Rini Rahmawati,

Nama: Rini Rahmawati, Sakura Azumi. Tempat tanggal lahir: Cianjur, 09/12/1995 Alamat: kp. Cibogo RT/RW:01/12 Des. Kanoman, Cibeber-Cianjur...

Selengkapnya
Navigasi Web
SENANDUNG MASA KECIL

SENANDUNG MASA KECIL

SENANDUNG MASA KECIL

1. Melihat cahaya dibalik senyum kecil yang periang, senyum lebar yang menampakan jelas giginya hingga canda tawa mereka mewarnai suasana dipagi hari. Masa kanak-kanak yang penuh keceriaan, kegembiraan serta wajah polos dan lugu menghiasi raut wajah anak-anak TK di depan halaman rumahku. Tersadar bahwa aku bukanlah tife wanita penyabar, penyayang yang penuh kelembutan di setiap lisan dan tingkahnya, berusaha berpenampilan islami dengan berhijab dan mengenakan baju yang syar’I, meski membutuhkan proses yang sangat lama. Setidaknya dengan membersamai mereka aku belajar bersabar dan berusaha lemah lembut dalam menghadapi mereka. Teringat aku tempo dulu adalah seorang anak periang yang mempunyai sifat sedikit tomboy berteman dengan banyak anak laki-laki dan menyukai banyak permainan laki-laki, Ntah dari mana awalnya kebiasaan itu terjadi padaku, mungkin karena kebiasaan dan lingkungan sekitar yang mempengaruhiku. Ya bisa jadi aku sedikit tomboy karna saudaraku semua laki-laki. Kakak laki-laki adik laki-laki, sedikit banyak mungkin aku teradopsi kebiasaan dan tingkah laku mereka, aku juga kadang merasa jengkel kebanyakan teman-teman perempuan dilingkunganku cengeng dan sedikit-sedikit melaporkan pada ibu dan bapaknya dan tak heran menangis kalau tidak sesuai yang diinginkannya. Tak bisa feminim bukan berarti bukan perempuan. Walaupun tak selalu aku ikut serta bersama kakak dan adikku, terkadang hal yang membuatku iri Ketika kakak dan adikku asyik bermain dengan permainannya akupun tak mau ketinggalan mengikuti mereka walaupun terkadang suka diomelin sama ibuku untuk membantu pekerjaan rumah. Selain aku merasa terkucilkan dengan keadaan seperti ini, aku merasa tak ada tempat ataupun seseorang untukku bercerita mencurahkan isi hati dan segala kepenatan yang aku alami. Sesekali curhatan hatiku kucurahkan dalam bentuk tulisan disebuah buku diary yang ku kunci dan ku simpan d bawah kasur agar tak ada yang bisa membacanya. Untuk mengisi waktu kepenatanku karna jarang diajak main oleh kakak dan adikku, aku habiskan waktu bermainku bersama temanku yang kebanyakan laki-laki. Aku jadi tertawa sendiri di halaman rumahku, ketika mengingat tragedi yang mengenaskan yang terjadi kala aku masih kecil yang sering bermain dipepohonan. Waktu itu hari jum’at hari untuk kaum laki-laki untuk melaksanakan sholat jum’at aku dan temanku Ajis yang kabur dari rumahnya karena tak mau ikut sholat jum’at bersama bapaknya. Kami bermain diatas pohon durian yang belum berbuah, pohonnya sangat rindang daunnya lebat dan dahannya besar-besar, tanpa berfikir panjang dengan segera aku panjati pohon durian tetanggaku itu bersama si Ajis. Setelah bosan aku berniat turun dari dahan pohon tiba-tiba aku merasa kesulitan untuk turun, kenapa aku jd susah untuk turun fikirku sejenak karna dahan pohonnya besar dan tidak terlalu tinggi. aku memutuskan untuk terjun kebawah dan brang… buk.. aku tersungkur kedekat sungai dekat pohon durian itu, ketika kejadian itu ada bapak-bapak yang baru pulang dari masjid lewat dan menyaksikan kejadian itu, dan langsung memberitahukan kepada bapakku, seketika bapakku lari dari masjid ke kebun durian milik pak Samir tetanggaku itu. Aku merintih kesakitan hingga tak sadar aku menangis dan bapakku mengendongku ke rumah, karena kejadian itu aku tak bisa berjalan selama kurang lebih dua bulan dan tak bisa bersekolah juga bermain selama itu. Para penduduk sekitar dan teman-temanku banyak yang menjengukku, sebagian mereka ada yang bilang “ kamu terlalu sableng sampai terjun payun ke bawah dari pohon duren, seperti tupai saja loncat sana sini” mereka menyebutku bertingkah seperti tupai. Aku hanya tersenyum dan tersipu malu aku merasa mereka menyebutku tupai karna kalau aku tertawa dengan spontan tampaklah gigi tupaiku itu muncul, mereka tertawa menghiburku dan memberi nasihat kepadaku dengan kata-kata keramatnya, “Kalau anak perempuan jangan suka main di pohon apalagi hari jum’at kalau sampai meninggal gimana? Katanya gak bisa disholatin, kalau kata orang tua dulu PAMALI… walau kata-kata itu bagiku tidak masuk akal dan hanya menakut-nakuti saja, namun kata-kata orang tua pasti ada benarnya, aku hanya tersenyum dan mendengarkan setiap kata-kata nasihat dan doa dari orang-orang dan juga dari teman-temanku. Kejadian itu tak akan pernah terlupakan dan sangat berkesan menjadi pelajaran berharga bagiku, mungkin aku terlalu gegabah. Meski tragedi itu mengenaskan namun tidak sampai aku kapok dan trauma kalau aku hendak memanjat pohon lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post