Anak yang Cemburu
Tanggal 15 Januari adalah hari kelahiran anakku yang kedua bernama Fatimah Alisha. Tidak aku sangka mendapatkan seorang anak yang berjenis kelamin perempuan. Yang mana sebelumnya Allah subhanahu wa ta'ala menganugrahi seorang anak laki-laki. Bahagia rasanya memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan. Ini menjadi amanah yang harus dijaga sampai ke surga.
Ada beberapa tantangan yang harus ditempuh setelah menjadi orang tua. Dengan menjadi orang tua, maka terciptalah berbagai kisah suka dan duka yang dapat menjadikan aku orang tua yang dewasa. Semua ini kujalani tentunya tidak terlepas dari khendak-Mu duhai Allah subhanahu wa ta'ala. Sehingga ketebalan rasa syukurku pun terus bertambah setiap harinya.
Ada kisah menarik yang tidak pernah sirna dari ingatanku. Sore itu tepat seminggu setelah kelahiran putriku, aku berbaring di atas tempat tidur. Sedang putriku, tidur nyenyak di sampingku. Tatkala putraku masuk ke kamar dan sontak langsung menggulingkan adiknya yang masih bayi sekali. Jarak usia antara anakku yang pertama dan kedua yaitu dua tahun dua bulan, jadi wajar saja anakku yang pertama belum begitu menerima kehadiran adiknya. Ia belum memahami arti menjadi seorang abang yang baik, seorang abang yang dapat melindungi adiknya. Ia masih merasa bahwa ia adalah anak satu-satunya yang ada di antar kedua orang tuanya.
Setelah melihat kejadian itu, aku pun melihat kedua mata anak pertamaku yang penuh dengan rasa cemburu. Kebahagiannya seperti direnggut oleh adiknya. Lalu kujelaskan secara perlahan agar ia mengerti bahwa saat ini ia bukan lagi anak satu-satunya, tetapi ia sudah menjadi seorang kakak atau abang. Namun, anak pertamaku masih tidak menerima takdir itu, ia pun berlari ke dapur dan masuk lagi ke kamar dengan membawa kantong kresek berwarna hitam sambil berkata “Nih… Masukkan saja adik ke kantong dan buang ke tong sampah”. Saat itu juga aku terkejut dengan jalan pemikirannya, aku menganggap bahwa putraku memiliki pemikiran yang imajinatif.
Dengan kejadian itu aku langsung memanggilnya lembut dan memeluknya serta kutanamkan dalam fikirannya dengan untaian-untaian kata yang dapat dimengerti olehnya, bahwa ia tidak akan pernah merasa kurangnya rasa bahagia dari kedua orang tuanya.
Dari kisah ini aku mulai terus belajar menjadi orang tua yang adil dan bijaksana untuk kedua anakku. Agar setiap apa yang kulakukan tidak hanya menjadi ingatan oleh anak-anakku tetapi juga menjadi contoh yang baik untuk kedua anakku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat menulis utk kita berdua yaa mak aslam ......
Semangat menulis utk kita berdua yaa mak aslam ......