Rini Yuliati

Seorang ibu dari dua orang putri yang ingin belajar merangkai huruf sehingga menjadi bermakna. Tinggal di sebuah kota kecil di Kebumen, Jawa Tengah. Profesi mom...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengupas Cerita Bergaya Millenial
http://www.jurnalcowok.com

Mengupas Cerita Bergaya Millenial

Pada suatu kesempatan saya mencoba menulis kembali kisah lawas dengan bahasa sendiri. Kisah Rara Mendut adalah kisah legenda yang cukup populer. Bercerita tentang kisah tragis gadis ayu bernama Rara Mendut yang kecantikannya membawa malapetaka. Ada sebuah komentar yang disampaikan oleh Mister Aly. Dia mengatakan "coba buat cerita untuk menyasar generasi millenial." Saya hanya menjawab kalau diri ini tidak cukup mumpuni untuk membuatnya.

Generasi millenial adalah sebutan untuk anak yang terlahir antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2000an. Mereka tumbuh dengan karakteristik tertentu yang sangat spesifik. Untuk menyasar generasi millenial, kita harus memahami "bahasa" mereka. Penggunaan bahasa pada generasi millenial banyak yang terkontaminasi bahasa asing. Misalnya : Bro dan Sis untuk menggantikan panggilan kakak. Kids zaman now untuk menggantikan istilah remaja masa kini. 'Woles’ yang menggantikan santai, konon diambil dari kata slow yang diucapkan terbalik. Hadeuh bikin pusing kepala ini.

Contoh kisah lawas yang diceritakan dengan gaya millenial adalah kisah Rara Jonggrang ala Mister Aly. Cerita itu diaransemen kembali dengan gaya yang super ngguapleki. Diberi judul khas bahasa millenial "Rara Jonggrang, Robot dan Netizen." Membaca kisah ini, pembaca dibawa dalam khayalan tingkat tinggi yang cukup menegangkan.

Saya mencoba mengupas perbedaan kalimat yang dibuat dengan gaya original dan gaya millenial dalam dua paragraf kisah tersebut.

Gaya original :

Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang sangat besar yang bernama Prambanan. Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di bawah kepemimpinan raja yang bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah sekitar Prambanaan juga sangat tunduk dan menghormati kepemimpinan Prabu Baka.

Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah besarnya dengan Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu memperluas wilayah kekuasaannya. Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata sakti, Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin. Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk membantunya menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala keinginannya.

Gaya Millenial :

Alkisah pada zaman dahulu kala. Berdiri kerajaan Prambanan. Negeri jos gandos kothos-kothos. Rakyatnya damai dan makmur. Rajanya Prabu Baka.Terkenal di mana-mana. Punya Facebook, Instagram, juga WA. Eaa! Kerajaan ini menangan. Kerajaan kecil semua tunduk pasrah.Tak ada yang berani. Punya pasukan katak dan tentara berani mati. Punya ribuan infanteri.Tak ada yang berani.

By the way, di Jakarta, jalannya bus Transjakarta disebut busway. Ada kerajaan lainnya. Kerajaan besar juga. Kerajaan Pengging namanya. Konon terkenal arogan dan serakah wilayah. Raja Pengging punya pasukan besar. Dipimpin ksatria sakti bernama Bondowoso. Ia punya senjata meriam terbaru buatan Pindad. Eh, salah! Senjata itu bernama Bandung. Punya mantan walikota namanya Ridwan Kamil. Eh, salah lagi. Itu kota. Karena nama dan senjata, dan sesuai persetujuan penulis skenario, tokoh utama ini diberi nama Bandung Bondowoso. By the way, for your information, ya gais. Waktu tempuh Bondowoso dan Bandung itu 12 jam 52 menit melalui tol ini loh. Jaraknya sekitar 976,9 km. Jauh ya! Eaa! Gak nyambung? Eh, tapi siapa tahu ada yang mau mudik. Eaa! Selain senjata sakti. Ia juga punya pasukan jin. Upin-ipin dan Tayo. Eaaa! Ceritanya, ia bisa perintahkan jin untuk melakukan apa saja. Ngguapleki, bukan?

Apakah yang berbeda dari dua gaya penulisan di atas ? Pada gaya millenial, penggunaan dan penambahan kosakata dimunculkan dengan renyah disesuaikan dengan latar sosial era millenial. Ada beberapa kalimat pelesetan yang sengaja ditambahkan. Hal itu untuk menambah rasa yang berbeda pada tulisan. Lebih lucu. Lebih menggigit. Lebih asyik untuk dibaca. Ya, itulah sekadar pengamatan tipis-tipis tentang tulisan bergaya millenial. Siapa yang mau mencoba ? Jujur saja, saya belum terlalu lihai dalam membuatnya. Keep smile forever. Tetap semangat menulis.

Kebumen, 3 Juni 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah sudah mulai naik level jadi pengamat ya? Jos gandos kotos-kotos. He...he...

03 Jun
Balas

He..he...Pak Agus bisa ajah...Hanya mencoba menggali suatu fenomena literasi..Terima kasih apresiasinya...Barakallah...

03 Jun

Keduanya memeiliki fans masing-masing..setting zaman dulu dan zaman now. Terkadang saya lebih suka yang seperti dulu Kak..salam sehat dan sukses Kak..barakallah

03 Jun
Balas

Betul Dik Upik...By the way..bus way...any way.....Hanya sekadar pengamatan tipis2..hi..hi ..Salam sehat dan bahagia...Barakallah Dik Upik...

03 Jun

Subhanallah, pengamatan yang luar biasa Budhe, hebat. Sukses selalu dan barakallahu fiik

03 Jun
Balas

He..he...Bunda Pipi bisa ajah...Semangat pagi Bun...Barakallah...

03 Jun

Orang dulu suka yang dulu dulu, jaman SMP di jawa tengah ada majalah MOP, konon sekarang juga masih terbit, Yang dinanti dari majalah ini adalah lakon kethoprak dalam gaya mbeling sehingga disebut "kethoprak mbeling". Ciri utama gaya mbeling adalah memasukkan unsur peradaban modern dalam cerita, Misalnya gaya pakaian berdasi, juga senjata modern, DAN berkendara mobil. Memang kelucuan yang ditonjolkan oleh penulisnya, Mas Goen,

03 Jun
Balas

Iya Pak Noto...Sesuatu yang menyalahi pakem terkadang mempunyai nilai kemenarikan yang tinggi.. Begitu juga dengan kethoprak mbeling...Terima kasih sudah mampir di sini.. Barakallah..

03 Jun



search

New Post