Rima Wirenviona, M.Kes

Bidan Ahli Kesehatan Reproduksi yang telah melahirkan 5 buku berjudul: 1. Antara 2 Cermin 2. Antologi Pantun Kesehatan untuk Anak Usia Sekolah 3. Kemar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lika-liku Luka

Lika-liku Luka

Inikah hasil lika-liku luka kita selama ini? Tak bisakah kau bertahan sebentar lagi? Apakah ini akhir yang harus kita tangisi? Untuk kesekian kali, aku mencoba merenggangkan jeruji. Menyingkirkan hitam pada putih yang telah kau warnai. Berharap dirimu sudi kembali memperjuangkan mimpi. Pada titik-titik yang menghitam, ada takut yang enggan dibungkam. Ada bait yang selalu rumpang. Karena pada rintik yang berhamburan, aku menyadari bahwa ini adalah denting-denting kesakitan yang mengharuskanku pergi tanpa melihat ke belakang. Anggap saja ini bait perpisahan, anggap saja begitu dengan tenang.

Aku bungkam di antara hening malam. Menyusuri lorong-lorong kesakitan yang tak memadam. Binar matamu hadirkan lebam di penghujung senja wajahku memuram. Aku tertatih melangkah pergi. Kadang merintih, kadang dihujani rasa sedih. Tak jarang pula langkah tertahan sepi. Namun, asa tetap teringat pada kisi-kisi tak berisi. Masih teringat tentang kita yang terakhir kali. Betapa mudahnya dirimu melepaskan genggaman jemari, meninggalkanku bersama angin pagi yang menari. Pagi itu, berulang kali kucoba membunuh sunyi tak bertepi. Meyakinkan diri jika ini hanyalah mimpi. Tapi nyatanya hingga di lain pagi, aku tak bisa lagi menikmati pahitnya kopi bersama dirimu.

Semakin patah hati, semakin banyak sajak-sajak kesedihan yang bermunculan. Apakah aku harus menelusuri lorong-lorong kesedihan untuk kesekian kalinya lagi? Di sini hanya ada pohon dan beberapa tenda yang berdiri untuk dijadikan tempat rehat. Ada juga bulir-bulir kesedihan yang menggantung di dedaunan. Apa yang menyakitkan dengan keramaian yang kuubah menjadi kesendirian ini? Aku menjelma menjadi damai di antara ramai, menjadi hening di antara bising. Sekarang tugasku adalah merelakan dirimu pergi. Jika perpisahan adalah yang terbaik, maka berdua sudah pasti melahirkan patah hati. Karena pada detik ke sekian, aku harus egois untuk membunuh kita yang keras hati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

16 Dec
Balas



search

New Post