ADA ULAR
#tantangan menulis ke-12 (pentigraf 1)
Sejak pandemi Corona merebak, Cyntia, siswi SMA kelas XII yang selalu lincah berkegiatan di sekolah , akhir-akhir ini banyak mendekam di rumah, bahkan di kamar saja. Sudah tiga bulan lebih Cyntia yang biasanya ceria , menjadi Cyntia pemurung , yang selalu mengurung diri di kamar. Jarang tampak keluar rumah walau hanya untuk menyapu halaman samping di bawah pohon kelengkeng kesayangannya atau sekedar bersenda gurau dengan keponakannya di beranda depan. Bahkan teman-teman akrabnya bilang "stay at home-nya" Cyntia overdosis, kelewatan , paranoid.
Entah sudah berapa kali Ahsan datang bertamu ke rumahnya tapi tak ditemuinya. Setiap kali dipanggil Bu Nani, ibunya, untuk keluar menemui Ahsan, selalu bilang pusing atau lagi malas. Sampai kerepotan Bu Nani mencari alasan untuk disampaikan pada Ahsan. Apalagi setiap datang , Ahsan selalu membawa oleh-oleh kesukaan Cyntia, kalau tidak martabak ya rujak buah. Ujung-ujungnya pasti Corona yang dijadikan alasan. "Maaf Nak Ahsan, Cyntia khawatir betul pada Virus Corona, jadi dia memang tidak mau menerima tamu siapapun dari luar rumah", begitu Bu Nani beralasan. Ahsan menarik napas panjang lalu pamit dan tak lupa bersalaman serta mencium tangan Bu Nani.
Anak- anak kecil berteriak-teriak di depan rumah, "Bu Nani, ada ular...ada ular". Tergopoh-gopoh Bu Nani membuka pintu, "ular apa Do?". "Anu bu...anu...ada ular jatuh dari pohon kelengkeng, lalu masuk ke kamar Kak Cyntia lewat jendela samping", kata Dodo. Tanpa pikir panjang Bu Nani menggedor pintu kamar Cyntia. " Buka pintu Nak!". Pintu terbuka, Cyntia rupanya baru bangun tidur. Berdiri memakai daster dengan rambut awut awutan , Cyntia belum tahu apa yang tengah terjadi. "Cyntia...ada ular masuk ke dalam kamarmu", kata bu Nani. "Apa bu, ular?", seketika Cyntia yang paling takut pada ular kaget tak terkira. Sekujur tubuhnya lemas ,lalu terjatuh di lantai. Bu Nani membungkuk membetulkan separuh daster Cyntia yang tersingkap. "Astaghfirullah!" , terbelalak dan kaget bukan main Bu Nani melihat perut Cyntia yang membukit. " Hah...kenapa kamu Nduk, kenapa sampai begini, kenapa tak bercerita pada ibu, Cyntia, kenapa?" , Bu Nani meratap dan menangis sejadi jadinya. "Ampun...bu....ampuni aku bu, aku khilaf bu", Cyntia terisak-isak memohon dan bersujud di kaki ibunya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sangat menarik ceritanya pak. Keren dah.
Terima kasih bu Susi. Salam literasi dari Jawa Timur...
Waduh Cintia udah kebablasan kiranya....
Ia bu, biar jadi pelajaran anak2 kita. Biar berhati- hati. Jgn sampai menyesal kemudian...
Ia bu, biar jadi pelajaran anak2 kita. Biar berhati- hati. Jgn sampai menyesal kemudian...
Kereenn endingnya menarik. Jadi menerka-nerka nih cytia itu digigit ular apa gimana??
Ha...ha...ibu. Terima kasih sudah mampir bu...
Terima kasih mas. Masih belajar. Salam...
Wah keren sekali tulisannya
Terima kasih supportnya. Salam....