Keluarga Domino
Keluarga Domino
Liburan merupakan hari yang ditunggu-tunggu setiap orang. Baik diisi dengan beristirahat, berlibur dan berkumpul dengan sanak keluarga. Sesaat melepas kelelahan dan kepenatan setelah sepekan melalui hari-hari kerja ataupun kegiatan lainnya. Begitupun dengan keluargaku. Libur telah tiba, sederet jadwal kegiatan berkunjung ke rumah-rumah saudara yang dekat maupun yang jauh terencanakan. Libur ini jadi ajang bersilaturahim menjalin dan mempererat kembali tali persaudaraan. Selama pandemi ini kita hanya berkomunikasi lewat jarak jauh. Hand phone sebagai sarana komunikasi yang bisa diandalkan selama ini. Namun, berkomunikasi yang diwakili kata-kata ataupun memandang dari kejauhan lewat layar, rasanya hampa tanpa adanya sentuhan lahiriah. Setelah sekian lama mungkin libur kali ini bisa mengobati kerinduan dan menjalinkan kembali tali silaturahim yang tertahan selama ini. Istilah “Ngaliwet” sering disebutkan untuk mengisi kegiatan disetiap rumah saudara yang dikunjungi. Tentunya hal yang sederhana. Dengan menanak nasi didalam sejenis panci kecil atau yang sering disebut kastrol, dicampuri rempah-rempah yang dilengkapi hidangan lalapan, sambal, ikan asin dan tambahan lainnya sesuai selera, Etssss….tak lupa jengkol atau pete sebagai pelengkapnya, karena hampa rasanya nasi liwet tanpa hadirnya dua lalapan bau-bau itu… hihi.. Setelah matang hidangkan nasi beserta pelengkapnya diatas daun pisang. Kebiasaan itu sudah menjadi tradisi dan rutinitas keluarga besar kami. Keluarga yang sangat besar. Ya, benar-benar sangat besar. Keluarga ibuku saja saudara kandungnya sembilan orang, yang sudah berlusin-lusin cucu-cucunya. Belum lagi dari bapakku lima orang kakak dan adiknya yang sudah beranak cucu. Namun, dari semuanya mempunyai kebiasaan sama yang memberi efek domino yaitu makan liwet dengan ditemani jengkol dan petai. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa apalagi orang tua yang tak segan menyantap lalapan itu mentah tanpa di olah menjadi hidangan apapun. Begitupun dengan aku, yang dengan pedenya melahap makanan yang walaupun memiliki bau seperti naga, celoteh teman-temanku kala kami sedang makan bersama. Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya, istilah itu memang sangat melekat di keluargaku. Dari nenek moyang hingga sekarang, semua menyukai lalapan yang mempunyai bau khas itu. Tapi mereka melarang makan jengkol dan petai sekaligus, aku jadi heran padahal sama-sama bau dan jenis yang sama. Aku jadi teringat guru IPAku tempo dulu, mengatakan jengkol atau yang memiliki nama latin Archidendron Pauciflorum ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang terdapat di wilayah Asia Tenggara terutama daerah indonesia. Jengkol masih dikategorikan ke dalam golongan polong-polongan yang berbentuk gepeng membentuk spiral, warna buahnya cokelat mengkilap dengan lapisan kulit ari tipis. Jengkol memiliki bau yang tidak enak dan dapat menimbulkan bau tak sedap pada urin setelah mengonsumsinya, terlebih jika memakannya dalam keadaan mentah hingga memberi aromanya didalam kamar mandi. Meski demikian, sangat banyak penggemar jengkol yang mencoba mengolahnya dengan suatu masakan sehingga menjadi berbagai makanan yang lezat. Dari digoreng, disemur, dijadikan kerupuk, dan masih banyak olahan jengkol yang lainnya. Meski tergolong sebagai makanan yang memiliki bau tak sedap, ternyata cukup banyak manfaat yang dimiliki jengkol ujar pak Wawan nama guru IPA waktuku duduk dibangku SMP, diantaranya: melancarkan buang air besar atau untuk mencuci perut, mencegah diabetes serta kencing manis, mencegah risiko terkena serangan jantung coroner, dan dapat membuang racun-racun berbahaya yang terdapat di dalam tubuh. Di samping banyak manfaatnya, tetap ada efek samping yang dapat terjadi bila makan jengkol secara berlebihan. Yaitu dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil yang disertai rasa nyeri. Guna mengantisipasinya, sebaiknya mengimbangi dengan konsumsi air putih yang banyak. Selain jengkol, petai juga mungkin termasuk dalam daftar makanan favorit keluarga besarku. Dan petai mengandung zat dan nutrisi seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa yang dikombinasikan bersama dengan kandungan serat alami. Tak hanya itu, kandungan nutrisi yang terdapat di dalam petai merupakan kandungan gula alami yang dapat menghasilkan energi yang cukup besar bagi yang mengonsumsinya. Kandungan lain di dalam petai seperti karbohidrat, fosfor, kalium, vitamin A, zat besi dan mineralnya juga ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan buah apel. Sama seperti jengkol, petai juga tentu memiliki banyak manfaat seperti: membantu menurunkan asam lambung dan mengatasi iritasi dengan cara melapisi dalam lambung, dapat mencegah dan mengatasi stress, mencegah terjadinya anemia, mencegah sembelit, mencegah gigitan nyamuk dan mengurangi rasa gatal akibat gigitan serangga dengan cara menggosokan kulit petai pada kulit, dapat melancarkan buang air besar. Meski terdapat sederet manfaat petai, tetap ada pula efek samping yang perlu kita ketahui. Makan petai secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan ginjal. Bagi para penderita ginjal dianjurkan untuk tak mengonsumsi petai sama sekali. selain itu, petai juga dapat meningkatkan asam urat, rematik serta sakit kepala. Informasi lengkap kudapat dalam artikel yang diterbitkan oleh Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Memang agak sulit untuk menghindari kedua makanan tersebut, terlebih jika memang pencinta jengkol dan petai seperti keluargaku. Dan ternyata sah-sah saja sebenarnya dalam mengonsumsi kedua lalapan kakak beradik tersebut yang sama-sama bau dan nikmat bagi penggemarnya. Hanya saja harus tetap membatasi kadarnya, jangan terlalu banyak apalagi terlalu sering. Bau tapi mau adalah kesan pertama ketika melihat dua jenis makanan itu. Jadi liburan akhir pekan selain berkumpul keluarga sambil makan nasi liwet, jengkol dan petai adalah hidangan pemersatu kabiasaan keluargaku.
Rinsazu 081120,MakanSehatMakanEnak
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang menarik tentang jengkol dan pete. Salam sukses
terima kasih, masih belajar.. salam sukses dan salam literas..
Malu tapi mau
juga, + bau tapi mau..he salam literasi ibukuh..
sebaiknya ada paragraf. Kasihan pembacanya. tp ulasannya keren
jd hilang paragrafnya.. syiap pak, terima kasih masukkannya.. salam literasi..