Rini Yuliati

Seorang ibu dari dua orang putri yang ingin belajar merangkai huruf sehingga menjadi bermakna. Tinggal di sebuah kota kecil di Kebumen, Jawa Tengah. Profesi mom...

Selengkapnya
Navigasi Web

Takdir Cintaku Berakhir di Ojol

Kumainkan jemari di atas gawai. Mencari aplikasi ojol. Hari ini aku harus berangkat kursus menjahit. Motor satu-satunya dipakai oleh adikku. Ojol menjadi solusi termudah yang bisa menjadi pilihan untuk mengantarku ke tempat kursus. Di layar gawai tertulis nama "Andi Kusuma." Kuklik tulisan "pesan" di atas gawai. Setelah itu, aku bergegas menuju ujung gang supaya sang ojol tidak susah mencariku. Mataku tak lepas dari layar gawai. Kulihat gambar motor mulai mendekati titik alamat yang kukirim. Tak berapa lama, dari kejauhan tampak seragam hijau mendekatiku. Matanya terlihat mencari-cari seseorang. Aku melambaikan tangan kepadanya. Dia mendekatiku.

"Mbak Lia?" tanyanya ramah kepadaku.

"Iya Mas," jawabku sambil tersenyum.

"Kursus Menjahit Bina Insani?" Dia kembali menanyakan alamat yang akan kutuju.

Aku mengangguk. Dia menyerahkan helm warna hijau bergaris putih. Segera kupakai helm pengaman itu. Kurang lebih 10 menit, sampailah aku di tempat kursus. Aku segera turun dari motor dan menyerahkan uang sepuluh ribuan.

"Maaf, Mbak. Tidak ada seribuan, nih," ucapnya dengan wajah tak enak.

"Udah, ambil saja kembaliannya," jawabku ringan.

"Makasih, Mbak."

Si mas ojol pun kembali menjalankan motornya meninggalkan tempatku berdiri.

Cinta akan menemui jalannya sesuai takdir yang ditulis oleh-Nya. Bahkan seringkali tidak diduga bagaimana caranya. Hari demi hari kulalui dengan kegiatan kursus menjahit. Aku baru tamat SMA, mau kerja belum mempunyai keterampilan. Rencananya setelah kursus, aku akan membuka usaha tailor di rumah. Takdir cinta itu pun mulai mencari momennya. Sepertinya ada tangan Sang Maha Kuasa yang bermain di dalamnya. Fasilitas ojol yang menjadi andalanku menjadi jembatan cinta di antara kami. Ada getar cinta yang hadir di hatiku. Ya, Mas Andi si tukang ojol langgananku telah menebar benih cinta itu. Wajahnya yang ramah dan sikapnya yang sopan telah memikat hatiku.

Aku tidak bertepuk sebelah tangan. Di suatu sore yang cerah, aku kedatangan tamu. Ada rasa tak biasa ketika mengetahui bahwa tamu itu begitu spesial di hati ini. Mas Andi hadir mengetuk pintu rumahku. Kali ini tidak memakai atribut jaket hijaunya. Dia memakai T-shirt putih dan celana jeans hitam. Keramahan dan sikap manisnya membuat hati tambah berdebar.

"Silakan masuk, Mas," aku mempersilakannya masuk.

"Iya, Mbak," jawabnya agak canggung.

Untuk sejenak tidak ada pembicaraan di antara kami. Aku pun membuatkan minuman untuknya. Kebetulan orang tuaku sedang tidak ada di rumah. Sedangkan adikku pergi ke rumah temannya.

"Gimana, Mas," tanyaku padanya.

"Eee...begini Mbak Lia. Bolehkah saya panggil Dik Lia," jawabnya agak gugup.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti padanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post