DUA PULUH ENAM TAHUN YANG LALU (BAGIAN II)
Kami beristirahat sejenak di ruang tunggu bandara. Cuaca sangat panas sekali, udara di atas landasan pesawat tampak bergerak-gerak seperti genangan air yang memantulkan cahaya. Ini pasti fatamorgana, pikirku. Karena kenyataannya tidak ada air sedikitpun di landasan.
Bandara Supadio Pontianak termasuk bandara yang cukup sibuk. Pesawat perintis tampak berjejer di tepi landasan. Rupanya pesawat perintis adalah andalan utama alat transportasi antar pulau di Kalimantan Barat. Dari Bandara Supadio, kami harus melanjutkan perjalanan menuju Kanwil Dikbud Kalimantan Barat. Sebenarnya tidak seorangpun diantara kami yang tahu dimana tempatnya. Tapi, alhamdulillah kendaraan yang akan membawa kami ke tujuan sudah siap di pintu keluar bandara. Tentu saja, karena kami telah menelepon nomor kantor tersebut sebelumnya.
“Abang abang ni dari Jawe ke?” Kata seseorang berseragam dinas dengan logat Melayu yang kental.
“Benar pak” , kataku.
“Masuklah,” katanya sambil membukakan pintu mobil.
Tak terasa mobil telah melaju melintasi jalan raya yang menghubungkan bandara ke pusat kota. Jalan ini tampak sangat terawat, bersih dan mulus. Di sepanjang perjalanan aku mencium harum buah cempedak yang sangat kuat. Kalau di Jawa semacam buah nangka tapi bentuknya lonjong. Tumpukan buah cempedak menggunung berjejer di kanan dan kiri jalan raya yang dilatar belakangi deretan pohon mangrove sepanjang bibir Sungai Kapuas. Cukup dengan pondok sederhana beratapkan daun nipah, para pedagang buah cempedak sudah dapat menggelar lapak dagangannya. Kota Pontianak ternyata sangat indah , kota ini dibelah oleh sungai Kapuas yang lebarnya hampir 1 km. Ada yang bilang, Pontianak Amsterdamnya Indonesia.
“Bapak-bapak ni sudah siap ke nak berjuang di Kalbar ?” Kata pak sopir.
“Insya Allah pak”, kataku lirih.
“Kalbar ni luas pak , jarak antar kabupaten bisa satu hari perjalanan bus, ditambah dengan naik perahu klotok ke lokasi”, pak sopir menjelaskan.
Mendengar keterangan pak sopir, kepala ini tiba-tiba terasa pusing, perut terasa mual dan telapak tangan berkeringat dingin tidak seperti biasanya. Tapi aku berusaha tampak tenang agar suasana tidak tambah mencekam. Jika aku ditempatkan di daerah terluar dan terpencil, matilah aku, aku bergumam dalam hati.
Kurang lebih 30 menit perjalanan, tibalah kami di Kanwil Dikbud Pontianak. Gedungnya sungguh megah dengan ciri khas ornamen bangunan Melayu dan Dayak . Halamannya luas ,dihiasi banyak pohon pinang merah yang merupakan salah satu maskot kota Pontianak selain Tugu Khatulistiwa tentunya.
Di dalam ruang pertemuan, kami mendapat arahan dan penetapan tempat di mana kami akan bertugas. Aku bersyukur mendapatkan tempat di kota, yaitu di SLTP 20 Pontianak. Tempatnya di pinggiran kota. Sekitar 15 kilometer dari pusat kota. Teman-teman yang lain ditempatkan di beberapa kabupaten . Ada yang ditempatkan di Kabupaten Sanggau Ledo, Putussibau, Sambas, Ketapang, Singkawang dan Sintang yang berbatasan dengan Malaysia.
Hari ini sungguh terasa berat, karena merupakan penentuan di mana tempat kami akan bertugas. Beruntung kami telah melewatinya. Lega rasanya kami masing-masing sudah mendapat kepastian tempat bekerja. Namun sore ini adalah saat paling mengharukan karena kami akan berpisah menuju lokasi kerja masing-masing. Di terminal bus Batu Layang, Siantan Hilir, tak jauh dari Tugu Khatulistiwa, kami saling berpelukan, saling menguatkan.
” Jangan lupa kawan, kalau suatu saat mau pulang ke Jawa, kumpul di sini dulu ya”, kataku memecah kekakuan.
Mereka mengangguk dan mengepalkan tangan sebelum naik bus yang akan membawanya pergi. Disaksikan rintik hujan,tak terasa air mataku menetes melepas kepergian teman-teman seperjuangan. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin kusampaikan kepada mereka, tapi tak tahu kenapa, kata- kata itu tertahan di tenggorokan, aku hanya bisa tertegun. Aku merasa seperti sedang bermain layang-layang, lalu talinya putus dalam genggaman .
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap pak
Mksih bu
Selamat mengenang masa lalu, semoga semakin bersemangat. Aamiin.
Aamiin. Terima kasih ya pak mas Eko.
Aamiin. Terima kasih ya pak mas Eko.
Terima kasih mas Eko...
Aamiin....trims mas Eko