(Prof.Dr.Sapardi Djoko Damono, seorang Penyair,Sastrawan, dan Dosen. Dilahirkan di Surakarta, 20 Maret 1940)

Hari ini, 19 Juli 2020, aku menitikkan air mata untukmu. Ada yang hilang dari sudut hatiku. Perih. Walaupun engkau pernah berkata, yang fana adalah waktu.

Yang fana adalah waktu,

Kita abadi memungut detik demi detik,

Merangkainya seperti bunga

Sampai pada suatu hari

Kita lupa untuk apa

"Tapi,yang fana adalah waktu,bukan?"

tanyamu

Kita abadi.

Aku menghapus air mataku, karena terkenang hujan di bulan Juni.

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan di bulan Juni

Dirahasiakan nya rintik rindu nya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan di bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih Arif

Dari hujan di bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Kepergianmu membuatku terasing ,memberai kenangan satu per satu ,aku tak akan pernah lupa tentang harapan yang sama, tentang cinta yang sederhana.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...

Aku, satu dari milyaran orang yang kehilangan mu. Aku tahu pada suatu hari nanti...

Pada suatu hari nanti,

Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi diantara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun di sela- sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari

(Selamat Jalan Penyairku, selamat jalan Guruku...

😭😭😭😭😭😭😭)