#tantangan menulis ke-23

#pentigraf 10

Aku dekat dengan Nur Aini Sawitri sudah cukup lama. Nur adalah pribadi yang sangat menarik, pintar dan teguh pendirian. Ia mahasiswi akademi keperawatan. Namun, aku sadar jika keluarga Nur tidak suka atas kedekatanku. Suatu ketika Nur pernah berkata, jika aku tetap belum mendapatkan pekerjaan, sedangkan ayah-ibunya memaksanya untuk bertunangan dengan Harlan, anak Haji Ali, Ia akan memutuskan untuk pergi jauh.

Sejak aku lulus kuliah dan menyandang predikat sarjana dengan nilai terbaik di kampus setahun yang lalu, aku masih belum bekerja sesuai keinginanku. Hari-hari kuisi kesibukan keluar masuk kantor melamar pekerjaan atau mengikuti tes kemana-mana yang tak terhitung entah sudah berapa kali aku ikuti. Aku tetap bersemangat, walau belum satupun hasil seleksi yang meloloskanku. Nur Aini Sawitri adalah salah satu alasan terkuatku untuk terus berjuang.

Aku ingat hari itu Senin, sekira pukul 10.00 WIB. Betapa kaget dan bahagianya aku, membaca pengumuman yang baru saja diantarkan Pak Pos. Aku diterima menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi ternama di Malang. Kupeluk ayah dan ibuku. Aku bersujud di kakinya. Aku segera menelepon Nur, menyampaikan kabar gembira ini. Aku berjanji akan datang ke rumahnya dan segera melamarnya. Di ujung telepon aku dengar Nur menangis dan dengan terbata-bata berkata, " Selamat ya Mas, akhirnya perjuangan Mas Andre berhasil. Tapi aku sekarang sudah ada di Gwangju-Korea Selatan. Aku ikut kontrak kerja di rumah sakit selama 3 tahun. Maafkan aku, kali ini aku terlalu cepat mengambil keputusan".