Premis dan outline adalah materi dasar dalam menulis buku. Jadi, ada baiknya kita mengetahui apa itu premis dan outline. Jadi, apa sih premis? Premis sebenarnya adalah intisari cerita/ pembahasan dalam satu kalimat saja. Ingat yaa satu kalimat saja. Kenapa kita butuh premis? Premis sebenarnya digunakan agar teman-teman lebih mudah menjelaskan kepada pembaca, apa isi dari buku yang temen-temen tulis. Jadi, gak perlu muter-muter lagi kalau ada yang nanya "kamu, nulis buku apa sih?", "Buku kamu tentang apa sih?" Jadi, langsung aja jawab pakai premis yang kamu buat.

Premis ini juga berkaitan dengan outline. Untuk premis juga ada rumusnya. Tetapi bukan rumus seperti di matematika atau premis bahasa Indonesia ya.

*Rumus Premis Non fiksi

Jenis naskah+tujuan+hasil

Contoh: Tutorial mendapatkan beasiswa untuk meringankan biaya pendidikan.

*Rumus Premis Fiksi

Karakter utama+tujuan+halangan

Contoh: Aninda ingin kuliah di luar negeri namun terbatas oleh biaya yang dimiliki.

Lalu seberapa pentingkah outline dalam naskah?

Dalam membuat naskah cerita seringkali kita mengalami bingung untuk mengembangkan cerita. Mau diapain lagi ya? Ditambah apa lagi ya yang ujung-ujungnya akan memperlambat tulisan kita sendiri. Untuk mengatasi itu semua, kita memerlukan yang namanya outline. Sebenernya apa sih outline itu? Deberapa pentingnya? Outline sendiri sebenarnya menggambarkan titik-titik penting dalam cerita. Outline ini adalah kulit yang sama sekali belum diberi daging. Namun meskipun hanya kulit, gambaran cerita dapat segera ditangkap.

Outline mempermudah penulis dalam mengembangkan ide ceritanya lho. Namun, bukan berarti penulis harus saklek pada outline tersebut, karena terkadang kita bisa saja melakukan bongkar pasang pada bab/ inti cerita kita. Namun, jika sudah ada gambaran cerita yang dituangkan melalui outline, penulis lebih mudah melakukan bongkar pasang itu dan menaruh bab yang cocok atau korelasi antar bab sesuai dengan keinginan. Penulis juga bisa membuat perkiraan alur cerita antar bab hingga cerita pun selesai.

Kenapa harus memakai outline?

Suka-suka penulis sih sebenarnya. Tidak membuat juga tidak masalah. Cuma yakin nih kita nggak akan ngalur ngidul nantinya? Kadang sudah pakai aja masih suka keluar jalur. Tetapi pertimbangan berikut ini biasanya bisa menjadi dasar pembuatan outline. Kita dibatasi yang namanya jumlah halaman, deadline, dan tentu amunisi cerita. Selain itu, kita juga harus meletakkan poin-poin cerita yang menarik di sepanjang naskah. Menyebarkan di titik di tempat pembaca mulai bosan terhadap cerita sehingga dengan meletakkan poin menarik tersebut pembaca mulai bangun dan tertarik kembali pada cerita kita.

Outline juga bisa dijadikan sebagai pagar, sampai seberapa lebar area cerita kita. Tetapi perlu diingat, outline bukan harga mati. Kita masih bisa mengubahnya di tengah-tengah cerita. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda dan menghindari penggarapan topik lebih dari dua kali atau lebih. Pertanyaan berikutnya, apa sih isi dari outline itu dan bagaimana bentuknya? Layaknya proposal penelitian, outline berisi rencana-rencana bab kita pada cerita tersebut, dan poin-poin pada masing-masing bab tersebut.