Rina Melati,M.Pd

Tulislah apa yang sedang anda fikirkan dan fikirkan apa yang akan anda tulis. RINA MELATI,M.Pd. Pertama menjadi guru tahun 1993 di SD 33 Mapur, SD 15 Ma...

Selengkapnya
Navigasi Web

Akhir Sebuah Perselingkuhan

Akhir Sebuah Perselingkuhan.

Tantangan Gurusiana (hari ke 8)

Oleh : RINA MELATI

Aku buru-buru berangkat ke Carocok Painan. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu pujaan hatiku. Ia yang telah lama mengisi ruang hatiku, semenjak masih duduk di bangku SMA. Namun kala itu ia tak pernah memberikan harapan pasti padaku, walau ia tahu aku menaruh hati padanya. Setelah kami sama-sama mempunyai keluarga dan anak, pertemuan itu berawal di sebuah acara reuni sekolah, cinta lama bersemi kembali. Sejak saat itu hubungan kami terjalin lewat WhatsApp. Ia sering menelponku, kadang-kadang lewat video call. Hmmm, kalau ia video call aku selalu memandang wajahnya dengan rasa rindu yang begitu dalam. Wajah tampan itu sudah mulai menua, namun tetap gagah. Ah, aku seperti terlahir sebagai gadis remaja. Video call yang berlangsung antara kami, walau pembicaraan hanya sekitar tugas di sekolah masing-masing, namun sesekali diselingi rayuan gombalnya, itu membuat hatiku berbunga-bunga dan dapat mengobati rinduku padanya.

Aku sudah duduk manis di salah satu sudut Carocok Painan. Berharap ia memberikan kejutan romantis di pertemuan ini. Ia yang pulang kampung karena libur sekolah akan hadir di sini bersamaku. Tadi sebelum berangkat, lewat chat WA ia menanyakan khabarku dan sedang berada di mana aku saat itu. Aku balas chatnya dan mengatakan aku sedang ada di rumah. Kemudian ia kembali membalas chatku dengan mengabariku bahwa ia sekarang sedang liburan di kampung. Serta merta aku ingin jumpa dengannya. Akhirnya kami membuat janji akan bertemu di Carocok Painan. Aku ingin bercerita tentang masa lalu yang tidak pernah ia anggap aku. Seperti biasa di telepon kalau aku sudah bercerita seperti itu, ia akan menyalahkan aku, kenapa aku menikah duluan tanpa mau menunggunya. Sepertinya ia juga menyesal mengapa tidak berjodoh denganku.

Lima belas menit aku menunggu. Badanku panas dingin seperti mau diserang demam. Tak sabar rasanya ingin jumpa dengannya. Akhirnya ia pun datang. Tapi ia tidak sendiri. Bersamanya hadir istri dan anak bungsunya. Aku kaget dan sedikit kecewa. Namun aku berusaha seperti tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha menahan perasaanku. Aku, ia dan istrinya saling beramah tamah. Istri dan anaknya kembali ke mobil mengambil makanan kecil. Tinggal kami berdua. Pandangannya itu. Oh, sungguh aku tak berani menatapnya. “Dia tidak tahu tentang hubungan kita” demikian ia memulai pembicaraan. “Abang tahu kamu sayang sama abang. Begitu juga abang juga sayang sama kamu. Tapi, ini tidak bisa kita lanjutkan, sayang. Demi mereka yang sama-sama kita sayangi. Pulanglah! Suami dan anakmu menunggumu di rumah” sambil memegang dan mencium tanganku, ia menemuiku hanya untuk mengatakan itu.

#menulisuntukberkarya

Bayang. Rabu, 8 Juli 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post