#tantangan menulis ke-37

#pentigraf 27

Malam itu Kartika bersama Bu Munaroh, ibunya, duduk di teras rumah, bercengkrama sambil melepas rasa penat setelah seharian menghadiri acara wisuda di kampus. Ditemani semilir angin dan cahaya bulan purnama, Kartika bercerita tentang pahit manis perjuangannya saat kuliah. Sesekali terdengar gelak tawa Ibu dan anak itu saat bercerita kejadian seru dan lucu yang pernah dialaminya. Setelah empat tahun kuliah di Jogja, kota nun jauh di sana, akhirnya Kartika berhasil memetik buahnya. Ia lulus dengan predikat Summa cumlaude. Sekarang Ia berhak menyandang gelar Sarjana Teknik Kimia.

Bu Munaroh sangat bersyukur, matanya selalu berkaca-kaca melihat Kartika dapat menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Rasanya seperti mimpi saja dapat mengantarkan anak lulus sarjana, padahal hanya bermodalkan gaji pensiunan seorang janda, tidak ada sumber penghasilan lain. Sekarang, pikirannya tidak lagi fokus ke biaya kuliah seperti biasanya, tapi beralih ke urusan lain. Ia harus mulai menabung untuk keperluan biaya pernikahan Kartika jika saatnya tiba nanti.

Fauzan Abdillah, anak pak Lurah, belakangan ini sering kelihatan bertamu ke rumah Kartika. Bu Munaroh berharap jika memang mereka berjodoh, pernikahan keduanya tak perlu menunggu waktu terlalu lama. Ia ingin segera melihat Kartika duduk di pelaminan dan tersenyum bahagia menatap masa depannya. Pagi itu, Kartika benar-benar tersenyum bahagia begitu membaca surat yang baru saja diterimanya dari Pak Pos. Melihat Kartika kegirangan, Bu Munaroh tergopoh-gopoh menghampiri, menanyakan apa isi suratnya. " Bu, aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Australia. Akhir Minggu ini aku harus berangkat, mohon doanya ya Bu," katanya dengan wajah ceria dan mata berbinar-binar. Bu Munaroh tertegun, ditatapnya wajah Kartika dalam-dalam, perasaannya bercampur aduk, entah harus berbahagia atau bersedih.

S E L E S A I