Rini Apriani Kartini

Navigasi Web
Spirit Ramadhan! (Episode Menyemangati Diri Sendiri #2)

Spirit Ramadhan! (Episode Menyemangati Diri Sendiri #2)

Spirit Ramadhan!

(Episode Menyemangati Diri Sendiri #2)

Selanjutnya, penyakit diri yang dapat menghalangi amaliyah kita selama ini adalah:

2. Taswif (menunda-nunda amal)

Taswif adalah menangguhkan amal baik sampai waktu yang diinginkan, padahal saat itu seseorang sudah mampu dan tidak ada halangan untuk melakukannya. Sikap ini termasuk penyakit hati yang sangat tercela, apalagi jika yang ditangguhkan itu amal-amal akhirat, seperti melnagguhkan tobat sampai puas berbuat dosa, menangguhkan infaq sampai kaya terlebih dahulu, menangguhkan sholat sampai benar-benar tidak sibuk.

Sikap taswif mengakibatkan hal-hal berikut:

a. Meninggalkan amal ibadah, karena apa yang tersirat dalam hati itu sebenarnya tipuan syaitan untuk melemahkan kemauan seseorang, menghabiskan waktu dan membuatnya lelah dengan kesibukan yang lain sehingga kekuatan untuk melakukan ibadah menjadi terkuras.

b. Tidak sungguh-sungguh dalam beribadah. Ibadah dianggapnya belum perlu dilakukan.

c. Pesimis dalam setiap pekerjaan.

d. Tertinggal oleh orang yang sudah berlomba dan bersegera meraih kesuksesan. Allah dan Rasul-Nya membenci sikap ini. Artinya kita mesti bersegera menjalankan kebaikan, Allah berfirman: “Bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan pada syurga.” (QS. Ali Imran, 3:133)

3. ‘Ajalah (Tergesa-gesa)

Adalah keinginan dalam hati untuk meraih semua yang dicita-citakan dengan segera, tanpa perhitungan, pertimbangan, dan pemikiran yang matang yang dapat memenuhi kesempurnaan pekerjaannya. Sikap tergesa-gesa ini merupakan penyakit yang secara asasi hampir dimiliki oleh setiap orang. Allah berfirman: “Manusia telah dijadikan (bertabi’at) tergesa-gesa.” (QS. Al Anbiya, 21:37)

Sikap tergesa-gesa ini akan menyebabkan hal berikut:

a. Timbulnya rasa lelah dan terkadang memaksa seseorang berhenti bekerja, karena fikiran dan tenaganya terkuras untuk memuluskan suatu maksud dengan cepat di luar kekuatannya, akhirnya ia akan segera menyerah dengan sendirinya.

b. Hilangnya rasa taqwa dan wara. Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa akan memaksa seseorang mengabaikan segala aturan yang mengikatnya, sehingga tidak heran kalau dia tidak lagi mempertimbangkan halal, haram, syubhat atau makruh. Tergesa-gesa ini cenderung didominasi oleh pengaruh syaitan. Rasulullah Saw bersabda: “Tergesa-gesa itu dari sayitan.”

Sifat ‘ajalah berbeda dengan sifat musabaqah (berlomba-lomba dalam meraih yang terbaik). Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan tiap-tiap ummat itu ada kiblatnya yang ia menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah kamu dalam (berbuat) kebaikan.” (QS. 2:148)

Musabaqah mengandung makna satu kompetensi, berlomba untuk mendapatkan yang terbaik sesuai dengan aturannya.

Inilah saudaraku, Ramadhan harusnya kita bisa melatih semua kemalasan menjadi terpinggirkan. Ramadhan bisa menjadi momentum awal untuk melakukannya. Ramadahan adalah saat dimana kita bisa mengatakan:

“Aku bisa dan aku mampu!”

Serta

‘’Aku siap berusaha!”

Sumber:

Salim, Abdan.2013.Ramadhan Sepanjang Masa;Cet.5.Bandung:Media Press

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post