Rina Sofiyani

Nama saya Rina Sofiyani dan biasa dipanggil dengan panggilan Rina. Terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Bapak dan ibu merupakan warga masyarakat ped...

Selengkapnya
Navigasi Web
Barang Tahunan Seharga Mie Ayam Sekali Santap

Barang Tahunan Seharga Mie Ayam Sekali Santap

Pagi tadi,

Aku memacu kendaraan roda duaku menapaki jalan yang masih lumayan lengang. Kecepatan kendaraan lebih kurang 50 km/jam. Bagiku pas ketika jarum penanda laju kendaraan di angka sekian. Tak begitu pelan dan tak begitu cepat. Lima menit aku telah sampai pasar yang sudah ramai pengunjung. Aktivitas terlihat seperti biasa seperti sebelum wabah corona mengancam dunia. Hanya ada sedikit perbedaan yang kutemui. Perbedaan tersebut diantaranya adanya tempat cuci tangan di titik tertentu dan kebanyakan orang yang memakai masker sebagai pelindung diri. Kuparkirkan motor di tempat parkir sebelah selatan yang sudah agak longgar. Dengan segera aku menuju gang kecil menuju ke dalam pasar. Niatku pagi itu hanya satu yaitu membeli perabot dapur bakul nasi berbahan bambu. Kalau kami orang jawa menyebutnya _cething_. Sudah lama ingin merasakan nasi hangat yang ditaruh _cething_. Makin lama akan mendingin alami yang tetap terjaga cita rasanya. Cocok bagi keluargaku yang suka nasi dingin tanpa mendinginkan secara paksa. .. Mataku menyapu sekitar. Kulihat tumpukan barang dagangan yang segar. Aneka sayuran tersedia komplit. Pandanganku berhenti di tumpukan barang yang kucari. Perabot rumah berbahan bambu. Kulihat ada _tebok, tampah, cething_ dan beberapa perabot lain disana. Aku menuju kesana. Kulihat-lihat dan kupilih _cething_ sesuai inginku. "Pinten bu niki?" tanyaku kepada ibu penjual. "Pitung ewu mbak" jawab ibu itu. "O nggih" jawabku sembari menyodorkan uang kepada beliau. Selang beberapa menit aku memutuskan untuk pulang setelah melihat-lihat sebentar mengingat tidak ada keperluan lagi. Sampai di rumah, kulihat barang yang kubeli. Dalam hatiku, begitu rumitnya pembuatan _cething_ ini tetapi harganya bisa sama dengan harga semangkuk mie ayam. Barang yang satu kalau awet bisa dipakai tahunan sedangkan satunya lagi hanya habis dalam hitungan menit. Masih saja bingung sampai saat ini dengan harga pasar yang kadang tidak seimbang antara satu dan yang lainnya. Satu sisi sebagai pembeli senang bisa mendapatkan barang tahan lama dengan harga ramah kantong. Sisi lain kadang bertanya-tanya. Betapa terkadang tenaga dan waktu pengrajin atau pengusaha yang kadang tak mendapat seberapa. Disini aku bisa sedikit merasakan keduanya karena menjadi konsumen sekaligus berdekatan dengan urusan produksi atau distribusi barang.

Magelang, 6 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post