Rina Pujiastuti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cinta Yang Salah

Namanya Rifki. Wajahnya kalem, cakep sih....malah cenderung ayu. Orangnya agak lebay lebay manjah. Beberapa bulan ini bekerja sebagai PTT di sebuah madrasah negeri cukup favorit. Teman-teman baik sesama PTT maupun guru-guru rata-rata menyukai Rifki karena dia orangnya ringan tangan. Suka membantu khususnya masalah pekerjaan. Masalah kepribadian yang sedikit lebay, teman-teman di kantor cukup memakluminya. Malah dalam 3 minggu ini, Rifki terlihat seringkali membonceng seorang gadis. Gosip yang beredar gadis itu adalah calon istrinya. Teman-teman Rifki semua ikut bahagia. Terlepas dari kepribadiannya, akhirnya Rifky menemukan wanita tambatan hatinya. Dan sebentar lagi Rifki akan menikahinya.

Namun, seminggu yang lalu ada kabar menyedihkan dari Rifki. Dia dirawat di RSUD, bahkan sampai masuk ICU. Banyak spekulasi penyakit yang diderita Rifki. Mulai dari ISPA, asam lambung akut, sampai pada TBC. Badan Rifki mulai kurus kering. Seminggu ini dia hanya tergeletak di ICU, ruang isolasi. Akhirnya, Rifky tak kuasa berperang melawan penyakitnya. Rifki menyerah, Tuhan telah memanggilnya. Dia meninggal tepat seminggu setelah berada di ruang ICU. Teman-teman semua kaget mendengar berita ini. Selama ini Rifki tidak pernah mengeluh apapun tentang penyakitnya. Wajahnya yang riang seolah-olah tanpa beban apapun. Dan betapa terkejutnya teman-teman Rifki, begitu mereka mendengar dari sumber yang terpercaya, bahwa Rifki meninggal karena penyakit HIV yang dideritanya.

*********

Adalah Saiful, seorang pria teman satu kos Rifki. Bekerja di sebuah perusahaan garmen, satu perusahaan dengan Rifki. Kebersamaan yang terjalin membuat benih-benih cinta tumbuh diantara mereka. Setelah 1 bulan perkenalan, mulailah mereka menjalin hubungan terlarang. Hubungan sesama jenis. Tinggal seatap semakin memudahkan hubungan mereka terjalin erat. Pandainya mereka menutup rapat tali kasih itu, sampai tak seorangpun yang tahu hubungan mereka. Sampai suatu saat...

"Sai....aku harus pulang."kata Rifki

"Biasanya juga seminggu sekali pulang. Ya pulang sajalah."Saiful menjawab.

"Ini beda Sai.... Aku ingin kembali ke kampung. Tidak kerja lagi di sini."

"Lho.... Memangnya kenapa?"Saiful penasaran.

"Kakakku sudah mulai kebablasan. Kebiasaannya minum sudah tak terkendali. Bapak sama emak sering dipukuli. Aku kasihan pada mereka. Lebih baik aku pulang, untuk melindungi emak dan bapak."

Saiful terdiam cukup lama. Dihelanya nafas dalam-dalam.

"Apa tidak ada cara lain?"

"Menurutmu?"

"Kalau kamu pulang kampung aku bagaimana?"

"Sebenarnya hati kecilku memberontak dengan keadaan ini. Selama ini aku sadar kita salah Sai. Tapi aku tak kuasa menolak nafsu itu."

Suasana hening kembali.

"Setelah beberapa minggu ini aku pulang kampung, melihat kondisi emak dan bapak di rumah, hatiku semakin teriris. Aku tidak bisa tinggal diam."lanjut Rifki.

"Tidak.... Kamu tidak boleh meninggalkan aku. Kamu harus tetap bersamaku disini."suara Saiful tiba-tiba meninggi. Emosi telah membakarnya tanpa alasan. Dia marah membabi buta.

"Hai.... Cukup Sai....kita pisah bukan karena aku selingkuh. Atau aku punya orang lain. Ini demi orang tuaku. Tak perlulah kamu membabi buta seperti itu."

Sesaat Rifki terdiam. Tak kuasa dia menahan air mata.

"Sudah kuputuskan aku akan pulang kampung."suara Rifki bergetar.

Saiful menatap Rifki dalam-dalam. Tangannya mulai terangkat hendak meraih bahu yang ada di depannya. Tapi Rifki menolak perlahan.

"Sudah Sai.... Kita cukupkan sampai disini. Tentang kita dan semua masa lalu kita. Aku tahu ini akan berat. Tapi aku akan berusaha. Cinta kita memang salah. Tapi tak ada kata terlambat."Rifki mengakhiri percakapan mereka malam itu.

*****

Brakkk.....prakkk....suara gelas panci berhamburan di dapur. Ini bukan yang pertama, tapi Rifki hanya mampu menatap dan meneteskan air mata. Sampai suatu saat tangan Beno, kakak Rifki, hampir mendarat di pipi emak, Rifki segera meloncat. Menahan tangan kasar itu. Sifat kelaki-lakian Rifki mulai muncul saat itu. Dia tidak perduli walau akhirnya wajahnya harus lebam karena pukulan Beno, kakaknya yang sedang mabuk. Berkali-kali tangan kasar itu memukul wajah dan perut Rifki. Sebelum akhirnya Beno pergi lagi entah kemana.

"Maafkan Rifki mak...."Rifki memeluk erat ibu tersayang.

"Ini sudah sering kali terjadi Rifki. Beruntung kamu ada di rumah. Emak sudah lelah. Beno sudah tidak dapat dikendalikan. Jangan pergi lagi nak..."suara emak parau diantara Isak tangisnya. Sejak saat itu Rifki mulai tersadar. Dia harus menjadi pelindung keluarga. Dengan bantuan beberapa teman, akhirnya Rifky mendapatkan pekerjaan sebagai seorang PTT di sebuah madrasah favorit. Gajinya sudah cukup untuk menghidupi emak dan bapaknya. Rifki juga mencoba peruntungan di online shop. Hasilnya boleh dibilang cukup banyak. Dengan modal tersebut, Rifki berani mendekati Mina, dan mengajaknya menuju pelaminan.

(Based on true story.... Dengan sedikit modifikasi.....)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post