Maju dari MWC XI Hingga Terjun Bebas dari Lantai 65.
Maju dari MWC XI Hingga Terjun Bebas dari Lantai 65.
Tantangan Gurusiana (hari ke 5)
Oleh : RINA MELATI.
Mengenal Gurusiana dan Media Guru adalah sebuah pilihan yang tepat untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis. Dan aku berkenalan dengan mereka setelah mengikuti MWC XI Agam yang dilaksanakan di Hotel Pusako Bukittinggi dari tanggal 19 sampai 21 November 2018. Sebagai narasumber kala itu CEO Media Guru yang keren menewen Bapak Muhammad Ihsan dan Pak Leck Murman yang kece. Dari kegiatan tersebut begitu banyak ilmu yang di dapat tentang menulis. Mulai dari cara menemukan ide, merangkai ide menjadi kata dan disusun menjadi kalimat, hingga tersusun dalam sebuah karya buku solo. Dibimbing selama tiga hari oleh narasumber yang hebat, mampu memicu aura positifku untuk menulis sebuah buku, apalagi akhir dari MWC XI tersebut adalah Sagusabu (Satu Guru Satu Buku).
Aku mencoba mengirim tulisanku di Gurusiana mulai tanggal 20 November 2018. Tulisan pertamaku yang mengisi ruang Gurusiana merupakan tugas saat mengikuti MWC XI tersebut. Tulisan kedua yang aku tayangkan di Gurusiana saat ada tantangan dari Pak Leck Murman untuk menulis tentang “Kinerja Guru Dalam Era Revolusi Industri 4.0” dalam rangka Hari Guru Nasional tahun 2018 dan ulang tahun PGRI ke 73. Sekembalinya dari kegiatan MWC XI tersebut aku bersitungkin menyelesaikan buku soloku yang pertama “Meniti Buih Menjelajah Cita” dan alhamdulillah sudah diterbitkan oleh Media Guru awal tahun 2019 dengan jumlah cetakan pertama 20 eksemplar.
Lama aku tidak mengunjungi gurusiana, tiba-tiba saja aku sudah berada di grup FB Media Guru Indonesia. Dari grup FB MGI aku sering membaca tautan yang dibagikan dari Blog Gurusiana. Dari situlah aku baru tahu fungsi gurusiana yang sesungguhnya. Di gurusiana kita menabung karya. Maka mulailah aku menulis di gurusiana. Tulisan pertamaku yang tayang setelah hampir lebih dari satu tahun tidak menulis di gurusiana adalah “Jangan Menangis Lagi, Zahra!”, berupa cerita bersambung. Setelah dua episode tayang, kembali aku terlambat menyadari bahwa tantangan menulis yang diadakan oleh CEO Media Guru boleh diikuti oleh seluruh gurusianer kapan saja ia mau mulai. Aku pikir sebelumnya, bahwa tantangan tersebut hanya boleh diikuti oleh kawan –kawan yang sudah mulai mengikutinya sejak awal Januari 2020. Sementara aku mulai menulis lagi tanggal 16 Maret 2020. Ketika aku menanyakan hal tersebut, maka melalui informasi yang diberikan oleh Meria Fitriwati, seorang gurusianer yang sangat aktif menayangkan tulisannya di gurusiana , aku baru tahu bahwa tantangan itu boleh diikuti oleh semua gurusianer dan kapan saja mau memulainya. Maka dengan semangat seperti ingin menyaingi gurusianer yang sudah memasuki tantangan hari yang ke sekian, akupun mulai kembali menayangkan tulisanku berjudul “Rindu Mereka”, sebagai tantangan hari pertama pada tanggal 10 April 2020.
Hari-hari berikutnya aku merasa hidupku tak lengkap jika tidak menulis di gurusiana. Agar tetap tayang, apapun yang muncul di pikiranku, aku jadikan tulisan di gurusiana. Namun ada kalanya aku sulit menemukan ide. Jika itu terjadi, maka tabungan tulisan yang aku buat saat aku tidak menulis di gurusiana selama lebih dari satu tahun, aku jadikan tantangan di guruisiana. Maka tayanglah puisi-puisiku di gurusiana. Pokoknya tiada hari tanpa tayangan tulisan di gurusiana.
Terjun bebas itu terjadi saat aku mengantarkan anakku ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Akibat Pandemi Covid 19, maka penumpang sudah harus hadir empat jam sebelum terbang. Pukul 02.00 dini hari kami sekeluarga sudah bangun dan bersiap-siap agar tidak terlambat sampai bandara. Pukul 07.00 kami sampai di bandara. Setelah anakku terbang dengan pesawat batik pada pukul 11.35, kamipun meninggalkan BIM. Kami tidak kembali ke Painan, tapi menginap di tempat anak kami yang ke dua di asrama SPN Padang Besi. Selesai salat Maghrib aku mau istirahat sebentar. Minta dibangunkan pukul 21,30 untuk menulis dan menayangkan perjalanan hari itu di gurusiana. Namun apa yang terjadi. Anak dan suamiku tidak tega membangunkan aku, hingga aku terbangun sendiri pukul 00.07. Ketiduran. Tulisanku blong di hari ke 65. Rasanya sedih sekali.
Walau aku belum bisa menayangkan tulisanku di gurusiana sejak hari itu, namun aku tidak berhenti menulis. Aku tetap menabung tulisanku di file word. Hingga suatu hari nanti tabungan itu akan ku bagikan kembali di gurusiana. Walau tidak tayang di gurusiana, semangat menulisku tidak luntur, karena aku sedang giat mengikuti tantangan antologi Media Guru diantaranya : Antologi Pantun Mudita Lega, Pentigraf dari Pledoi Hingga Ajal Menjemput, Kisah Sukses Guru dan Bukan Semangat Biasa. Selain itu aku juga sedang mengikuti Kelas Menulis Cerita Anak. Bagiku menulis bukan hanya sekedar memenuhi tantangan gurusiana untuk sebuah sertifikat, tapi lebih dari itu, menulis adalah melahirkan karya-karya yang dapat dinikmati oleh anak cucuku kelak dalam sebuah karya sebuah buku.
Namun kerinduan untuk mengunjungi gurusiana tidak dapat dibendung lagi. Tulisan ini adalah tantangan hari ke 5 bertamu ke gurusiana setelah beberapa hari tidak bercengkrama dengannya.
#rindugurusiana
#menulisuntukberkarya
Bayang. Minggu, 5 Juli 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar