HIDUP
TANTANGAN MENULIS HARI KE-64
Pagi ini saya mencoba menu sarapan nasi. Sisa berbuka tadi malam. Bahkan sampai pukul 13.30 sudah 3 piring nasi yang dihabiskan, entah karena sambal ikan asam pedasnya yang enak atau karena balas dendam puasa. Dengan mengevaluasi rutinitas puasa yang dilakukan, belum adanya kestabilan dalam pola hidup “makan sehat”. Dulu ketika awal tahun, saya mencoba bersama kawan untuk merubah pola hidup makan enak menuju makan sehat.
Hampir 2 bulan saya tidak mengkonsumsi nasi. Menu ditukar dengan yang sehat ala zaidul akbar. Rebus jahe, air kelapa muda, menghindari gorengan (kadang mencuri membeli juga ketika berbuka), rebus ikan. Menghindari nasi, gula, tepung, dan minyak goreng, tempe pun dimakan mentah. Badan terasa ringan (sekalipun agak berkunang-kunang). Karena ketika itu sedang semangat-semangatnya mencoba sehat. Alhasil, berat badan turun drastis menjadi 39 kg.
Cuma bertahan sampai bulan April, April saya pulang kampung ke Padang. Bertemu keluarga. Sekalipun ketika sampai di perbatasan kota Padang, terjadi razia, seluruh mobil yang bukan plat BA tidak boleh memasuki kota Padang. Semua diarahkan ke jalan ByPass untuk diperiksa, antrian panjang terlihat dari jauh. Karena saya warga kota Padang, saya mengajari sopir travel Aceh untuk mengikuti jalan tikus. Di Padang, banyak jalan tikus. Pembangunan komplek-komplek (perumahan) membuat pemerintah kota Padang memberikan akses jalan antar perumahan tersebut. Di dekat rumah saya saja, kiri kanan komplek perumahan, dari Taman Bunga Residence sebelah kanan, sampai komplek Lubuk gading Permai 5 di sebelah kiri. Jika sempat di depan rumah dibangun kompleks PLN, maka rumah kami akan dikelilingi oleh kompleks perumahan. Setiap jalan komplek (sekalipun hanya jalan beton) terhubung satu sama lain. Ini disetujui oleh Pemerintah Kota Padang dalam hal kemudahan penanganan evakuasi tsunami. Gempa besar 2009 sangat menjadi momentum pelajaran berharga bagi Pemko Padang dalam pengelolaan akses jalan evakuasi dan pembangunan selter-selter tsunami ke depan.
Saya masih ingat ketika kejadian gempa itu, sore, sehabis pulang bekerja di kantor Kelurahan Padang Sarai (honor, sempat pula saya honor, dengan gaji 250ribu sebulan, saya bekerja di ruangan pak lurah, sebagai operator computer, gaji memang 250 perbulan, yang ga tahan ni uang selipnya. Hamper tiap hari saya diberikan uang selip oleh pak lurah, saya pun melihat transaksi uang sogok kepada beliau, hamper tiap hari. Uang sogok itulah yang diberikan pak lurah kepada saya sebagai uang tips. Ga enak rasanya makan uang tersebut. Terasa janggal, tambah pula ada bapak-bapak pengelola beras raskin di kantor lurah tersebut, karena beliau tidak ada anak, sudah berusia 70 tahun, timbul rasa sayangnya kepada saya. Hamper tiap hari ditraktirnya saya di rumah makan dekat kantor lurah. Yang anehnya bapak tua ini suka sekali memegang lutut tangan saya, saya merasa geli, ada yang aneh sama bapak ini, saya melaporkannya kepada ibu-ibu pegawai kantor lurah tersebut. Ibuk itu mengenengahi bahwa itu karena dia menganggap kamu seperti anaknya. Saya juga berfikir seperti itu, tapi saya di rumah tidak pernah diperlakukan aneh itu, akhirnya saya berhenti bekerja di sana dengan alasan melanjutkan kuliah S1. Alasan saya berhenti sebenarnya tidak sanggup makan uang tips dari pak lurah dan takut dengan bapak tua yang suka mentraktir, habis uangnya nanti karena membayar makan siang saya (kelakuannya yang aneh juga sebagai alasan pula). Ada 2 bulan gaji yang tidak dibayar oleh pak lurah, tiap minggu saya datang menagih honor, belum pun dibayarnya, paling dikasi uang 50rb. Akhirnya hutang tersebut tidak ditagih lagi hingga sampai sekarang. Direlakan saja.
Pas selesai mengambil wudhu untuk sholat ashar, gempa besar melanda kota Padang. Ada adek dari pekanbaru yang berlibur ke Padang pada sat kejadian, selesai gempa, saya terpaksa sholat di rumput taman depan rumah. Selesai sholat, kami bergegas menuju ByPass. Berjalan kaki, karena motor hanya 1 di rumah. Beratus ratus warga kota padang menuju bypass ketika itu, berjalan kaki, ada juga yang pergi dengan truk, hingga kami sampai di rumah saudara Ibu pas ketika azan Magrib berkumandang (berarti kami sudah berjalan kisaran 2,5 jam). Tak ada yang mengingat harta ketika itu, semuanya mengingat Tuhan, lafas zikir selalu berkumandang selama perjalanan, bahkan ada ibuk-ibuk yang berjalan sambil menangis. Perjalanan berkilo-kilo tidak terasa lagi ketika itu. Ketakutan, takut mati. Karena jarak perumahan di kota Padang dengan laut hanya berkisar radius 4 km dari lepas pantai. Harga BBM melonjak, bahkan di Kampung Cina pusat kota Padang BBM dijual 100 ribu/liter. Tapi kita berharap, musibah tersebut tidak terulang lagi.
Kembali ke cerita semula. Selesai mobil travel mengantar saya pulang, selama 2 bulan di padang, pola hidup “makan sehat” berubah menjadi “makan enak”. Hamper 2 atau 3x dalam seminggu kami makan ikan bakar nila. Di kota Padang, ikan nilai bisa kita dapatkan dengan harga murah. Kami membelinya di Lubuk Minturun, sebuah kawasan dingin yang memiliki sungai berair jernih. Rata-rata penduduk desa di sana membuka lahan pekerjaan sebagai peternak ikan. Untuk 1 ekor ikan saja bisa beratnya lebih dari ½ kg. kami selalu membeli ikan 2 ekor yang beratnya bisa 1,3 kg. cukup untuk dipanggang di rumah. Bahkan ketika berbuka puasa, kalau bukan ikan nila, berarti ayam bakar. Ayam di kota padang pun harganya murah-murah. Kami pernah membeli ayam 1 ekor dengan harga 25 ribu rupiah.
Pembaca, sepertinya cerita saya terlalu panjang jika kita masuk ke cerita sebenarnya, duda beranak 4 kemaren. Cerita duda beranak 4 kita sambung esok. Tapi saya tidak mampu berjanji, karena kemaren saya berjanji untuk membahas tentang topic tersebut, tapi ternyata belum kesampaian. Memulai menulis memang sulit. Tapi ketika kita sudah mulai meletakkan jari di keyboard, maka yakinlah, banyak paragraph yang terlahir tanpa kita sadari. Ini saja sudah 3 halaman Microsoft word yang saya tulis. Padahal kita belum masuk ke topic utama. Maka, saran saya, menulislah..
Menulislah.. agar mereka tahu bahwa engkau pernah hidup di masa dulu…
Selasa, Samadua, 03 November 2020
#menungguhasilswab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap. Menulislah.. agar mereka tahu bahwa engkau pernah hidup di masa dulu