Rina Oktavani

Dilahirkan di negeri sejuta pesona tepatnya Kabupaten Pesisir Selatan. Tepatnya di sebuah kampung kecil nan memesona yaitu Balai Selasa Kecamatan Ranah Pesisir....

Selengkapnya
Navigasi Web

Koneksi AntarMateri-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjadiningrat atau yang lebih kita kenal dengan Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang aktivis pergeerakan kemerdekaan Indonesia, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau adalah pendiri Perguruan Taman Siswa (1922), suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memeroleh hak pendidikan seperti halnya priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Semboyan pendidikan yang diprakarsainya Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), Ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat), Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan/motivasi) menjadi pedoman dan cerminan bagi para guru di Indonesia dalam membelajarkan siswa. Bagian dari semboyan ciptaannya menjadi slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara menjadi magnet dan "mantra sakti" bagi para guru dalam memberikan ilmu dan mendidik siswa. Pendidikan tidak lagi diartikan sempit hanya tertuju bagi kaum bangsawan saja (zaman kolonial). Namun sejak didirikannya Taman Siswa, pendidikan mempunyai arti yang sangat luas.

1. Pendidikan hanya suatu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak, terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik.

2. Pendidikan yang berpihak atau berpusat pada anak. Maksudnya, pendidikan tidak lagi berpusat pada guru. Guru yang mengetahui segala, guru yang menentukan segala, segalanya mengacu pada guru. Akan tetapi pendidikan berpihak pada anak/siswa. Anak bebas beraktivitas, bebeas memberikan argumen atau pendapat terlepas benar atau salah yang disampaikan. Anak bebas kerkreasi dan berinovasi sesuai minat dan bakat yang dimiliki.

3. Pendidikan yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi alam. Hal-hal nyata yang terjadi di lingkungan sekitar anak bisa menjadi sumber belajar yang baik, sebab anak langsung mengalami. Pembelajaran sekarang juga sudah diliputi dengan teknologi tepat guna (digitalisasi). Banyak aplikasi-aplikasi canggih yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Guru pun mesti update dengan hal-hal tersebut.

4. Pendidikan merupakan taman bermain. Belajar sembari bermain, mengapa tidak? Hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi anak. Apalagi belajar yang diselingi permainan-permainan tradisional yang sering digeluti anak. Misalnya, permainan ular tangga dan ludo bisa menjadi ajang meluapkan materi pembelajaran.

5. Pendidikan berorientasi pada budi pekerti, karakter, watak. Setiap individu itu berbeda. Mereka punya perbedaan dan keunikan dalam dirinya masing-masing. Peran gurulah yang harus mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut. Peran guru juga bisa mengarahkan lahirnya anak-anak yang berbudi pekerti baik.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Murid itu unik. Mereka mempunyai perbedaaan sifat dan karakter dari teman-temannya yang lain. Dan perbedaan itulah yang menjadi satu ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung. Murid itu tidak ada yang bodoh. Semua memiliki porsi dan kesempatan yang sama dalam menerima pembelajaran di kelas. Hanya saja faktor malas yang membuat mereka jadi tidak sama. Akibatnya pun, hasil akhir yang didapat tidak sama. Sementara itu pembelajaran di kelas sudah berpusat pada murid. Murid sudah diberi kebebasan semampunya untuk berargumen, berpendapat. Murid sudah diberikan kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi sesuai minat dan bakat yang dimiliki. Selain itu, beragam permainan sudah pernah diterapkan di antaranya, permainan ular tangga dan ludo (materi sastra). Permainan teka-teki silang, acak pun mendapat tempat di hati para murid.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?

Perubahan pemikiran setelah mempelajari modul ini, berpikir jauh ke depan bagaimana memajukan pendidikan di Indonesia khususnya sekolah tempat saya mengabdi yang sesuai dengan filosofi pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Tetap berpegang pada semboyan pendidikan Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani.

Perubahan perilaku saya setelah mempelajari modul ini, berperilaku lebih baik lagi antarsesama rekan kerja, atasan, murid, orang tua, masyarakat sekitar sekolah. Dalam bahasa Minangkabau dikenal dengan "kato nan ampek" (kata yang empat), kato mandaki (bagaimana berperilaku, bertutur kata dengan orang yang lebih besar), kato mandata (bagaimana berperilaku, bertutur kata dengan sesama besar), kato malereng (bagaimana berperilaku, bertutur kata dengan orang yang dituakan secara adat atau orang-orang terhormat dari status sosial yang disandangnya, dan kato malereng (bagaimana berperilaku, bertutur kata dengan orang yang lebih kecil/muda usianya). Dalam pembelajaran di kelas saya membiasakan berperilaku penuh cinta dan kasih sayang. Setiap bertemu dengan murid, senyum wajib menghiasi wajah tak memandang status sosial, kecerdasan, maupun jurusan.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Mempertahankan kegiatan literasi pagi di kelas. Buku-buku yang ada di pojok baca kelas ditambah lagi apakah fiksi atau nonfiksi. Sebab, membaca juga bagian dari pendidikan. Dengan membaca bisa mengubah segala. Apakah itu karakter, watak, sifat yang tidak baik menjadi baik. Terpenting dapat menambah khazanah pengetahuan murid. Sebenarnya tidak hanya literasi di kelas, di manapun murid berada budaya membaca tetap dipertahankan. Selain itu menyediakan wadah yang lebih lagi untuk menyalurkan minat dan bakat murid. Menambah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sesuai minat dan bakat tadi. Namun intinya, semua pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara akan menjadi pedoman dan bagian dalam proses pembelajaran. Terakhir, bisa mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila.

#CalonGuruPenggerakAngkatan4

#MerdekaBelajar

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post