Prosesnya patah dulu, baru tumbuh. Bukannya batang yang patah masih bisa tumbuh lagi dan menghasilkan bunga? Kalau hari ini sedang kecewa, cukup senyumin aja. Nggak perlu berlarut-larut hingga menyerah atau merasa kalah. Sudahilah, komposisi kecewa ditambah menyerah tidaklah pas, rugi dua kali nggak sih? Ingat, bahagia itu ada porsinya. Bahagia itu ada timingnya. Kadang kamu perlu merasakan rasanya kecewa agar ketika bahagia kamu dapat menikmatinya dengan seduhan yang pas. Perihal bahagia itu sebenarnya tergantung bagaimana dirimu mendefenisikannya. Apakah bahagia adalah proses sulit untuk mendapatkannya atau kamu bisa bahagia dengan hal-hal kecil dalam hidupmu?

            Bahagia itu sebaiknya senantiasa kamu ciptakan dalam diri. Nggak bisa menuntut orang lain untuk terus membahagiakanmu. Kalau kamu sudah ketergantungan rasa bahagia dari orang lain, hidupmu akan penuh harapan yang tak semuanya bisa terwujud. Ciptakan bahagia dimulai dari sendiri. Senangi apa yang kamu punya. Senangi apa yang pernah kamu raih. Manfaatkan waktumu dengan optimal. Hargailah segala kebaikan yang kamu terima. Ingat, segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik efeknya bagi hati. Kalau saat kecewa, ya kecewa sewajarnya, begitupun saat bahagia, bahagia sewajarnya. Kamu sebagai pemilik hati, bisa kok untuk mengontrol rasa yang kamu miliki.

Apakah ada hari yang kamu lewati tanpa ada rasa bahagia menyelimuti? Layaknya hari ini, yuk bahagiakan diri, lakukan apa yang membuatmu senang dan senangi apa yang kamu lakukan. Berimbanglah dalam mengatur rasa. Kalau hari ini nggak sesuai ekspektasimu, buatlah hari ini sebagai hari pembelajaran berharga yang perlu kamu senangi karena kamu bisa belajar dengan baik. Sesimple itu, kadang pemikiranmu yang membuat sesuatu terasa ribet bahkan hal-hal kecil terasa ruwet. Mulai hari ini, yuk belajar bareng membuat segala sesuatu memiliki porsi yang pas, termasuk rasa bahagia yang tak perlu dilebih-lebihkan.