Entah hari keberapa dari detik pertama menerima sapaan dari WA orang tak dikenal. Ya, orang itu kamu yang akhirnya aku save menjadi ‘Roma’. Benar, seperti yang telahku ceritakan sebelumnya, jalan ini terlalu banyak kerikil dan sudah ditutupi debu. Dedaunan sudah begitu semak, sulit untuk dibersihkan. Capek kalau hanya membersihkan seorang diri bukan? Tak bisa juga dipaksakan. Pikiranku kali ini memang berbeda, tak seperti kehilangan sebelumnya. Tidak butuh waktu recovery yang menyita. Cukup mengela napas dan berpikir betapa sedihnya dirimu kehilangan seseorang yang tulus mencintaimu.

Betapa terkesan anehnya diriku, bukannya sedih justru aku bahagia dengan kepastian yang ada di depan mata, melihatmu telah sah bersama seseorang yang bisa membahagiakanmu lebih dariku. Ini masalah waktu saja, kebahagianmu datang lebih dulu, semoga aku pun bisa segera mendapatkan seseorang yang tentunya lebih dari sosokmu yang sejujurnya masih jauh dari kriteriaku. Doa terbaik untukmu dan untukku hadir bersama waktu dan orang yang tepat. Kini, aku meluluskan seseorang (kembali) dengan gelar ‘MS’ alias Masa Lalu. Semoga saja, kamu angkatan terakhir, aku tak butuh lagi merekrut orang sepertimu.

Rintik hujan malam ini tidak mau mendukung mendungnya hatiku. Ia seolah ingin menghapus segala kenangan tentang dirimu yang tak baik buat masa depanku, akan sangat menganggu. Sesi hujan dan kehujanan malam ini semakin terasa nikmat. Tetesan hujan sungguh sangat membuat pikiran dan hati tenang diiringi suara kodok yang bermanja ria dengan pasangannya. So, kalau kamu tidak mau lagi denganku, aku tak perlu menahan, karena ketika sudah ada opsi lain berarti kamu sudah ada berpikir soal pertimbangan lain. Hal yang paling mudah adalah mengiklaskan, silahkan dengan opsimu dan aku dengan opsiku.