Rini Rosaria

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DALAM SUKA ADA DUKA (38)

DALAM SUKA ADA DUKA (38)

Tidak butuh waktu lama Fahri membersihkan diri, saat dia kembali ke kamar, dilihatnya Hanum sedang duduk canggung di sebuah kursi. Fahri menyadari bahwa Hanum tak tahu harus bersikap bagaimana menghadapinya. “Hanum, jangan cemas begitu, sekarang kita sudah menjadi suami istri yang sah karena itu kita mesti belajar untuk saling menerima, bukankah engkau tidak merasa terpaksa menerima pernikahan ini?” pertanyaan Fahri muluncur demi menepis keraguannya.

“Ti…ti…tidak uda, Hanum ikhlas dengan pernikahan ini,” jawab Hanum gugup dengan pertanyaan Fahri yang tiba-tiba. Lalu Fahri merebahkan diri di ranjang, begitu nyaman punggungnya menyentuh kasur karena sedari pagi tak henti-hentinya punggung itu menyanggah tubuhnya sampai syukuran pernikahan usai.

“Hanum, kemarilah,” pinta Fahri kepada istrinya. Hanum melangkah ragu tetapi panggilan suaminta tak mampu ditolaknya hingga Hanum turut merebahkan diri di samping Fahri.

“Hanum, maafkanlah uda yang telah melibatkanmu dalam pernikahan yang direncanakan Syalwa,” Fahri merasa kasihan kepada Hanum karena mungkin saja dia tidak mengharapkan dipersunting sebagai istri kedua. Sebagai seorang perempuan tentunya dia juga mengimpikan pernikahan yang sempurna. Mendengar nama Syalwa disebut Fahri, diam-diam ada rasa yang tak bisa dipahami Hanum menjalari tubuhnya. Namun segera dia menepis perasaan aneh itu, karena atas kehendaknya sendiri pernikahan ini terjadi.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan uda, justru Hanum yang khawatir jika uda merasa terpaksa dengan pernikahan kita. Hanum khawatir semua ini Uda lakukan hanya demi memenuhi permintaan Syalwa istri pertama uda,” Hanum menginginkan kepastian bahwa Fahri menikahinya bukan hanya sekedar mengabulkan keinginan Syalwa.

“Hanum, rasanya pertanyaanmu itu tidak perlu uda jawab, karena engkau sendiri tentu sudah tahu jawabannya, atau engkau sendiri sudah lupa dengan surat yang pernah Uda kirimkan kepadamu waktu kita kuliah dulu?” Hanum hanya tersenyum mengingat kembali surat Fahri yang menyatakan suka kepadanya itu. Fahri merasa lega melihat bibir istrinya menyunggingkan senyum yang membuat hatinya bergetar karena ternyata senyuman itu begitu menggoda. Sekarang dia yakin bahwa Hanum masih menyimpan perasaan itu kepadanya. Waktu tak mampu mengikis rasa yang telah lama disimpan Hanum untuknya. “Alhamdulillah ya Allah…,” ucap Fahri.

Malam ini terasa begitu berat untuk Syalwa, di satu sisi dia bersyukur karena pernikahan suami dan madunya berjalan lancar sesuai rencananya, begitulah kabar yang diterimanya dari Siti tadi sore. Namun di sisi lain dia merasa ada sesuatu yang hilang pada dirinya. Dalam suka ada duka yang ditanggung Syalwa. Terbayang olehnya kebahagian suami dan madunya sehingga membuat suaminya tak sempat meneleponya walaupun hanya sekedar menanyakan kabar saja. “Tidakkah Uda Fahri cemas dengan saya yang sekarang hanya tinggal sendiri?” Syalwa mengasihani dirinya sendiri. Malam yang pekat seperti mengandung hujan yang siap ditumpahkan ke bumi.

foto: https://www.google.com/search?q=GAMBAR+PEREMPUAN+BERHIJAB+MENANGIS&safe=strict&sxsrf=ALeKk03a2c9DNwxadDmN2Ev6x35xbdc3GQ:1614957872629&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwix2MzyupnvAhVH4XMBHcHCAJ8Q_AUoAXoECBMQAw&biw=1024&bih=489#imgrc=AS4pvKXUyStFbM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post