Ririk Rijanarto

Saya guru Fisika yang ingin belajar menulis juga. Bismillah.......

Selengkapnya
Navigasi Web
DRAMA DI TENGAH MALAM

DRAMA DI TENGAH MALAM

#tantangan menulis ke-46

#pentigraf 36

Hujan baru saja reda. Tetes air di dedaunan bagai butiran kristal yang berkilau tatkala kilat menyapu gelap malam. Aku mengintip dari balik tirai jendela. Suasana di luar sunyi senyap. Gelap kian pekat. Berkali-kali aku menelepon Mas Darmawan, tidak ada jawaban. Sebetulnya tadi pagi Mas Darmawan sudah memberi tahu kalau akan lembur sampai malam.Tapi entah kenapa malam ini aku merasakan sesuatu yang lain. Tiba-tiba aku sangat mengkhawatirkannya.

Untuk menghilangkan kejenuhan, kunyalakan TV. Kebetulan ada tayangan drama Korea. Drama yang berkisah tentang hubungan pribadi direktur dan sekretarisnya yang cantik. Alur ceritanya bagus, sangat menguras emosi penonton. Sebetulnya aku ingin sekali melanjutkan menonton agar tahu bagaimana akhir ceritanya.Tapi apa daya, rasa kantuk tak dapat lagi aku tahan. Kulirik jam dinding menunjukkan pukul 23.00. Pantas saja, pikirku. Aku merebahkan diri di sofa. Mas Darmawan mungkin masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Kasihan, tiap hari tugasnya bertumpuk tak pernah habis. Beruntungnya sekarang Ia punya staff baru yang bisa diandalkan, Dewi Maharani. Mas Darmawan pernah bercerita kalau kinerja Dewi sangatlah baik, cekatan dan sangat loyal pada pimpinan. Maka tak heran jika akhir-akhir ini Dewi selalu Ia ajak lembur di kantor sampai malam.

Terdengar suara mobil memasuki halaman. Tergopoh-gopoh aku membuka pintu. Aku kaget. Ada seorang wanita ke luar dari mobil bersama Mas Darmawan. Dengan tenangnya Mas Darmawan mengenalkan wanita itu padaku. Rupanya Ia adalah Dewi Maharani yang pernah Ia ceritakan. Mas Darmawan bilang kalau Dewi akan menginap di rumah malam ini. Aku tersentak.Tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Seketika dada terasa sulit bernapas, ulu hati mengeras. Di dalam kamar, aku protes atas kedatangan Dewi. Mas Darmawan hanya tersenyum seperti orang tak bersalah. Itu membuat hatiku makin terbakar. Tak peduli gerimis, bergegas aku keluar rumah sambil membanting daun pintu. Mas Darmawan mengejar dan berhasil menangkap tanganku. Aku tambah histeris dan menangis sekuat-kuatnya. Aku tak mengerti, apa maksudnya tengah malam membawa Dewi ke rumah kita mas, pekikku. Mas Darmawan berusaha membuatku tenang, memelukku lalu menepuk-nepuk pipiku. “ Bangun Ma...bangun. Dewi siapa Ma? Pasti kebanyakan nonton drakor tadi ya? Ayo pindah jangan tidur di depan TV”, katanya lirih sambil menggandengku ke kamar tidur.

S E L E S A I

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen pentigrafnya, Pak. Salam literasi

14 Nov
Balas

Terima kasih pak Dede. Msh belajar pak. Salam litetasi juga pak.

14 Nov

Keren banget Pak. Salam kenal juga salam literasi. Sudah saya folow.

11 Dec
Balas

Terima kasih Bu Inah. Salam literasi jg ibu...

13 Dec

Owhh,,,rupanya mimpi yaa. Syukurlah bkn sebuah kenyataan. Kereenn pak

14 Nov
Balas

Ia Bu. Mimpi aja, biar aman ha.ha. Trims Bu Antriyani...

14 Nov

Terima kasih pak Dede....Masih belajar pak. Salam literasi jg pak.

14 Nov
Balas



search

New Post