DUA HATI
#tantangan menulis ke -17
#pentigraf 5
Tidak banyak wanita yang bisa tegar bertahan dalam penantian panjang, menunggu orang yang dikasihinya, seperti yang tengah dialami Nesti sekarang ini. Sudah tiga tahun Ia menunggu kedatangan Rudi, pujaan hatinya, tapi tak kunjung pulang. Tak ada kabar berita sedikitpun. Nomor ponselnya tidak pernah aktif. Nesti kehilangan kontak. Padahal ketika pamit mau berangkat ke Kaltim, untuk bekerja di kilang minyak, Rudi berjanji sangat meyakinkan. Janji itu yang terus dipegang teguh oleh Nesti. Ia akan merintis karir di perusahaan minyak. Jika pekerjaannya sudah mantap, Ia akan memboyong Nesti ke Kaltim, untuk membina rumah tangga bersama di perantauan. Walaupun Kaltim itu di seberang lautan dan sangat jauh sekali, Nesti mengiyakan saja. Karena mimpi hidup bersama Rudi dan anak-anaknya kelak, adalah harapan terindah yang ada dibenaknya.
Nesti adalah gadis yang cantik , pendiam, dan sangat penyabar. Sebetulnya tidak seharusnya Nesti hidup dalam penantian yang cukup lama, tanpa kepastian. Karena tidak sedikit pemuda yang selama ini berusaha mendekatinya. Salah satu pemuda yang sangat mengaguminya itu adalah Aji. Aji adalah teman seangkatan Nesti dan Rudi ketika di SMA. Hanya waktu kuliah saja mereka berpisah. Rudi nengambil jurusan perminyakan di salah satu Perguruan Tinggi terkemuka di Surabaya, sedangkan Nesti dan Aji mengambil jurusan pendidikan pada FKIP di kota kelahirannya, Jember. Perasaan Aji kepada Nesti tidak perlu diragukan. Sejak masih kuliah sampai sekarang kesetiaan Aji tdk berkurang sedikitpun. Sebetulnya Nesti sempat memberikan lampu hijau pada Aji. Hubungan mereka sangat dekat sekali. Itu adalah peristiwa terindah yang pernah dirasakan Aji. Namun semuanya menjadi berubah ketika Rudi datang ditengah-tengah mereka. Itu terjadi saat liburan semester beberapa tahun yang lalu. Nesti merasa menemukan pelabuhan terakhir hatinya. Nesti tahu itu melukai hati Aji. Suatu ketika Nesti pernah meminta maaf dan berkata, " andai saja aku punya dua hati, tentu satu kuberikan padamu Mas Aji, tapi inilah jalan hidup kita, maafkan aku". Mendengar itu, Aji merasa sangat terpukul, sangat kecewa, hari-harinya menjadi sangat kelam.
Melihat kegundahan hati Aji beberapa tahun belakangan ini, Ibundanya berusaha mendekatkan Aji pada gadis lain, putri Ustadz Muslih dan Ibu Musrifah , tetangga satu kampung. Namanya Asyifa. Asyifa adalah gadis tamatan salah satu pesantren terkenal di Jawa Timur. Semua keluarga setuju, karena Asyifa gadis yang manis, santun, lembut tutur katanya dan tentu saja memahami agama dengan baik. Perlahan hubungan Aji dan Asyifa semakin hari semakin baik. Benih-benih cinta mulai tumbuh dengan suburnya. Peresmian pernikahan keduanya nampaknya tidak akan lama lagi. Aji mulai menemukan cintanya yang hilang. Hari-harinya terasa lebih berwarna. Sampai suatu ketika Aji mendengar kabar yang mengejutkan. Rudi mengalami kecelakaan, pesawat perintis yang ditumpanginya menabrak gunung ketika dalam perjalanan menuju kota Samarinda. Rudi meninggal bersama istri yang baru dinikahinya dan lima orang penumpang lainnya. Mendengar kabar itu, Nesti sangat shock. Dunia seakan gelap gulita. Tak pernah terbayangkan olehnya akan mengalami peristiwa yang sangat memilukan seperti itu. Mimpi indah yang ditunggu-tunggu sekian tahun, akhirnya kandas dan berakhir tragis. Sejak peristiwa itu, hari-hari Nesti menjadi sangat kelabu. Ketika Aji dan Asyifa mengunjungi Nesti di rumahnya, tampak Nesti tak dapat menahan kucuran air matanya. Wajahnya tampak pucat pasi, tubuhnya lunglai. Asyifa membungkuk, mengulurkan tangan, mengucapkan bela sungkawa. Tiba-tiba Nesti memeluk Asyifa dengan erat sambil menangis sesenggukan. Aji melihat dua orang yang sama-sama menempati satu tempat dihatinya itu dengan trenyuh. Kejadian di depan matanya itu meruntuhkan ketegaran yang ia jaga. Tak terasa air matanya berlinang. Ia teringat apa yang pernah dikatakan Nesti, " andai saja aku punya dua hati, tentu satu kuberikan untukmu, tapi inilah jalan hidup kita, maafkan aku, Nesti”, gumamnya dalam hati.(rik)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kereen pak
Terima kasih Bu Yosi. Salam Literasi...
Keren pak,,,ceritanya indah bikin baper
Terima kasih supportnya bu...