Rini Rahmawati,

Nama: Rini Rahmawati, Sakura Azumi. Tempat tanggal lahir: Cianjur, 09/12/1995 Alamat: kp. Cibogo RT/RW:01/12 Des. Kanoman, Cibeber-Cianjur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Begitu Berartinya Dirimu

Begitu Berartinya Dirimu

Begitu berartinya dirimu

Pagi itu suasana jalan raya depan rumahku masih terlihat sepi, biasanya dari waktu dini hari hingga siang hari selalu ramai berlalu lalang kendaraan maupun pejalan kaki yang istilahnya mencari sesuap nasi dengan pergi ke tempat kerjanya seperti pabrik, kebun atau ke sawah dan beraktivitas lainnya, mungkin karena hari jum’at orang-orang tidak terlalu sibuk melaksanakan kegiatan rutinya itu, dan bagi kaum laki-laki lebih awal bersiap-siap untuk melaksanakan sholat jum’at dari pada hari-hari biasanya. Aku berjalan hendak ke masjid disusul ibuku dari arah belakang, kami bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan jumsih (Jum’at Bersih), karena di mesjidku tidak ada marbot yang selalu membersihkan masjid jadi piket jumsih dijadwalkan kepada ibu-ibu setempat disetiap minggunya. Aku dan ibuku pergi menyebrangi jalan dan masuk kekomplek rumah di sebelah barat, tampak suasana ricuh warga yang sedang berkumpul dan bercakap-cakap, aku dan ibuku datang menghampiri perkumpulan warga tersebut. Ternyata para warga sedang membicarakan tentang kabar bahwa salah satu tetangga yang tinggal di sebelah selatan ada yang mendapat musibah dan langsung dilarikan kerumah sakit. Kami berencana akan menjenguk tetangga tersebut.

Setelah selesai jumsih, aku dan ibuku serta warga yang lain bersama-sama pergi kerumah warga yang terkena musibah tersebut. Sesampainya disana, kami lihat rumah itu ramai dikunjungi warga lain yang ingin melihat kondisi akibat musibah tersebut. Kami langsung masuk dan menghampiri tetangga kami itu, ternyata seorang ibu yang tengah menggendong anaknya yang masih balita berumur kurang lebih sepuluh bulan, tampak sang ibu bersedih sesekali ia meneteskan air matanya. Kami lihat keadaan sang ibu baik-baik saja, namun kami meneliti keadaan anaknya yang sangat mengkhawatirkan, anaknya yang masih kecil yang baru bisa merangkak terguyur air panas. Anak kecil itu bernama Bagas, dia seorang bayi laki-laki yang mungil, pipinya tembem dan sangat menggemaskan, tiap kali orang melihatnya pasti ingin mencubit pipinya yang seperti bakpao itu, namun dibalik kegemasannya itu tersimpan cerita yang sangat mengenaskan. Tragedi musibah terkena tumpahan air panas yang ia alami, membuat tangannya yang putih mungil itu melepuh berubah menjadi hitam dan merah bengkak hingga tampak warna daging ditangannya itu, membuat setiap orang yang melihatnya merasa prihatin dan tak kuasa melihat penderitaan yang dialami anak malang itu, namun dibalik kepedihan yang dialaminya dia tetap tersenyum, meski sesekali ia merasa kesakitan dan mulai merengek dipangkuan ibunya itu. Ibuku menghampiri ibunya Bagas “yang sabar ya bu, insya Allah tangan anakmu akan segera sembuh” sambil mengusap dan membelai rambut anak itu penuh dengan kasih sayang, bu Inah ibu nya Bagas hanya menganggukan kepalanya dan berusaha menahan tangisan air matanya. “Dulu waktu Rinrin kecil juga pernah mengalami nasib seperti Bagas” ujar ibuku, aku menatap ibu dan merasa kebingungan apa yang ibuku katakan. "Maksudnya ibu?" Tanyaku. “Lihat diseputar pergelangan tanganmu” jawab ibuku. Aku menyingsingkan lengan bajuku yang panjang dan mengulurkan tangan hingga tampak tanda hitam memudar dan sedikit mengerut dibagian pergelangan tanganku. Ibuku menjelaskan bahwa tanda tersebut karena bekas guyuran air panas sewaktu aku masih kecil yang baru bisa merayap hingga mampu menumpahkan air panas dalam teko air. Kejadian itu terjadi pada waktu magrib dan waktu yang sama terjadi kepada Bagas anak malang itu.

Akibat kejadian itu ayahku merasa bersalah karena tidak bisa menjagaku hanya demi turnamen sepak bolanya itu. Ia menyesal mementingkan kegiatan favoritnya dibandingkan menjaga aku yang merayap kesana kemari tidak bisa diam. Karena kejadian itu, membuat rasa sesal dan bersalah hingga ayahku memutuskan tidak akan mengikuti hobinya lagi meski ayahku terbilang pemain yang sangat diandalkan dalam timnya. Aku tercengah mendengar cerita kejadian dua puluh empat tahun lalu yang baru aku ketahui, ternyata tanda hitam memudar dipergelangan tanganku tersimpan kisah berakhirnya karir ayahku sebagai pemain sepak bola. Aku kira hanya tanda lahir biasa yang melingkari pergelangan tanganku seperti tanda lahir dibagian yang lain, namun ada yang berbeda ditanganku, sedikit mengerut seperti terkena panas tatkala teman-teman SDku membicarakan tanda yang ada ditanganku terlihat ketika memakai baju pendek, aku enggan lagi memakai baju pandek dan mendapat pertanyaan seputar tanda dipergelangan tanganku. Yang hanya kuingat ketika kecil aku sempat jatuh dari pohon duren pas waktu ayahku pulang dari sholat jum’at, hingga ayah menggendongku kemana-mana tatkala aku berobat. Ternyata ada cerita lain dibalik pengorbanan dari seorang ayah yang rela meninggalkan kepentingannya demi buah hatinya semata. Walau jasa seorang ibu begitu mulya hingga Rasulullah SAW menyebutnya sebanyak tiga kali ketika kerap ditanya oleh seorang umatnya tentang siapa yang harus ia mulyakan pertama kali, Rasulullah SAW menjawab ibumu, kemudian menjawab ibumu, dan menjawab ibumu pula, terakhir RAsulullah SAW menjawab ayahmu. Namun seorang ayah adalah pahlawan dikeluarganya, yang memimpin segala hal, bekerja keras banting tulang, berangkat pagi pulang malam, terus peras keringat hanya untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, dibalik sifatnya yang dingin dan acuh tersimpan kasih sayang yang mendalam, jarang bicara dan berbagi cerita sempat membuat aku tak asyik bersamanya, padahal mungkin ia lelah seharian bekerja, ia capek dan letih tak ada waktu beristirahat dan tak ada waktu mengajak anaknya bermain, ayah.. bahasamu memang sederhana, tutur katamu apa adanya, namun cintamu luar biasa yang mencintaiku dalam diam tak bersapa..

Tak sadar air mata ini mengalir bercucuran mengingat begitu besar jasa dan pengorbananmu ayah, hingga Rasulullah SAW menjanjikan, "Sesunggguhnya di antara dosa-dosa itu ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat. Para sahabat bertanya, apakah yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Bersusah payah mencari nafkah". Hadis ini menjelaskan bahwa seorang ayah yang mencari nafkah untuk keluarganya akan menjadi sarana pengampunan atas dosa-dosannya. Hal itu benar-benar motivasi utama dari Rasulullah SAW untuk para ayah. Agar para ayah senantiasa bersemangat mencari nafkah yang halal, karena dengan jalan itu maka dosa-dosanya akan diampuni Allah SWT, sehingga pintu syurga akan terbuka baginya dan bagiku Begitu Berartinya Dirimu Ayah…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang sangat menyentuh.Salam sukses yaa

22 Sep
Balas

Artikel yang sangat inspiratif, bagaimana pengorbanan sang ayah yang sangat luar biasa, semoga menjadi suri tauladan dalam keluarga, salam sukses bunda

22 Sep
Balas



search

New Post