MENEPIS HOAKS
#tantangan ke-1
Arus informasi di media sosial trafficnya sungguh luar biasa sibuk. Informasi yang benar, setengah benar atau sama sekali tidak benar bercampur aduk. Judul berita dibuat semenarik mungkin, sehingga masyarakat pembaca (netizen) selalu tertarik dan merasa mendapatkan informasi yang cocok dan akurat. Pembaca akan memaknai kebenaran berita sesuai dengan alam berpikirnya masing-masing. Kebenaran berita bukan diukur berdasarkan kebenaran fakta yang sudah terkonfirmasi, tetapi berdasarkan mindset yang ada di kepala masing-masing orang, bahkan tidak sedikit yang hanya berdasarkan kepentingan dan emosi sesaat yang menguasai perasannya.
Sebenarnya, berita yang bertebaran di medsos sama saja dengan berita yang menyebar dari mulut ke mulut yang belum tentu benar dan sesuai fakta. Seyogyanya , berita diambil seperlunya saja sesuai dengan kebutuhan dan kebenaran informasinya. Namun sifat kedermawanan netizen untuk segera membagikan informasi apa saja yang baru didapatkan , menjadikan semua berita begitu cepatnya menyebar. Hoaks tak terhindarkan karena tidak banyak masyarakat yang mau dan mampu menyaringnya terlebih dahulu.
Saya teringat metode ilmiah yang merupakan prosedur tetap (protap) untuk menarik kesimpulan di dalam pelajaran sains. Langkah pertama adalah identifikasi masalah, kedua dugaan sementara, ketiga percobaan(penelitian), keempat kesimpulan dan kelima adalah komunikasi. Kesimpulan baru dapat dikomunikasikan jika sudah melewati percobaan (penelitian) yang sudah dibuktikan berdasarkan fakta dan data yang diperoleh.
Namun, tidak demikian halnya dengan para netizen di medsos. Yang sering terjadi adalah netizen tak sabar untuk segera mengkomunikasikan (membagikan/share) berita yang baru saja diperoleh kepada orang lain padahal masih berupa dugaan sementara yang belum terkonfirmasi melalui penelitian. Cara berpikir demikian adalah melompat atau menerabas. Tidak mengikuti metode atau kaidah ilmiah. Akibatnya setiap saat masyarakat terpapar dengan informasi yang tidak benar alias hoaks. Celakanya menurut teknik propaganda firehose of falsehood (semburan dusta), berita yang salah tapi disampaikan secara masiv dan berulang-ulang tanpa henti, pada akhirnya akan dianggap sebagai suatu kebenaran.
Perlu kesadaran yang tinggi bagi setiap individu untuk memilih dan memilah informasi yang benar-benar bermanfaat. Menahan diri sejenak, membaca isi berita dengan cermat, bukan hanya membaca judulnya saja, serta mempertimbangkan efek berita yang akan dibagikan , mungkin adalah salah satu sumbangan terbesar kita untuk mengurangi berita hoaks di jagad medsos. Kita sebaiknya mulai berpikir untuk tidak berebut yang terdepan dalam membagikan berita ,tapi menjadi yang tercermat menganalisa berita. Semoga.
(Sukosari, 23 Mei 2020 : Ririk Rijanarto).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Makasih bu supportnya. Masih pemula he..he
Mantap
Makasih bu...
Kereenn,,,mantap nih,,,
Terima kasih bu Antriq supportnya. :D
Terima kasih supportnya bu. Saya guru fisika, tapi ingin belajar menulis juga