Ketika mentari menyapa

Semua terpesona

Derap langkah melaju berirama

Senada harap menunaikan asa

Meleburkan cita yang masih menjadi tanda tanya

Tawa..

Menghiasi setiap jeda

Menyertai setiap cerita

Mengobati luka yang menganga

Ah..

Jatuh lagi air mata

Setiap pagi

Lantunan ayat suci tak lupa menyejukkan hati

Lagu perjuangan pun ikut menghampiri

Tak ketinggalan ketika waktunya literasi

Setiap kelas bersemangat mengikuti

Dengan berpuluh referensi

Fiksi selalu menjadi pilihan hati

Tak ketinggalan “Garis Waktu”nya Fiersa Besari

Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi pun juga membuntuti

Hingga Boy Candra mendapat tempat tertinggi dengan “Origami Hati”

Dan Laskar Pelangi pun selalu paling disenangi

Ketika jeda..

Pojok baca selalu jadi pilihan utama

Tak sekadar baca

Namun bertukar keluh kesah dan lara

Ada juga kisah jenaka

Ketika hati mulai lelah mengudara

Ketika pergantian pelajaran

Ada saja tingkah yang menghebohkan

Keluyuran

Keluar masuk tanpa paksaan

Hingga dengkuran bersahutan

Menjadi tontonan

Guyonan hingga candaan

Tapi hari ini

Semua terasa sunyi

Sepi menikam hati

Tak berpenghuni

Tak ada lagi yang lari-lari tanpa henti

Tak ada lagi senyum pagi menghiasi

Indonesia Raya tak lagi berkumandang

Asmaul husna pun tak juga ikut berdendang

Aktivitas di kelas, hanya untuk dikenang

Kisah jenaka, tak ada lagi menjelang siang

Semua nanar memandang

Meratapi rindu yang tak kunjung pulang

Pandemi..

Mengisyaratkan hati

Bahwa belajar tak mesti berhenti

Materi tetap terealisasi

Melalui teknologi nan membumi

Meski pelik menghampiri

Yakinkan diri untuk menjadi pemenang sejati

Asa

Tak terbatas masa

Cita

Kejarlah meski penat melanda

Gapailah meski corona masih merajalela