Cermin Kehidupan : Cuma Pinjaman
Di depan sebuah rumah mewah nan megah, kulihat banyak orang dan beberapa polisi. Sempat mengira ada operasi kelengkapan kendaraan. Ternyata bukan. Kebetulan rumahku bersebelahan dengan rumah bergaya eropa itu. Sebut saja Pak Aryo. Pemilik rumah megah itu. Pengusaha bibit tanaman yang "sempat" sukses. Hampir tujuh belas tahun aku menjadi tetangganya. Sore harinya, sewaktu lewat depan rumahnya terdapat tulisan bahwa tanah dan rumahnya telah terjual melalui proses lelang. Ternyata pihak kepolisian telah menyita tanah dan bangunan milik Pak Aryo.
Dulu awal aku menjadi tetangganya, keluarga Pak Aryo hanya mempunyai sepetak rumah kecil yang berdiri di atas selokan. Itu pun tanah milik pemerintah. Istrinya berjualan kecil-kecilan. Sementara Pak Aryo mempunyai bisnis tanaman. Jarak beberapa tahun, bisnisnya mulai berkembang. Kemudian dia membangun rumah tingkat yang cukup besar. Usahanya terus meroket bahkan sampai ke luar Jawa. Aset kekayaannya semakin bertambah. Dia membeli banyak tanah. Termasuk tanah sawah yang berada persis di sebelah rumahku. Tidak menunggu lama. Dia membangun sebuah rumah yang megah untuk ukuran kampungku. Konon untuk membangun rumah itu biaya yang dikeluarkan mencapai 2 milyar.
Keluarga Pak Aryo menempati rumah mewah itu hanya sekitar lima tahun. Sekarang bangunan megah itu sudah berpindah tangan. Bahkan dengan cara yang tidak terduga. Pak Aryo terbelit hutang yang mencapai milyaran dan dia tidak sanggup melunasinya. Bahkan ada kabar bahwa beberapa rumah yang lain juga menyusul akan disita pihak bank.
Yang lebih mengenaskan lagi, salah satu putranya menderita penyakit yang cukup berat. Sempat menjalani operasi yang biayanya mencapai puluhan juta rupiah.
Bukan bermaksud menghujat atau mencari kesalahan seseorang. Namun kita bisa bercermin dari kehidupan orang lain. Bahwa harta yang kita miliki adalah pinjaman dari-Nya. Tidak seharusnya takabur ketika Sang Maha Kuasa melebihkan harta dan rezeki kepada kita. Ada konsekuensi yang akan diterima apabila kita menggunakan harta untuk hal-hal yang berbau maksiat. Yakinlah bahwa Sang Pencipta akan mengambil harta itu kembali dengan cara-Nya. Itu sangat mudah bagi Allah. Intinya, di dunia ini kita hanya seorang penyewa atau peminjam. Maka bertindaklah sebagai seorang peminjam karena kita bukanlah pemilik yang hakiki. Wallahu a'lam bi showab.
Kebumen, 21 September 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hutang online...lagi ramai. Salam sukses selalu Bu
He..he...Semoga kita terhindar dari hutang...Terima kasih Pak Tanto...
Benar sekali Budhe, apa yang kita miliki milik Allah, maka berbuat sesuai aturan Allah merupakan keniscayaan. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Semoga kita bisa memenuhi kewajiban sebagai peminjam dengan sebaik2nya...Hanya sebuah renungan untuk selalu mengingat kebesaran-Nya...Terima kasih Bunda Pipi....Barakallahu fiik...