Nek Indu
Tantangan Gurusiana
#Tantangan hari ke 64
Oleh : Rina Melati.
Pentigraf 3
“Kau kah itu Mel?” begitu Nek Indu setengah berteriak memastikan siapa yang datang ke gubuk nenek tua itu. “Iya, Nek” Mela menjawab tak bisa menghindar dari pertanyaan Nek Indu. Nenek Indu hidup sebatang kara di sebuah gubuk tua di sudut jalan menuju rumah Mela. Suaminya sudah lama meninggal sedangkan beliau tidak mempunyai anak. Mata Nek Indu buta karena konon kabarnya sejak suaminya meninggal, hampir tiap hari Nek Indu menangisi kematian suaminya. Lama kelamaan mengakibatkan matanya menjadi buta. Mela datang mengendap-endap, namun Nek Indu tahu kalau Mela yang datang ke gubuknya. Nek Indu selalu tahu siapa yang datang ke gubuknya, walau datang dengan diam-diam. Ketika ditanya bagaimana Nek Indu tahu siapa yang datang ke gubuknya, dengan santai beliau menjawab, itu diketahuinya dari penciumannya yang tajam.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Nek Indu dibantu masyarakat setempat. Bahkan Mela sering membantu mengambilkan air untuk memasak dan mandi bagi Nek Indu. Air itu diambil dari sumur tetangga. Nek Indu sangat pandai mengurut, sehingga banyak pasien yang badannya penat dan letih dari bekerja minta diurut oleh Nek Indu. Pasien Nek Indu sering meninggalkan belanja untuk beliau, bahkan ada juga yang membelikan baju, kain sarung, beras, minyak makan, roti dan mukena. Mela sering mendapat bagian. Kalau sudah mengambil air, Mela dihadiahi roti oleh Nek Indu. Selain itu Nek Indu juga mengurut badan Mela. Sambil mengurut Nek Indu selalu memberikan nasehat kepada Mela. Kata Nek Indu, sebagai anak perempuan harus pandai menjaga diri. Jangan mudah tergoda oleh rayuan laki-laki hidung belang, gunakan pakaian yang menutup aurat, hormati kedua orang tua, jangan pernah tinggalkan salat, rajin-rajin sekolah agar nanti hidupnya tidak susah. Diurut sambil dinasehati sering membuat Mela tertidur dan Nek Indu tidak mau mengganggu tidur Mela.
Setelah Mela menikah ia merantau ke Tanjung Pinang ikut suaminya. Setelah dua tahun menikah Mela belum juga dikaruniai buah hati oleh yang Maha Kuasa. Mela dan suaminya selain berdoa juga berusaha berobat ke mana-mana agar segera diberi keturunan. Selain berobat dengan medis, mereka juga mendatangi pengobatan alternatif. Mereka melakukan berbagai usaha, namun Mela tak kunjung hamil. Tiba-tiba ia teringat dengan Nek Indu. Nek Indu tidak hanya pandai mengurut badan yang penat dan letih. Saat Mela di kampung dulu, berapa banyak wanita yang beliau tolong sehingga bisa punya keturunan setelah lama menikah. Yach, Mela teringat dengan Nek Indu. Dengan segera Mela menelepon ibunya di kampung dan menanyakan keadaan Nek Indu. “Nek Indu sudah meninggal dua hari yang lalu Mel” demikian ibu Mela menjawab di ujung telepon.
#menulisdenganhati
Rumahku, istanaku. Jumat, 12 Juni 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah kasian Mela ndk bisa berobat kepada nek Indu...
Iya bunda Idra. Mela pun nggak jadi pulang kampung
Iya bunda Idra. Mela pun nggak jadi pulang kampung
Semoga Nek Indu ditempatka di sisiNya, Aamiin
Terima kasih bunda. Amin.
Ikut sedihh, ternyata ending mewek....hiiiks..
Ya bunda.
Luar biasa. Salam Literasi
Terima kasih pak. salam lietrasi dan salam kenal.