Karena sudah tak tahan dengan batuk yang menderaku minggu ini, pulang sekolah kuputuskan untuk periksa ke dokter keluarga. Terjadilah percakapan antara aku dan dokter keluargaku, sebut saja dokter W.

Aku : " Malam dok..."

Dokter: " Malam.... Kenapa Mbak?"

Aku: " Batuk Dok.... "

Dokter: " Sudah berapa lama?"

Aku:"Semingguan..."

Dokter:" Wah.... jangan-jangan corona"

Aku:" Waduh.... janganlah Dok..."

Dokter:" Periksa dulu."

Bener-bener, kalau ga aku terbiasa cocok berobat disana, sudah kutinggal lari dokter ini. Wajahnya kurang ramah, ngomongnya dikit-dikit tapi mak jlep. Diminta nya aku untuk berbaring dan mulai diperiksa.

Dokter:" Sesak juga to?"

Aku:" Iya..."

Dokter:" Wah....kalau Corona beneran gimana?"

Aku cuma tersenyum kecut. Wong penyakit kok dibuat guyonan, pikirku. Sambil memeriksa, dokter W tiba-tiba cerita tentang pasiennya.

Dokter:" Pasien saya kemarin dari Hongkong, pulang mau mantu anaknya. Demam terus dibawa kesini. Ternyata ya bukan Corona. Dia bilang mau kembali ke Hongkong, tak bilangi ga takut ya balik ke sana. Masih musim Corona. Terus ga tahu sekarang balik apa masih disini."

Aku hanya senyum sedikit menimpali. Tumben pak dokter satu ini mau cerita panjang lebar, meskipun ujungnya ga jelas. Biasanya cuma, tul.....tul.....periksa pasien tanpa berkata apa-apa.

Dokter:" Sudah...."

Aku:" Gimana Dok?"

Dokter:" Apanya?"

Aku:" Sakitnya?"

Dokter:" Tenang....bukan Corona. Tak kasih resep saja."

Kulihat wajah pak dokter satu ini saat menulis resep. Geregetan rasanya....kalo ditanya kok ga mengenakkan gitu.....

Sesi periksa kuakhiri dengan sedikit dongkol. Sesampainya di rumah....langsung kuminum obat dan..... Alhamdulillah.....dada longgar,semalaman aku ga terbangun untuk sekedar batuk uhuk....uhuk.... Itulah alasannya kenapa aku ga pernah ganti dokter keluarga meskipun secara fisik pak dokter ini kurang menyenangkan, tapi obatnya selalu cespleng. Makasih pak dokterku.....