. Anak-anak atau warga sekolah yang lain bisa membaca buku-buku bacaan yang sudah disediakan dengan leluasa membaca meskipun dihalaman toilet sekalipun. Bahkan tidak hanya itu anak-anakpun bisa berdiskusi di area halaman toilet, tanpa harus merasa risih dan tidak nyaman. Karena itulah kami merasa bahwa toilet sekolah kami bersih dan kekinian.

Bantuan sanitasi sekolah tersebut dikemudian hari dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan pengelolaan serta pemeliharaannya menjadi tanggung jawab sekolah. Selain itu diharapkan dapat mengugah dan mendorong perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak dan unsur terkait untuk meningkatkan kesadaran dan mempercepat perbaikan sanitasi. Fasilitas sanitasi sekolah bahkan menjadi salah satu capaian dalam indikator tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDG) yang ditetapkan UNESCO. Karena itu, semua stake holder diperlukan untuk ikut mendorong pemerintah Indonesia untuk bisa mencapai target kondisi sanitasi sekolah yang ideal pada 2030 mendatang, sesuai target SDG. Diperlukan komitmen dalam pengelolaan sanitasi sekolah, terutama dalam pemeliharaan dan mempertahankannya. Karena meskipun sederhana, namun dampaknya sebenarnya sangatlah besar terhadap peserta didik. Berhasilnya suatu program di sekolah tergantung kepada komitmen sekolah masing masing dimana didalamnya ada tiga unsur yang menentukan, yaitu para guru dan jajarannya, orang tua murid, dan anak sendiri sebagai pelaku untuk itu ketiga stake holder ini sangat berperan untuk keberhasilan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di sekolah.

Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah sebagai upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan seluruh warga sekolah serta masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempratikkan perilaku hidup dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat. Sebelum diterapkannya program perilaku hidup bersih dan sehat tersebut ada baiknya dilakukan sosialisasi pada ketiga unsur stake holder tersebut dengan waktu yang berbeda pada ketiga unsur tersebut karena sasarannya yang berbeda. Setelah paham akan perlunya perilaku hidup bersih dan sehat terutama sanitasi sekolah bagi kehidupan, maka akan dengan mudah program tersebut dapat dilaksanakan. Sanitasi sekolah bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan warga sekolah sehingga tidak mudah sakit, meningkatkan semangat belajar, menurunkan angka absensi karena sakit, dan menjadikan lingkungan sekolah yang nyaman dan sehat. Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post