Rini Yuliati

Seorang ibu dari dua orang putri yang ingin belajar merangkai huruf sehingga menjadi bermakna. Tinggal di sebuah kota kecil di Kebumen, Jawa Tengah. Profesi mom...

Selengkapnya
Navigasi Web

Membudayakan Antre

Apakah yang Anda rasakan ketika sedang antre tiba-tiba ada orang yang menyerobot giliran kita ? Sebal ? Rasanya ingin meneriaki orang itu. "Woi, ini giliran saya !" Betapa banyak orang di luar sana yang belum bisa sabar menunggu giliran. Padahal karakter itu sangat indah ketika berhasil diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Siang itu, saya mendapat undangan pengambilan rapor si sulung yang duduk di bangku SMA. Sebelum pengambilan rapor, diadakan sosialisasi di aula sekolah. Selama hampir satu setengah jam saya duduk manis mendengarkan paparan yang disampaikan oleh pihak sekolah. Akhirnya tepat setengah dua belas siang acara selesai. Saya bergegas menuju ruang kelas XI di lantai dua. Di dalam kelas sudah ada wali kelas yang bersiap membagi rapor. Giliran pengambilan berdasarkan kedatangan. Yang datang terlebih dahulu tentunya berhak mengambil rapor. Ketika giliran saya maju, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyerobot giliran. Duh, rasa hati ini tak terbayangkan. Ternyata ibu itu juga pernah melakukan hal yang sama semester sebelumnya. Sepertinya karakter itu sudah begitu melekat dalam dirinya. Bukan karakter positif namun karakter negatif yang tidak layak untuk ditiru.

Antre melatih kita untuk menghargai orang lain. Jika si ibu itu selalu menyerobot giliran orang lain, bagaimana dia mendidik putra-putrinya di rumah. Bisa dipastikan perilakunya akan dicontoh oleh anaknya. Sungguh sangat disayangkan. Betapapun hebat seseorang, akan tetapi tidak bisa mengantre maka dia bukan orang hebat.

Salah satu negara yang berhasil menerapkan budaya antre adalah negara Jepang. Antrean di negara ini tidak seperti di negara kita, padahal di Jepang antrean mereka lebih panjang dan ada disetiap jalan dibanding negara kita ini tetapi mereka melakukan itu dengan tenang tidak mengambil hak orang lain dan sangat menghormati orang lain. Bukan saya tidak bangga dengan bangsa sendiri, namun dalam hal antre saya harus mengacungi jempol untuk negara sakura ini.

Antre dapat diartikan sebagai sesuatu untuk menunggu giliran atau kesempatan yang berkaitan dengan pelayanan umum. Budaya mengantre memang sangat sulit diterapkan di negara kita ini karena kebiasaan mereka yang selalu mementingkan diri sendiri dibanding kepentingan bersama. Meskipun dengan mengantre kita dapat melatih kesabaran dan menahan emosi.

Ah, tulisan ini hanya curhatan emak rempong yang merasa terdzolimi. Marilah kita belajar untuk bersabar menunggu giliran. Belajar menghargai orang lain.

Kebumen, 21 Desember 2019
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pendidukan Karakter mengantri harus dimulai sejak kecil

21 Dec
Balas

Betul Bun...Perlu disiplin tinggi dalam menerapkan budaya antri sejak usia dini...Terima kasih sudah mampir di sini...Salam sehat dan bahagia...

21 Dec

Wah, kalah dengan bebek yah Budhe, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

21 Dec
Balas

He..he..Iya Bun...Harusnya malu sama bebek ya...Lumayan bikin kesal...Semoga Ibu itu segera tersadar....Salam sehat dan bahagia Bunda Pipi...Barakallahu fiik...

21 Dec



search

New Post